OJK Ajak Lembaga Jasa Keuangan Edukasi Masyarakat
A
A
A
MEDAN - Lembaga Jasa Keuangan (LJK) Sumatera Utara (Sumut) diminta memberikan edukasi literasi keuangan kepada masyarakat sehingga pemahaman akan produk dan jasa keuangan meningkat. Hal ini penting mengingat pemahaman masyarakat akan industri ini masih rendah. Berdasarkan survei dari Mei-Agustus 2013, hanya 21,8% atau 52 juta dari 240 juta jiwa penduduk Indonesia yang paham tentang industri dan produk jasa keuangan.
Direktur Bidang Edukasi dan Pelayanan OJK Pusat, Sondang Martha Samosir, mengatakan, minimnya pemahaman itu dikarenakan ketidaktahuan mulai dari lembaga hingga produknya. Jika kedua hal itu tidak diketahui, akan sulit mengajak masyarakat menerapkannya. Karenanya semua pihak terutama LJK diminta memberikan pemahaman kepada masyarakat, tidak hanya fokus pada bisnis. “Semua pihak harus ikut andil meningkatkan pengetahuan masyarakat akan literasi keuangan terutama LJK,” katanya pada acara Edukasi dan Diskusi Produk dan Jasa Keuangan dengan tema “Gerakan Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2014” di Hotel Santika Medan, Rabu (29/10).
Dia mengatakan, LJK merupakan satu pihak yang sering berhubungan langsung dengan konsumen sehingga berperan besar memberikan edukasi tentang jasa keuangan. Kalau hal tersebut bisa dilakukan, diharapkan tiga capaian dalam edukasi dan diskusi bisa tercapai. Pertama, knowledge, dimana masyarakat paham mengenai jasa keuangan. Kedua, skill, dimana masyarakat memiliki kemampuan untuk memilih. Ketiga, confidence, dimana masyarakat sudah percaya diri untuk membeli atau menggunakan jasa keuangan tersebut. Selama ini, banyak masyarakat yang kebanyakan tahu tapi tak mau menggunakan. Ada juga yang menggunakan, tapi tidak mengerti gunanya dan ada juga yang sama sekali tidak tahu.
Manager Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk, Sujatmoko, mengakui masih rendahnya pemahaman masyarakat akan produk-produk jasa keuangan. Contohnya pada DPLK di bank ini, hingga September 2014, jumlah peserta hanya 682.881 orang dengan jumlah dana yang dikelola sebesar Rp9,562 triliun.
Karena itu, pihaknya tergerak memberikan edukasi mengenai berbagai produk dan jasa keuangan yang ada di bank ini. Diharapkan masyarakat jadi tahu dan mau menerapkan sehingga ada nilai dan manfaat bisa dirasakan. “Yang untung bukan bank, jadi kamiharapmasyarakat mautahu soal produk dan jasa keuangan. Seperti produk DPLKBNI, semua orang bisa memperoleh dana pensiun,” tandasnya.
Jelia Amelida
Direktur Bidang Edukasi dan Pelayanan OJK Pusat, Sondang Martha Samosir, mengatakan, minimnya pemahaman itu dikarenakan ketidaktahuan mulai dari lembaga hingga produknya. Jika kedua hal itu tidak diketahui, akan sulit mengajak masyarakat menerapkannya. Karenanya semua pihak terutama LJK diminta memberikan pemahaman kepada masyarakat, tidak hanya fokus pada bisnis. “Semua pihak harus ikut andil meningkatkan pengetahuan masyarakat akan literasi keuangan terutama LJK,” katanya pada acara Edukasi dan Diskusi Produk dan Jasa Keuangan dengan tema “Gerakan Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2014” di Hotel Santika Medan, Rabu (29/10).
Dia mengatakan, LJK merupakan satu pihak yang sering berhubungan langsung dengan konsumen sehingga berperan besar memberikan edukasi tentang jasa keuangan. Kalau hal tersebut bisa dilakukan, diharapkan tiga capaian dalam edukasi dan diskusi bisa tercapai. Pertama, knowledge, dimana masyarakat paham mengenai jasa keuangan. Kedua, skill, dimana masyarakat memiliki kemampuan untuk memilih. Ketiga, confidence, dimana masyarakat sudah percaya diri untuk membeli atau menggunakan jasa keuangan tersebut. Selama ini, banyak masyarakat yang kebanyakan tahu tapi tak mau menggunakan. Ada juga yang menggunakan, tapi tidak mengerti gunanya dan ada juga yang sama sekali tidak tahu.
Manager Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk, Sujatmoko, mengakui masih rendahnya pemahaman masyarakat akan produk-produk jasa keuangan. Contohnya pada DPLK di bank ini, hingga September 2014, jumlah peserta hanya 682.881 orang dengan jumlah dana yang dikelola sebesar Rp9,562 triliun.
Karena itu, pihaknya tergerak memberikan edukasi mengenai berbagai produk dan jasa keuangan yang ada di bank ini. Diharapkan masyarakat jadi tahu dan mau menerapkan sehingga ada nilai dan manfaat bisa dirasakan. “Yang untung bukan bank, jadi kamiharapmasyarakat mautahu soal produk dan jasa keuangan. Seperti produk DPLKBNI, semua orang bisa memperoleh dana pensiun,” tandasnya.
Jelia Amelida
(ftr)