Budaya Pengikat Hubungan Mesra Antarbangsa

Minggu, 02 November 2014 - 15:23 WIB
Budaya Pengikat Hubungan Mesra Antarbangsa
Budaya Pengikat Hubungan Mesra Antarbangsa
A A A
Universitas Pendidikan Bandung (UPI) menggelar Culture Summit 2014di Gedung Achmad Sa nusi, Kampus UPI Jalan Setia budhi Bandung selama tiga hari, 1-3 November. Kegiatan bertaraf internasional ini diikuti oleh 25 negara Asia dan Afrika. Acara diisi dengan sejumlah pertunjukan seni budaya dari negara peserta.

Di antaranya, Indonesia, India, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, Tiongkok, Kamboja, Srilangka, dan Jepang. Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) UPI Didi Sukyadi mengatakan, penye lenggara Culture Summit 2014 adalah organisasi Osaka In The World danKe men te rian Pariwisata. Tahun ini Osa ka In The World bekerja sama dengan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) dan Faklutas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) UPI.

Eventini, kata Didi, merupakan pertemuan negara-negara di Asia dan Afrika dengan pendekatan budaya. Sebab budaya merupakan akar kehidupan. Dengan budaya, seseorang bisa memaknai hidupnya, orang lain, dan lingkungan. Dengan budaya juga akan timbul tolerasi, saling menyayangi, hidup berdampingan, tanpa ada kekerasan, konflik, dan peperangan. “Tidak hanya itu dengan budaya ini juga kita bisa mewariskan nilai yang postif kepada generasi muda,” kata Didi

Menurut dia, nilai budaya ini memiliki makna bagaimana hidup berdampingan, damai, dan nyaman dengan negara lain di dunia ini. Terutama Indonesia sebagai negara yang multi entis, suku, dan agama. “Saya berharap dengan pertemuan ini bisa menyelesaikan konflik, membangun cara berpikir dan hidup damai. Damai dengan diri sendiri, orang lain, dan alam sekitar,” ujar dia.

Dekan FPIPS UPI Bandung Karim Suryadi menyatakan, Culture Summit 2014 merupakan diplomasi budaya yang menekankan saling pe nger tian antarbangsa melalui persahabatan individual. “Dengan begitu, peserta berharap dapat meraih kebahagiaan s ejati dan terjalin hu - bungan antarwarga yang saling menghargai dalam ke sederajatan,” kata Karim. Menurut dia, kesadaran akan budaya bukan hanya disampaikan lewat apresiasi budaya tapi juga harus menjadi nilai dan cara-cara (mean and values) dalam pembelajaran.

Dengan begitu, siswa bukan hanya memahami budaya secara kognitif tapi juga merasakannya. Acara ini diisi dengan sejumlah kegiatan. Yakni, worshop kebudayaan, diskusi, pertunjukan kesenian dan budaya masing-masing negara. Workshopmemaparkan tentang suku terasing di negaranegara peserta.

Sedangkan Indonesia menggelar workshop tentang tari, gamelan, dan batik. Selain di Kampus UPI Bandung, Culture Summit 2014 juga berlangsung di Taman Budaya Jabar dan Museum Konferensi Asia Afrika (KAA). “Culture Summit diakhiri dengan deklarasi perdamaian 25 negara peserta dari Asia Afrika. Pembacaan deklarasi ini rencananya dilakukan di Taman Budaya Jabar (Dago Tea House). Selanjutnya peserta akan mengunjungi Museum KAA di Jalan Asia Afrika,” ujar dia.

Rektor UPI Bandung Sunaryo Kartadinata mengatakan, deklrasi ini merupakan komitmen di antara peserta Culture Summit 2014 untuk selalu menciptakan perdamaian. Lebih penting adalah komitmen membangun perdamaian dunia melalui pendidikan.

ANNE RUFAIDAH
Kota Bandung
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7650 seconds (0.1#10.140)