Harga Sembako Naik Tak Signifikan

Minggu, 09 November 2014 - 13:34 WIB
Harga Sembako Naik Tak Signifikan
Harga Sembako Naik Tak Signifikan
A A A
KULONPROGO - Pemerintah berencana menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dan seperti biasa, sebelum harga BBM benar-benar dinaikkan, harga sejumlah barang kebutuhan pokok atau sembako sudah duluan naik.

Seperti di pasar tradisional di Kulonprogo. Harga sembako mengalami kenaikan meski kenaikannya belum signifikan. Salah seorang pedagang Beras di Pasar Wates, Novi Sapta mengatakan kenaikan harga beras terjadi sejak dua hari lalu. Harga beras bervariasi antara Rp7.000-8.500 per kilogramnya (kg). Setiap satu kilogram hanya naik Rp100. “Beras naik, sedikit harga masih normal. Pasokan juga lancar,” ujarnya kemarin.

Novi mengaku tidak tahu kenapa harga naik. Namun dia ikut menaikkan karena harga kulakan juga mengalami kenaikan sedikit. Padahal penjualan stabil dan cenderung menurun, selepas bulan haji lalu. “Biasanya kalau BBM akan naik, berpengaruh atas harga,” tukasnya. Pedagang sembako, Agung Nugroho menambahkan harga minyak goreng juga terus naik. Kenaikan ini masih kecil, per liternya hanya Rp200. Hal yang sama juga pada jenis gula pasir. Harga gula satu sak naik Rp2.000. Sehingga harga jual terdorong naik Rp100 per kg.

“Rata-rata ada kenaikan, tapi masih sedikit,” tuturnya. Sementara itu, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Diperindag dan UKM DIY Eko Witoyo mengatakan harga sembako di DIY rata-rata masih stabil dan normal. Tidak ada perubahan harga, kecuali telur yang mengalami penurunan sedikit. Kenaikan harga terjadi pada komoditas cabai, yakni cabai merah keriting naik Rp1.000 menjadi Rp33.000 per kg. Sedangkan cabai rawit merah dan hijau naik Rp2.300 menjadi Rp25.600-30.000.

Sementara itu, pedagang Pasar Bantul, Sri Jumilatun mengatakan sudah sepekan ini hampir semua jenis cabai harganya mengalami kenaikan. Harga cabai rawit merah yang semula Rp10.000 naik menjadi Rp40.000 per kg. “Selain cabai yang mengalami kenaikan, harga cabai merah besar juga naik drastis. Awalnya Rp18.000 lalu naik menjadi Rp30.000 per kg dan sekarang naik lagi jadi Rp40.000,”paparnya.

Akibatnya, Sri hanya bisa menjual sekitar 5 kg cabai dalam sehari. Padahal biasanya bisa menjual dua hingga tiga kali lipat dibanding penjualan saat ini. “Kami sebenarnya sudah mengambil dari Kulonprogo dan Muntilan (Jawa Tengah). Tapi harga dari sana sudah tinggi,” ujarnya.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Bantul Sahadi Suparjo membantah adanya kenaikan harga sejumlah komoditas tersebut karena isu kenaikan BBM. Menurut dia, kenaikan harga lebih disebabkan panenan petani di daerah pesisir selatan Bantul sangat terbatas.

Terpisah, petugas pemantau harga barang Disperindagkoptan Kota Yogyakarta Sumarno mengatakan, sebagian besar komoditas masih ditawarkan dengan harga stabil. Kenaikan hanya terjadi untuk komoditas cabai dan beras. “Cabai naik paling banyak. Saat ini jenis teropong mencapai Rp44.000 per kg. Sementara beras kenaikannya antara Rp100 hingga Rp200 per kg. Untuk kelas medium harga Rp9.000 sementara premium Rp10.000 per kg,” ujar Sumarno.

Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkoptan Kota Yogyakarta Sri Harnani mengatakan, dari pemantauan yang dilakukan kondisi harga barang dalam dua pekan terakhir cenderung stabil. Dengan demikian, desas-desus rencana kenaikan harga BBM tidak memberikan pengaruh terhadap harga barang di Kota Yogyakarta. Kendati demikian, Nanik segera melakukan koordinasi dengan PT Pertamina untuk mengetahui stok BBM bersubsidi di Kota Yogyakarta.

“Segera akan lakukan evaluasi dan koordinasi dengan Pertamina untuk mengetahui stok BBM bisa sampai kapan,” tandasnya. Data terakhir yang diterima menyebutkan, stok BBM bersubsidi di Kota Yogyakarta hanya mampu memenuhi kebutuhan hingga pertengahan Desember mendatang.

Kuntadi/ Erfanto linangkung/ Maha deva
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4929 seconds (0.1#10.140)