Kepadatan, Satu Meja Tiga Siswa
A
A
A
PALEMBANG - Proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 139 Palembang cukup memprihatinkan karena daya tampung kelas tidak sebanding dengan jumlah siswa.
Guru Kelas III Minur Hutasoit mengakui, hampir seluruh kelas SDN 139 Palembang mengalami kepadatan jumlah siswa karena setiap tahun siswa baru yang mendaftar cukup banyak. Meski pihak sekolah sudah mem bagi setiap jenjang kelas men jadi lima lokal, jumlah siswanya tiap kelas masih padat.
“Wajar saja kepadatan terjadi karena SDN 139 menjadi satu-satunya sekolah dasar di ka - wasan Maskarebet. Kondisi ini sud ah berlangsung lama. Banyak siswa yang mendaftar hing ga setiap kelasnya padat. Satu meja saja bisa ditempati sampai dengan tiga murid. Kondisi ini hampir sama di se - tiap kelas,” katanya kemarin.
Dia memperkirakan jumlah siswa di SDN 139 Palembang mencapai 1.500 siswa. Adapun jum lah murid setiap kelas bervariasi. Namun demikian, jumlah siswa rata-rata setiap kelas melebihi 40 siswa. “Mulai dari kelas I, II, III, IV dan V, serta VI, setiap tingkatannya terdapat lima kelompok belajar. Misalnya kelas I, terdapat IA, IB, IC, ID, dan IE, sampai dengan kelas VI. Untuk kelas III saja ada yang mencapai 53 siswa. Padahal, seharusnya kelas itu kembali dibagi dua supaya proses belajar efektif,” paparnya.
Kepadatan siswa, kata dia, selain mengakibatkan aktivitas belajar tidak efektif, guru juga semakin penat saat melakukan aktivitas mengajar. “Bayangkan saja, jika guru kelas harus me - nangani murid hingga 40-50 per kelas. Padahal, seharusnya 20-30 murid saja. Tentu aktivitas belajar dan kualitasnya ber be da. Jika terlalu padat, kasi han juga siswa dan gurunya,” ungkap dia.
Menurutnya, kepadatan jum lah siswa setiap tahun terjadi karena perkembangan ka wa - san Maskarebet tidak diimbangi dengan fasilitas pendidikan yang memadai. “Di kawasan ini (Maskarabet) kawasan pemikiman semakin banyak dan oto - matis jumlah penduduk bertambah. Tentunya anak-anak yang ingin bersekolah juga makin banyak. Itu kenapa, sekolah ini akhirnya mengalami kekurangan ruang kelas hingga meubeler,” sambung dia.
Dikonfirmasikan hal ini, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumsel Widodo me nyarankan, Dinas Pendidikan Kota Palembang segera mem buat kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Mengingat, proses belajar siswa harus efektif dengan perbandingan ideal antara jumlah siswa dan tenaga pengajar (guru). “Jika nanti Dinas Pendidikan Kota mengalami kendala atas penanganan masalah tersebut, Disdik Sumsel siap membantu sesuai permintaan,” tegas dia ke pada KORAN SINDO PALEM BANG kemarin.
Menurut Widodo, kepa da - tan sebuah sekolah bisa terjadi karena dua penyebab, yakni karena sekolahnya berprestasi sehingga banyak orang tua memutuskan menyekolahkan anak nya di sekolah tersebut. Selanjutnya, kemudahan akses pen didikan, misalnya dekat rumah atau mudah dijangkau oleh orang tua.
“Namun, sekolah dan dinas yang bersangkutan harus mempert imbangkan penambahan ruang dan guru jika siswanya sudah banyak sehingga proses belajar memiliki rasio seimbang dan ideal,” pungkasnya. Sementara itu, Jaulani, orang tua siswa SDN 139 Palembang mengatakan, kepada tan kelas membuat proses belajar siswa tidak efektif.
“Apa lagi sampai terjadi satu meja digunakan untuk tiga. Belum lagi ruang belajar anak-anak yang sempit. Tentu saja proses belajar dari guru yang diterima siswa tidak efektif,” ungkapnya.
Tasmalinda
Guru Kelas III Minur Hutasoit mengakui, hampir seluruh kelas SDN 139 Palembang mengalami kepadatan jumlah siswa karena setiap tahun siswa baru yang mendaftar cukup banyak. Meski pihak sekolah sudah mem bagi setiap jenjang kelas men jadi lima lokal, jumlah siswanya tiap kelas masih padat.
“Wajar saja kepadatan terjadi karena SDN 139 menjadi satu-satunya sekolah dasar di ka - wasan Maskarebet. Kondisi ini sud ah berlangsung lama. Banyak siswa yang mendaftar hing ga setiap kelasnya padat. Satu meja saja bisa ditempati sampai dengan tiga murid. Kondisi ini hampir sama di se - tiap kelas,” katanya kemarin.
Dia memperkirakan jumlah siswa di SDN 139 Palembang mencapai 1.500 siswa. Adapun jum lah murid setiap kelas bervariasi. Namun demikian, jumlah siswa rata-rata setiap kelas melebihi 40 siswa. “Mulai dari kelas I, II, III, IV dan V, serta VI, setiap tingkatannya terdapat lima kelompok belajar. Misalnya kelas I, terdapat IA, IB, IC, ID, dan IE, sampai dengan kelas VI. Untuk kelas III saja ada yang mencapai 53 siswa. Padahal, seharusnya kelas itu kembali dibagi dua supaya proses belajar efektif,” paparnya.
Kepadatan siswa, kata dia, selain mengakibatkan aktivitas belajar tidak efektif, guru juga semakin penat saat melakukan aktivitas mengajar. “Bayangkan saja, jika guru kelas harus me - nangani murid hingga 40-50 per kelas. Padahal, seharusnya 20-30 murid saja. Tentu aktivitas belajar dan kualitasnya ber be da. Jika terlalu padat, kasi han juga siswa dan gurunya,” ungkap dia.
Menurutnya, kepadatan jum lah siswa setiap tahun terjadi karena perkembangan ka wa - san Maskarebet tidak diimbangi dengan fasilitas pendidikan yang memadai. “Di kawasan ini (Maskarabet) kawasan pemikiman semakin banyak dan oto - matis jumlah penduduk bertambah. Tentunya anak-anak yang ingin bersekolah juga makin banyak. Itu kenapa, sekolah ini akhirnya mengalami kekurangan ruang kelas hingga meubeler,” sambung dia.
Dikonfirmasikan hal ini, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumsel Widodo me nyarankan, Dinas Pendidikan Kota Palembang segera mem buat kebijakan untuk mengatasi masalah tersebut. Mengingat, proses belajar siswa harus efektif dengan perbandingan ideal antara jumlah siswa dan tenaga pengajar (guru). “Jika nanti Dinas Pendidikan Kota mengalami kendala atas penanganan masalah tersebut, Disdik Sumsel siap membantu sesuai permintaan,” tegas dia ke pada KORAN SINDO PALEM BANG kemarin.
Menurut Widodo, kepa da - tan sebuah sekolah bisa terjadi karena dua penyebab, yakni karena sekolahnya berprestasi sehingga banyak orang tua memutuskan menyekolahkan anak nya di sekolah tersebut. Selanjutnya, kemudahan akses pen didikan, misalnya dekat rumah atau mudah dijangkau oleh orang tua.
“Namun, sekolah dan dinas yang bersangkutan harus mempert imbangkan penambahan ruang dan guru jika siswanya sudah banyak sehingga proses belajar memiliki rasio seimbang dan ideal,” pungkasnya. Sementara itu, Jaulani, orang tua siswa SDN 139 Palembang mengatakan, kepada tan kelas membuat proses belajar siswa tidak efektif.
“Apa lagi sampai terjadi satu meja digunakan untuk tiga. Belum lagi ruang belajar anak-anak yang sempit. Tentu saja proses belajar dari guru yang diterima siswa tidak efektif,” ungkapnya.
Tasmalinda
(ars)