GO INTERNATIONAL
A
A
A
LEWAT jalur pop Sunda, dia menikmati popularitas. Namun asam garam perjuangan menjadi seorang seniman panggung didapat Rita dari seni tradisi.
Tak berlebihan pelantun bersuara merdu ini menempatkan seni Sunda sebagai pangbalikan atau tempat kembali di hari tua kelak. “Saya tetap memandang diri sendiri sebagai sinden. Musik tradisi Sunda bakal menjadi tempat pangbalikan nanti. Jiwa, roh, dan sukma ini akan menetap di tradisi,” ujar Rita ketika berbincang bersama KORAN SINDOusai syuting Pasosore EdasTVRI Jabar dimana Rita menjadi host-nya.
Tidak semata-mata jatuh dari langit, semua keberhasilan yang diraihnya memang buah dari kegigihan serta tempaan mental sejak berusia dini. Dibesarkan seorang kakek yang seorang dalang wayang golek, Rita kecil sudah demikian akrab dengan dunia panggung. Dia pun sudah terbiasa mencari pundi-pundi uang dari pangggung ke panggung, dan beragam perhelatan di desanya, Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
“Sebelum merambah jalur pop saya berkiprah di jalur tradisi. Pertama kali nyindenwaktu kelas 1 SD. Waktu itu honornya Rp1.500m, dipakai bayar SPP Rp600 sisanya buat jajan adik dan bantu-bantu ibu. Alhamdulillah, sejak kecil saya sudah mandiri dan bisa bantu ekonomi orang tua,” kata artis kelahiran 16 Desember 1984. Lomba nyanyi atau pasanggiri pun menjadi tempat Rita mengasah bakat musiknya.
Di jalur ini prestasinya pun layak diacungi jempol. Artis murah senyum ini pernah menyabet gelar Juara I Kawih se-Jabar, Penyanyi Daerah Terbaik Tingkat Nasional dalam kontes yang digelar di Taman Mini Indonesi Indah, Juara I dan Favorit Kepesindenan Piala Titim Fatimah. Bahkan pada 2005, dia mendapat penghargaan dari gubernur Jabar sebagai Penyanyi Pop Sunda Berprestasi. Keandalan Rita dalam olah vokal mendapat pengakuan dari banyak pihak. Bahkan seorang recording engineerkawakan yang berpengalaman menangani proses rekaman artis papan atas berani menyebut Rita sebagai “Rossa-nya Pop Sunda”.
Talenta yang dimiliki Rita terbilang unik. Besar di pentas live, Rita mengaku terbiasa menjaga stabilitas tonejika bernyanyi di atas panggung. Jika merasa akan salah, dia akan spontan mengubah harga not. “Melakukan improvisasi itu kan sesuatu yang tidak gampang dilakukan. Tapi saya bisa karena terbiasa. Semua teknik itu dikuasai karena seringnya saya manggung di berbagai forum,” akunya. Kiprahnya di jalur rekaman diawali album Kawih Degung Murangkalih (1995).
Popularitas di jalur Pop Sunda diraihnya lewat lagu Teuteup Jeung Imut, lagu romantis karya composer legendaris mendiang Nano S yang dirilis pada 2002. “Meskipun saya berkiprah di jalur pop Sunda, jiwa saya selalu ada di jalur musik tradisi. Idealisme saya berada di jalur musik tradisi,” ungkap Rita. Seiring bergulirnya waktu, langkahnya kian melebar ke mancanegara. Rita pernah diundang konser dan mengajar musik tradisi Sunda di Amerika Serikat, yakni Pittsburgh University, Ohio University, Emory University, dan Atlanta University.
“Malah di Emory University saya mendapat kehormatan untuk memberi nama kepada seperangkat gamelan degung baru milik universitas tersebut. Saya menamainya Nyai Mandala Sari,” papar Rita sambil memerlihatkan sertifikat penghargaan dari Emory University. Rita sering tampil di luar negeri bersama grup Samba Sunda pimpinan Kang Ismet Ruchimat. Bahkan setiap tahun perform di Tong Tong Fair di Belanda.
Bersama Samba Sunda dia sempat membuat album kolaborasi dengan musisi Norwegia. “Insyaallah November mendatang akan performdi Eropa lagi bersama Samba Sunda, sekalian rekaman kolaborasi dengan musisi Inggris dan India,” tutur perempuan penyuka warna merah. Meski sedikit malu-lalu, Rita bersama grup Babenjo rupanya telah lolos seleksi ajang Asia’s Got Talent yang akan digelar di Singapura tahun 2015
“Saya sempat bingung dan kaget saat lolos jadi finalis. Masalahnya saya sudah terikat kontrak dengan berbagai klien sampai Desember 2014. Alhamdulillah karantinanya dimulai Januari 2015,” bebernya sambil tertawa. Sukses sebagai artis tidak membuat Rita mengabaikan pendidikan formal. Dengan mengantongi ijazah dari SMKN 10 Bandung (SMK Karawitan), Rita mendaftar di Jurusan Musik Universitas Pendidikan Indonesia. Kini dia melanjutkan studinya di UPI ke jenjang S2
“Saya mengambil bidang etnomusikologi. Pada waktu mendatang saya ingin mengamalkan ilmu sebagai pendidik,” ujar Rita
Dini budiman
Tak berlebihan pelantun bersuara merdu ini menempatkan seni Sunda sebagai pangbalikan atau tempat kembali di hari tua kelak. “Saya tetap memandang diri sendiri sebagai sinden. Musik tradisi Sunda bakal menjadi tempat pangbalikan nanti. Jiwa, roh, dan sukma ini akan menetap di tradisi,” ujar Rita ketika berbincang bersama KORAN SINDOusai syuting Pasosore EdasTVRI Jabar dimana Rita menjadi host-nya.
Tidak semata-mata jatuh dari langit, semua keberhasilan yang diraihnya memang buah dari kegigihan serta tempaan mental sejak berusia dini. Dibesarkan seorang kakek yang seorang dalang wayang golek, Rita kecil sudah demikian akrab dengan dunia panggung. Dia pun sudah terbiasa mencari pundi-pundi uang dari pangggung ke panggung, dan beragam perhelatan di desanya, Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
“Sebelum merambah jalur pop saya berkiprah di jalur tradisi. Pertama kali nyindenwaktu kelas 1 SD. Waktu itu honornya Rp1.500m, dipakai bayar SPP Rp600 sisanya buat jajan adik dan bantu-bantu ibu. Alhamdulillah, sejak kecil saya sudah mandiri dan bisa bantu ekonomi orang tua,” kata artis kelahiran 16 Desember 1984. Lomba nyanyi atau pasanggiri pun menjadi tempat Rita mengasah bakat musiknya.
Di jalur ini prestasinya pun layak diacungi jempol. Artis murah senyum ini pernah menyabet gelar Juara I Kawih se-Jabar, Penyanyi Daerah Terbaik Tingkat Nasional dalam kontes yang digelar di Taman Mini Indonesi Indah, Juara I dan Favorit Kepesindenan Piala Titim Fatimah. Bahkan pada 2005, dia mendapat penghargaan dari gubernur Jabar sebagai Penyanyi Pop Sunda Berprestasi. Keandalan Rita dalam olah vokal mendapat pengakuan dari banyak pihak. Bahkan seorang recording engineerkawakan yang berpengalaman menangani proses rekaman artis papan atas berani menyebut Rita sebagai “Rossa-nya Pop Sunda”.
Talenta yang dimiliki Rita terbilang unik. Besar di pentas live, Rita mengaku terbiasa menjaga stabilitas tonejika bernyanyi di atas panggung. Jika merasa akan salah, dia akan spontan mengubah harga not. “Melakukan improvisasi itu kan sesuatu yang tidak gampang dilakukan. Tapi saya bisa karena terbiasa. Semua teknik itu dikuasai karena seringnya saya manggung di berbagai forum,” akunya. Kiprahnya di jalur rekaman diawali album Kawih Degung Murangkalih (1995).
Popularitas di jalur Pop Sunda diraihnya lewat lagu Teuteup Jeung Imut, lagu romantis karya composer legendaris mendiang Nano S yang dirilis pada 2002. “Meskipun saya berkiprah di jalur pop Sunda, jiwa saya selalu ada di jalur musik tradisi. Idealisme saya berada di jalur musik tradisi,” ungkap Rita. Seiring bergulirnya waktu, langkahnya kian melebar ke mancanegara. Rita pernah diundang konser dan mengajar musik tradisi Sunda di Amerika Serikat, yakni Pittsburgh University, Ohio University, Emory University, dan Atlanta University.
“Malah di Emory University saya mendapat kehormatan untuk memberi nama kepada seperangkat gamelan degung baru milik universitas tersebut. Saya menamainya Nyai Mandala Sari,” papar Rita sambil memerlihatkan sertifikat penghargaan dari Emory University. Rita sering tampil di luar negeri bersama grup Samba Sunda pimpinan Kang Ismet Ruchimat. Bahkan setiap tahun perform di Tong Tong Fair di Belanda.
Bersama Samba Sunda dia sempat membuat album kolaborasi dengan musisi Norwegia. “Insyaallah November mendatang akan performdi Eropa lagi bersama Samba Sunda, sekalian rekaman kolaborasi dengan musisi Inggris dan India,” tutur perempuan penyuka warna merah. Meski sedikit malu-lalu, Rita bersama grup Babenjo rupanya telah lolos seleksi ajang Asia’s Got Talent yang akan digelar di Singapura tahun 2015
“Saya sempat bingung dan kaget saat lolos jadi finalis. Masalahnya saya sudah terikat kontrak dengan berbagai klien sampai Desember 2014. Alhamdulillah karantinanya dimulai Januari 2015,” bebernya sambil tertawa. Sukses sebagai artis tidak membuat Rita mengabaikan pendidikan formal. Dengan mengantongi ijazah dari SMKN 10 Bandung (SMK Karawitan), Rita mendaftar di Jurusan Musik Universitas Pendidikan Indonesia. Kini dia melanjutkan studinya di UPI ke jenjang S2
“Saya mengambil bidang etnomusikologi. Pada waktu mendatang saya ingin mengamalkan ilmu sebagai pendidik,” ujar Rita
Dini budiman
(ars)