Asah Kreativitas Warga Binaan agar Mandiri
A
A
A
PALEMBANG - Lembaga pemas yarakatan (Lapas) wanita kelas II A Palembang menda pa tkan bantuan alat dan bahan pelatihan garmen bagi warga binaannya dari Kementerian Perindustrian.
Direktur IKM Wilayah I Kementerian Perindustrian Emil Pandjaitan mengatakan, bantuan ini merupakan tindak lanjut dari MoU antara Ke me nterian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) tahun 2012 lalu. Palembang merupakan kota pertama di wilayah Sumatera yang mendapatkan bantuan tersebut.
“Kita maksudkan warga binaan bisa mandiri ketika kembali ke masyarakat nantinya. Kita juga harap Palembang bisa menjadi pusat produksi garmen ke depannya,” ucap Emil dalam kesempatan tersebut. Dia menyebutkan, total nilai ban tuan sekitar Rp200 juta yang meliputi lima unit mesin jahit, tiga unit mesin bordir, dan satu unit mesin obras. Selain itu, sejumlah benang dan bahan baku jahit juga diberikan untuk memudahkan pelatihan.
Dipastikannya, alat-alat ini bisa dioperasionalkan para warga binaan secara bergantian. “Kenapa kami tempatkan ini di Lapas dan bukannya memberikan langsung ke warga binaan? Karena mereka kan ada batas waktunya tinggal di sini,” ujarnya. Menurut Emil, biasanya ban tuan bermesin diberikan ber samaan dengan mesin genset. Hal ini terkait kondisi Sumsel yang masih biarpet dan defisit listrik. Namun, mengingat daya listrik untuk mesin jahit ini cukup sedikit sekitar 50 watt atau 150 watt untuk mesin obras, bantuan genset tidak diberikan.
“Untuk bantuan mesin yang besar seperti mesin kopi biasanya kami berikan juga genset. Patokannya industri kecil dan menengah yang sifatnya voltase besar. Tapi ini tidak dberikan genset karena selain daya yang dibutuhkan sedikit, juga tidak setiap hari dipakai,” jelas dia.
Sementara itu, Kepala Lapas Wanita Kelas II A Palembang Rach mayanthy menyatakan, pihaknya akan mengandalkan bantuan ini untuk pembinaan dan pelatihan bagi warga binaan dalam bidang industri kreatif setelah kafe, kerajinan tang an, dan salon. Itu sebabnya, disiapkan satu ruangan khusus di Lapas untuk dijadikan ruang pe latihan. Dipilih 15 warga binaan untuk ikut pelatihan. Mereka ini yang sudah lulus prasyarat atau assessment.
Meskipun saat ini pemasaran komersial belum ada, pihaknya tetap akan memberikan kua litas terbaik untuk hasil produksi garmen warga binaan. Dimungkinkannya, bila ke depan pen jualan garmen sudah berjalan, maka dipastikan perse ntase pendapatan tetap akan ada, baik untuk operasional dan modal Lapas maupun bagi upah ker ja warga binaan.
“Pihak Kanwil Ke menkumham sudah memesan untuk seragam pegawai tahun depan dibuatkan di garmen kita. Kedepan nya, kita kembangkan pemasaran lebih luas,” cetus Rachma kepada KORAN SINDO PALEMBANG.
Yulia savitri
Direktur IKM Wilayah I Kementerian Perindustrian Emil Pandjaitan mengatakan, bantuan ini merupakan tindak lanjut dari MoU antara Ke me nterian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) tahun 2012 lalu. Palembang merupakan kota pertama di wilayah Sumatera yang mendapatkan bantuan tersebut.
“Kita maksudkan warga binaan bisa mandiri ketika kembali ke masyarakat nantinya. Kita juga harap Palembang bisa menjadi pusat produksi garmen ke depannya,” ucap Emil dalam kesempatan tersebut. Dia menyebutkan, total nilai ban tuan sekitar Rp200 juta yang meliputi lima unit mesin jahit, tiga unit mesin bordir, dan satu unit mesin obras. Selain itu, sejumlah benang dan bahan baku jahit juga diberikan untuk memudahkan pelatihan.
Dipastikannya, alat-alat ini bisa dioperasionalkan para warga binaan secara bergantian. “Kenapa kami tempatkan ini di Lapas dan bukannya memberikan langsung ke warga binaan? Karena mereka kan ada batas waktunya tinggal di sini,” ujarnya. Menurut Emil, biasanya ban tuan bermesin diberikan ber samaan dengan mesin genset. Hal ini terkait kondisi Sumsel yang masih biarpet dan defisit listrik. Namun, mengingat daya listrik untuk mesin jahit ini cukup sedikit sekitar 50 watt atau 150 watt untuk mesin obras, bantuan genset tidak diberikan.
“Untuk bantuan mesin yang besar seperti mesin kopi biasanya kami berikan juga genset. Patokannya industri kecil dan menengah yang sifatnya voltase besar. Tapi ini tidak dberikan genset karena selain daya yang dibutuhkan sedikit, juga tidak setiap hari dipakai,” jelas dia.
Sementara itu, Kepala Lapas Wanita Kelas II A Palembang Rach mayanthy menyatakan, pihaknya akan mengandalkan bantuan ini untuk pembinaan dan pelatihan bagi warga binaan dalam bidang industri kreatif setelah kafe, kerajinan tang an, dan salon. Itu sebabnya, disiapkan satu ruangan khusus di Lapas untuk dijadikan ruang pe latihan. Dipilih 15 warga binaan untuk ikut pelatihan. Mereka ini yang sudah lulus prasyarat atau assessment.
Meskipun saat ini pemasaran komersial belum ada, pihaknya tetap akan memberikan kua litas terbaik untuk hasil produksi garmen warga binaan. Dimungkinkannya, bila ke depan pen jualan garmen sudah berjalan, maka dipastikan perse ntase pendapatan tetap akan ada, baik untuk operasional dan modal Lapas maupun bagi upah ker ja warga binaan.
“Pihak Kanwil Ke menkumham sudah memesan untuk seragam pegawai tahun depan dibuatkan di garmen kita. Kedepan nya, kita kembangkan pemasaran lebih luas,” cetus Rachma kepada KORAN SINDO PALEMBANG.
Yulia savitri
(ars)