Produksi Keris dari Murah hingga Berharga Puluhan Juta
A
A
A
Seorang perajin keris di Dusun Banyusumurup, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri sedang menunjukkan keris buatannya.
Imogiri selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah yang banyak terdapat bangunan cagar budaya tersebut memang sangat identik dengan sejarah perkembangan dari Kerajaan Mataram yang menjadi cikal bakal perkembangan DIY tersebut. Makam Raja Imogiri menjadi salah satu bangunan bersejarah di wilayah ini menunjukkan bahwa Imogiri tidak bisa lepas dari unsur tradisi Jawa.
Bahkan di wilayah ini ada beberapa peninggalan tradisi Kerajaan Mataram yang masih dipertahankan sampai saat ini. Tak hanya dipertahankan, tetapi juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian mereka sehari-hari. Sebut saja seperti Batik, Wedang Uwuh hingga keris banyak ditemukan di wilayah ini. Sentra-sentra benda peninggalan tradisi Jawa tersebut banyak ditemukan di wilayah ini.
Batik banyak ditemukan di Desa Giriloyo, sementara Wedang Uwuh menjadi minuman andalan seputaran makam Raja Imogiri untuk menjamu setiap wisatawan yang datang. Tetapi Keris mungkin belum banyak yang tahu, kalau ternyata ada satu wilayah di Kawasan Imogiri yang seluruh penduduknya menggantung - kan hidupnya dari membuat keris.
Adalah Dusun Banyusumurup, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri menjadi pemasok terbesar keris-keris yang sekarang banyak dijual di berbagai wilayah. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu perajin keris di kawasan tersebut, Aladin. Menurut Aladin, di Dusun Banyusumurup, hampir semua dari ratusan kepala keluarga (KK) yang mengandalkan hidupnya dengan membuat keris dan seperangkat alat pendukungnya.
Di dusun tersebut, ada sebagian penduduk yang khusus membuat keris yaitu batang keris terbuat dari besi dengan lekukan (luk), ada sebagian yang membuat wadah atau sering disebut warangka, dan setiap bagian ada yang mengerjakannya. “Iya, di sini turun-temurun sudah mengerjakan keris,” paparnya.
Keris di wilayah ini memang memiliki ragam yang sangat banyak, semuanya berdasarkan pesanan. Ada keris yang sengaja dibuat sebagai aksesori atau hiasan pelengkap pakaian Jawa yang kini sudah banyak diberlakukan menjadi keharusan setiap tanggal tertentu, keris sebagai koleksi dengan ciri khas memiliki pamor-pamor berlapiskan berbagai jenis logam mulia.
“Ada yang meminta dibalut dengan kuningan hingga emas. Itu semua menentukan harga,” paparnya. Ragam keris memang cukup banyak di wilayah ini, tingkat kesulitan hingga bahan yang digunakan sangat menentukan harga jual masing-masing ke - ris. Di tempat ini, harga paling murah hanya sekitar Rp50.000 dan yang paling mahal sampai tak terhingga. Itu semua tergan tung dari keinginan pencinta keris yang memesannya.
“Saya sendiri pernah menjual keris sampai harga Rp27 juta,” ungkapnya bangga. Salah seorang pencinta keris Heny Purwanta mengaku sengaja mengoleksi keris karena dapat menimbulkan kepuasan batin tersendiri. “Saya beberapa kali datang ke sini (Banyusumurup) untuk membeli keris,” papar pengusaha hotel ini.
Erfanto Linangkung
Bantul
Imogiri selama ini dikenal sebagai salah satu wilayah yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Wilayah yang banyak terdapat bangunan cagar budaya tersebut memang sangat identik dengan sejarah perkembangan dari Kerajaan Mataram yang menjadi cikal bakal perkembangan DIY tersebut. Makam Raja Imogiri menjadi salah satu bangunan bersejarah di wilayah ini menunjukkan bahwa Imogiri tidak bisa lepas dari unsur tradisi Jawa.
Bahkan di wilayah ini ada beberapa peninggalan tradisi Kerajaan Mataram yang masih dipertahankan sampai saat ini. Tak hanya dipertahankan, tetapi juga menjadi salah satu sumber mata pencaharian mereka sehari-hari. Sebut saja seperti Batik, Wedang Uwuh hingga keris banyak ditemukan di wilayah ini. Sentra-sentra benda peninggalan tradisi Jawa tersebut banyak ditemukan di wilayah ini.
Batik banyak ditemukan di Desa Giriloyo, sementara Wedang Uwuh menjadi minuman andalan seputaran makam Raja Imogiri untuk menjamu setiap wisatawan yang datang. Tetapi Keris mungkin belum banyak yang tahu, kalau ternyata ada satu wilayah di Kawasan Imogiri yang seluruh penduduknya menggantung - kan hidupnya dari membuat keris.
Adalah Dusun Banyusumurup, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri menjadi pemasok terbesar keris-keris yang sekarang banyak dijual di berbagai wilayah. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu perajin keris di kawasan tersebut, Aladin. Menurut Aladin, di Dusun Banyusumurup, hampir semua dari ratusan kepala keluarga (KK) yang mengandalkan hidupnya dengan membuat keris dan seperangkat alat pendukungnya.
Di dusun tersebut, ada sebagian penduduk yang khusus membuat keris yaitu batang keris terbuat dari besi dengan lekukan (luk), ada sebagian yang membuat wadah atau sering disebut warangka, dan setiap bagian ada yang mengerjakannya. “Iya, di sini turun-temurun sudah mengerjakan keris,” paparnya.
Keris di wilayah ini memang memiliki ragam yang sangat banyak, semuanya berdasarkan pesanan. Ada keris yang sengaja dibuat sebagai aksesori atau hiasan pelengkap pakaian Jawa yang kini sudah banyak diberlakukan menjadi keharusan setiap tanggal tertentu, keris sebagai koleksi dengan ciri khas memiliki pamor-pamor berlapiskan berbagai jenis logam mulia.
“Ada yang meminta dibalut dengan kuningan hingga emas. Itu semua menentukan harga,” paparnya. Ragam keris memang cukup banyak di wilayah ini, tingkat kesulitan hingga bahan yang digunakan sangat menentukan harga jual masing-masing ke - ris. Di tempat ini, harga paling murah hanya sekitar Rp50.000 dan yang paling mahal sampai tak terhingga. Itu semua tergan tung dari keinginan pencinta keris yang memesannya.
“Saya sendiri pernah menjual keris sampai harga Rp27 juta,” ungkapnya bangga. Salah seorang pencinta keris Heny Purwanta mengaku sengaja mengoleksi keris karena dapat menimbulkan kepuasan batin tersendiri. “Saya beberapa kali datang ke sini (Banyusumurup) untuk membeli keris,” papar pengusaha hotel ini.
Erfanto Linangkung
Bantul
(ars)