Bergaya dengan Batu Akik

Minggu, 09 November 2014 - 12:36 WIB
Bergaya dengan Batu Akik
Bergaya dengan Batu Akik
A A A
BATU cincin atau disebut juga batu akik kini menjadi incaran banyak orang. Tidak hanya kalangan orang tua dan orang-orang berada, tapi juga merambah ke anak-anak muda. Kondisi ini pun melahirkan banyak jenis batu akik.

Batu cincin (akik) ini tak lain merupakan produk dari bebatuan yang mengalami proses dan waktu tertentu atau singkatnya produk geologi. Batu yang ditemukan penambang adalah bahan mentah atau hanya bongkahan.

Untuk membuatnya jadi lebih berharga, ada proses panjang hingga akhirnya bongkahan batu-batu itu berwujud permata indah dan dipakai sebagai perhiasan. Meski belum berwujud akik, batu-batu yang ditemukan warga banyak yang sudah laku dijual. Harganya berkisar antara puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah setiap bongkahnya. Harga tentu atau lebih mahal bergantung kualitas batu akik yang akan dihasilkan nantinya. “Ada prosesnya.

Jadi batu yang ada di tangan saya itu biasanya sudah di tangan yang kelima,” ujar Riandi, salah seorang pecinta batu asal Aceh. Riandi mengaku, batu solar Aceh yang dimilikinya sudah beredar di Medan. Dia pun kadang menjualnya lewat dunia online atau teman-teman yang memang senang dengan batu cincin. Tapi memangakhir- akhirinidiakuinya banyak permintaan dari Medan. Diakuinya, untuk bongkahan batu solar Aceh, harganya sekarang bisa mencapai belasan juta rupiah per kilogram. Bongkahanituyangakandiproses jadi batu cincin.

“Jadi satu batu cincin itu harganya bisa puluhan juta rupiah. Sebab, untuk bongkahan satu kilogram itu, kadang hanya menghasilkan satu batu cincin saja,” ungkapnya. Sebelum batu solar Aceh ini, sudah banyak batu cincin yang diincar pecinta batu. Salah satunya adalah batu Sungai Dareh, dari Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. Batu hijau ini konon dipakai oleh Presiden SBY dan Presiden AS, Barack Obama.

Menurut situs resmi Kabupaten Dharmasraya, pemkab juga menjadikan batu Sungai Dareh itu sebagai cenderamata eksklusif untuk tamu-tamu atau pejabat pemerintah yang datang ke sana. Tapi tidak sedikit pula batu cincin yang dihubungkan dengan hal-hal gaib atau mistis, seperti pada batu merah delima, batu kalimaya, kuyang yakut, combong, hingga giok. Terkait batu cincin yang dinilai sebagian kalangan masyarakat memiliki nilai mistik mulai dari memikat lawan bicara hingga mendatangkan rezeki, Arsyad menegaskan hal itu tidak ada kaitannya. “Tidak ada itu (mistis-mistis). Tergantung kemanisan di tangan, enak dilihat mata berarti bagus,” ujar pedagang batu akik di seputaran Kantor Pos Besar Medan ini.

2014 Masa Keemasan Batu Cincin

Dia pun menyebutkan, tahun 2014 adalah masa keemasan batu cincin. Hal ini tidak terlepas dari semakin ramainya event yang memperkenalkan batu cincin sebagai salah satu batu berharga dan menjadi gaya.

Hal senada diungkapkan kolektor batu akik lainnya, Forneman. Diamenyebutkan, biasanya sebagian kalangan menengah ke bawah yang menganggap batu tersebut punya nilai mistis dengan memakainya seperti mendapatkan kemampuan membuka aura hingga menjaga kewibawaan. Tapiseiringwaktu, anggapan tersebut bergeser. Banyak yang kini mementingkan aspek keindahannya sebagai aksesori untuk menambah penampilan dibanding sisi mitosnya.

“Buktinya, sekarang mulai dari orang tua hingga anak muda menggemari batu akik. Kalau untuk anggapan mistis, saya rasa anggapan itu sudah mulai memudar. Tergantung keserasian memakainya dan manfaat untuk mencegah stres, depresi dengan ukiran alami yang ada di batu,” ucapnya. Batu giok aceh, idocrase, batu bacan asal Halmahera dari kawasan timur Indonesia, hingga Sungai Dareh menurutnya yang paling marak dan dicari pehobi batu akik, kendati banyak juga yang mencari jenis lain.

Warnanya pertama identik hijau, batu ini di 2014 mem-booming, Jika menilik ke belakang, batu akik kadang kerap diasosiasikan dengan hal-hal mistis. Brilian Moktar, salah satu pecinta batu akik, tidak menampik hal itu. “Asumsi batu punya nilai magis tergantung orangnya. Tapi biasanya orang memakai batu cincin lebih percaya diri,” ungkap anggota DPRD Sumut ini. Brilian sendiri memiliki beberapa jenis batu.

Dia mengatakan, secara ilmiah sejauh ini belum ada bukti empiris batu alam itu memiliki kemampuan untuk mengobati penyakit tertentu. Namun, batu tersebut berpengaruh pada kondisi psikis si pemakai.

“Seperti saya katakan, pengaruhnya banyak ke psikologis. Misalnya kalau saya pakai batu, maka saya makin percaya diri. Itu aspek psikologi saja,” ujarnya. Mesti begitu ada juga batubatu tertentu disebutkan para ahli telah terbukti memiliki daya untuk mengobati penyakit seperti batu giok. Dia mengatakan, batu giok telah dipakai di China secara turun-temurun untuk mengobati penyakit dalam.

“Saya pernah baca, pendapat ahli, batu giok secara ilmiah memiliki pori-pori yang sangat mudah menyerap unsur-unsur. Dia mempunyai pembawaan dingin, jadi orang dulu pakai untuk serap racun di tubuh,” ungkap Brilian. Terpisah, pengamat sosial masyarakat, Agus Suriadi, menyebut ada nilai-nilai tertentu yang terbangun dari orangorang yang menggemari batu.

“Makanya ada yang rela menghabiskan uang jutaan rupiah hanya untuk batu. Ada juga yang menyebutnya representasi simbol status sosial tertentu,” ungkapnya. Dia menuturkan, batu akik bisa dikatakan salah satu berkah kekayaan alam dari Tuhan untuk Indonesia. Hal tersebut bisa dibanggakan. Hal ini bisa dilihat saat Presiden AS Barack Obama datang ke Indonesia, dimana cenderamata yang diberikan adalah batu akik.

“Saya kira selagi positif dan tidak memaksakan tidak salah jika senang dengan batu. Jadi saya berpendapat, booming batu akik ini hanya akan terjadi pada orang yang memang menyukai batu. Bagi yang ikutikutan ya hanya jadi pelengkap gaya saja,” tandasnya.

Fakhrur rozi/ Irwansiregar
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9438 seconds (0.1#10.140)
pixels