Jalan Sekolah Ditutup, Siswa Demo
A
A
A
SEMARANG - Ratusan siswa SD dan TK Islam Pangeran Diponegoro Tembalang Kota Semarang menggelar unjuk rasa di depan gerbang sekolahnya kemarin.
Aksi tersebut merupakan buntut penutupan satu-satunya akses ke sekolah itu oleh pemilik tanah yang menyebabkan aktivitas belajarmengajar terancam terganggu. Dalam aksi tersebut, ratusan siswa didampingi guru membawa spanduk bertuliskan kecaman terhadap Muji Laksono, pihak yang membangun tembok hingga menutup akses jalan masuk sekolah. Mereka menuntut agar pembangunan dihentikan karena menutup akses jalan ke sekolah tersebut.
“Berikan kami jalan, kami hanya ingin belajar. Kalau ditutup seperti ini, kami mau masuk sekolah lewat mana,” kata Fasya Qaurida, salah satu siswa saat demonstrasi berlangsung. Kepala SD Islam Pangeran Diponegoro Dewi Widayani menerangkan, penutupan akses masuk sekolah itu sudah berlangsung beberapa waktu yang lalu. Dia tidak tahu-menahu tentang alasan penutupan itu karena sebelumnya tidak ada sosialisasi dari pihak yang membangun.
“Setahu kami jalan ini berada di atas tanah wakaf masjid. Namun, belakangan kami mendapat informasi jika tanah sudah menjadi milik pribadi sehingga pemiliknya yang bernama Muji Laksono itu mau membangun tembok di atas tanah ini,” paparnya. Menurut Dewi, pembangunan tersebut dilakukan tanpa berkoordinasi dengan sekolah. Dia juga terkejut saat melihat ada material menumpuk di jalan dan pengerjaan fondasi yang menutup satu-satunya akses menuju sekolah itu sudah dilakukan.
“Kami sudah mencoba melakukan audiensi, tapi karena pembangunan tetap berlangsung, terpaksa kami melakukan aksi unjuk rasa ini,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan Kepala Sekolah KB/TK Islam Pangeran Diponegoro Sarikem. Pihaknya menyesalkan aktivitas pembangunan tembok oleh pemilik tanah yang menutup akses sekolah.
“Ini kan sekolahan, dunia pendidikan, masa harus ditutup seperti ini. Ini sudah mengancam kami,” katanya. Pihaknya berharap pembangunan dihentikan sampai pihak sekolah selesai membangun jalan lain yang berada di sisi kanan gedung sekolah. Selain itu, pihak sekolah tetap berharap pembangunan yang menutup jalan itu tidak dilanjutkan karena itu adalah akses satu-satunya di lokasi itu.
“Nanti kalau sudah selesai silakan dibangun, kami tidak bisa berbuat banyak karena pembangunan ternyata berada di atas tanah pribadi,” ucapnya. Demonstrasi ratusan siswa tersebut mendapat kawalan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang. Selain memberikan pengawalan, petugas juga memasang satpol line terhadap bangunan itu.
“Pemberian satpol line ini bertujuan agar pembangunan sementara dihentikan. Kami juga akan mengecek apakah pembangunan ini memiliki izin. Kalau tidak berizin, pembangunan tidak boleh dilanjutkan,” tandas Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Semarang Kusnandir.
Andika prabowo
Aksi tersebut merupakan buntut penutupan satu-satunya akses ke sekolah itu oleh pemilik tanah yang menyebabkan aktivitas belajarmengajar terancam terganggu. Dalam aksi tersebut, ratusan siswa didampingi guru membawa spanduk bertuliskan kecaman terhadap Muji Laksono, pihak yang membangun tembok hingga menutup akses jalan masuk sekolah. Mereka menuntut agar pembangunan dihentikan karena menutup akses jalan ke sekolah tersebut.
“Berikan kami jalan, kami hanya ingin belajar. Kalau ditutup seperti ini, kami mau masuk sekolah lewat mana,” kata Fasya Qaurida, salah satu siswa saat demonstrasi berlangsung. Kepala SD Islam Pangeran Diponegoro Dewi Widayani menerangkan, penutupan akses masuk sekolah itu sudah berlangsung beberapa waktu yang lalu. Dia tidak tahu-menahu tentang alasan penutupan itu karena sebelumnya tidak ada sosialisasi dari pihak yang membangun.
“Setahu kami jalan ini berada di atas tanah wakaf masjid. Namun, belakangan kami mendapat informasi jika tanah sudah menjadi milik pribadi sehingga pemiliknya yang bernama Muji Laksono itu mau membangun tembok di atas tanah ini,” paparnya. Menurut Dewi, pembangunan tersebut dilakukan tanpa berkoordinasi dengan sekolah. Dia juga terkejut saat melihat ada material menumpuk di jalan dan pengerjaan fondasi yang menutup satu-satunya akses menuju sekolah itu sudah dilakukan.
“Kami sudah mencoba melakukan audiensi, tapi karena pembangunan tetap berlangsung, terpaksa kami melakukan aksi unjuk rasa ini,” ujarnya. Hal senada juga dikatakan Kepala Sekolah KB/TK Islam Pangeran Diponegoro Sarikem. Pihaknya menyesalkan aktivitas pembangunan tembok oleh pemilik tanah yang menutup akses sekolah.
“Ini kan sekolahan, dunia pendidikan, masa harus ditutup seperti ini. Ini sudah mengancam kami,” katanya. Pihaknya berharap pembangunan dihentikan sampai pihak sekolah selesai membangun jalan lain yang berada di sisi kanan gedung sekolah. Selain itu, pihak sekolah tetap berharap pembangunan yang menutup jalan itu tidak dilanjutkan karena itu adalah akses satu-satunya di lokasi itu.
“Nanti kalau sudah selesai silakan dibangun, kami tidak bisa berbuat banyak karena pembangunan ternyata berada di atas tanah pribadi,” ucapnya. Demonstrasi ratusan siswa tersebut mendapat kawalan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarang. Selain memberikan pengawalan, petugas juga memasang satpol line terhadap bangunan itu.
“Pemberian satpol line ini bertujuan agar pembangunan sementara dihentikan. Kami juga akan mengecek apakah pembangunan ini memiliki izin. Kalau tidak berizin, pembangunan tidak boleh dilanjutkan,” tandas Kabid Ketenteraman dan Ketertiban Umum Satpol PP Kota Semarang Kusnandir.
Andika prabowo
(ars)