Primadona Olah Raga Bela Diri Wanita Urban

Jum'at, 07 November 2014 - 16:31 WIB
Primadona Olah Raga Bela Diri Wanita Urban
Primadona Olah Raga Bela Diri Wanita Urban
A A A
Bagi perempuan urban, menggeluti olahraga bela diri sepertinya menjadi keharusan. Selain alasan pertahanan diri, keikutsertaan pada olahraga Muay Thai juga untuk membentuk tubuh ideal.

Pengalaman menarik dikisahkan Syasha, 27, ibu satu put ri ini mengaku men da pat menfaat mengikuti Muay Thai pada proses kelahiran anak pertamanya. Ketika menjalani proses per salinan, kelahirannya terasa lebih mudah. “Ketika mau melahirkan, cuma sebentar, tidak sampai 15 menit sudah lahiran,” ujarnya tersenyum. Selain itu, kata Syasha, perempuan masa kini memang harus memiliki basicilmu bela diri. Menurutnya, apabila perempuan memiliki bela diri, bisa melindungi dirinya sendiri ketika mendapat ancaman dari orang yang ingin berbuat jahat.

“Zaman sekarang kan ngeri ya melihat kejahatan dengan korban perempuan. Jadi kalau kita sudah siap dengan bela diri, paling tidak bisa melawan. Saya sendiri belum pernah ketemu orang jahat dan mudah-mudahan jangan. Tapi kalau sudah ada antisipasi, jadi lebih percaya diri,” terang dia. Begitupun dengan kisah Gloariane, 30. Wanita berkulit putih dengan rambut pendek ini mengungkapkan, sudah tiga bulan dia menjadi memberdan mengikuti latihan Muay Thai di sanggar milik Jhejhe. Menurutnya, selama tiga bulan itu dia merasakan ada perbedaan dari tu buhnya, yakni merasa lebih fit dan ringan bergerak. “Yang saya rasakan meningkatkan stamina.”

“Saya tidak mudah sakit, tidak mudah lelah. Apalagi di saat cuaca yang berubah-ubah seperti sekarang, saya bisa tetap sehat,” ucapnya ditemui usai latihan Muay Thai-nya. Menurut wanita yang bekerja sebagai wiraswasta ini, keinginannya menggeluti Muay Thai murni untuk menjaga kesehatannya. Perkenalan dengan Muay Thai pun ungkap dia, melalui hasil riset.

“Saya sempat cari-cari dulu, olah raga apa yang tepat kalau ingin menjaga kesehatan tubuh, akhirnya saya menemukan Muay Thai, dan memang sekarang kondisi saya bisa lebih stabil,” ungkapnya. Lain Syasha dan Gloriane, lain pula cerita Dini Noviani, 21. Semula, niatnya mengikuti kelas Muay Thai untuk menjaga berat badannya. Namun, hal yang membuat Dini kesal justru datang dari temannya, bukan pujian karena tubuhnya kian proporsional, melainkan imageseram yang melekat padanya.

“Saya jadi kesal saja, pas teman-teman kampus tahu kalau saya ikut kelas Muay Thai, mereka seperti menganggap saya sebagai sosok monster yang harus ditakuti dan dijauhi. Padahal, saya sendiri tidak pernah memamerkan jurus-jurus Muay Thai yang sudah saya kuasai,” kisahnya. Mendapat stigma negatif seperti itu, sempat membuat Dini jadi malas melanjutkan kelas Muay Thai-nya. Padahal, dia mengikut kelas Muay Thai sejak masih duduk di bangku SMA. “Ya selain karena anggapan itu, di satu sisi kesibukan kuliah yang bikin saya harus berhenti,” ungkapnya.

Berbeda dengan Esa, 15. Esa sukses menyembunyikan ke bisaannya dalam olah raga Muay Thai, jadi dia tidak perlu mendapat predikat monster perempuan di sekolahnya. “Temen-temen tidak tahu kalau saya ikut Muay Thai. Jadi ga pernah gimana-gimana. Saya juga tidak pernah berlaga mengeluarkan jurus,” terangnya.

Selain merasakan manfaat yang sama dari Muay Thai, Esa kini serius menekuni Muay Thai, dengan harapan bisa menjadi atlit yang berlaga di kancah nasional maupun internasional.

Anne Rufaidah
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7017 seconds (0.1#10.140)