Waspadai Banjir Material Vulkanik
A
A
A
PEMALANG - Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai berhulu di Gunung Slamet diminta waspada seiring datangnya musim hujan.Jika hujan deras ada kemungkinan terjadi banjir bandang membawa material vulkanik dari gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat mengatakan, di puncak gunung terdapat penumpukan material vulkanik sisa erupsi. Jika hujan deras, material vulkanik itu bisa ikut terbawa arus air hujan ke sungai.
“Jadi, kami menghimbau warga waspada dan tidak mendekati sungai. Barangkali terjadi banjir yang membawa muatan material vulkanik,” kata Sudrajat, kemarin.
Terdapat dua sungai yang berhulu ke Gunung Slamet, yakni Sungai Gung di Kabupaten Tegal dan Sungai Comal di Kabupaten Pemalang. Kedua sungai tersebut melintasi sejumlah kecamatan di dua kabupaten itu. “Yang perlu diwaspadai terutama Sungai Gung yang berada dilereng sebelah utara,” kata Sudrajat.
Sudrajat tidak bisa memperkirakan berapa volume material vulkanik yang sudah menumpuk di puncak Gunung Slamet. Material menumpuk diperkirakan akan terus bertambah karena hingga saat ini aktivitas vulkanik yang terpantau masih tinggi.
Meski demikian, Sudrajat tetap meminta masyarakat agar tidak panik. Sebab jika terjadi banjir material vulkanik, kondisinya tidak akan separah banjir lahar dari sisa erupsi Gunung Merapi. “Gunung Slamet bertipe strombolian. Erupsinya lebih banyak membuang gas daripada material padat,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemalang Wismo mengatakan, pihaknya menyiapkan tanggul darurat di sejumlah titik rawan banjir mengantisipasi adanya material vulkanik Gunung Slamet yang terbawa arus Sungai Comal.
Menurut Wismo, terdapat tujuh kecamatan yang dilintasi Sungai Comal. Aparat pemerintah di kecamatan-kecamatan itu sudah diminta memberikan imbauan kepada warga agar berhati-hati.
Saat musim hujan akhir Januari lalu, Sungai Comal sempat meluap dan merendam ribuan rumah di enam kecamatan dengan ketinggian rata-rata 1,5 meter. Banjir mengakibatkan ribuan warga mengungsi ke tempat-tempat lebih aman. “Semoga musim hujan nanti tidak sampai banjir. Info dari BMKG hujan kali ini juga normal, tidak seperti sebelumnya,” kata Wismo.
Ruwat Bumi
Warga Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, dan warga Desa Rembul, Kecamatan Bojong, yang berada di kaki Gunung Slamet menggelar ruwat bumi memohon keselamatan dari bencana. Acara yang digelar di kompleks objek wisata Guci ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke objek wisata air panas itu.
Acara ruwat bumi merupakan tradisi yang digelar tiap tahun oleh warga desa sekitar. Ruwat bumi diisi dengan arak-arakan sejumlah gunungan hasil bumi dan tumpeng sebagai simbol kemakmuran.
Setelah diarak dari desa masing-masing, gunungan hasil bumi dan tumpeng dikumpulkan di halaman parkir kompleks Guci dan diperebutkan ratusan warga yang hadir.
Tak hanya arak-arakan gunungan hasil bumi dan tumpeng, dalam acara itu juga turut dimandikan satu ekor kambing kendit di pancuran air panas 13 yang dilakukan Bupati Tegal Enthus Susmono dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati Enthus mengatakan, tradisi ruwat bumi merupakan kegiatan patut dilestarikan. Dia menolak anggapan sebagian orang jika kegiatan tersebut adalah bentuk syirik. “Ruwat artinya rawat. Ini bukan merupakan tradisi syirik, tapi bentuk tradisi merawat bumi. Karena hubungan manusia bukan hanya dengan Tuhan dan sesama manusia, tapi juga dengan bumi, dengan alam,” ujarnya.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Guci, Abdul Haris, ruwat bumi merupakan agenda tahunan yang digelar memperingati Tahun Baru Hijriah.
Farid Firdaus
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat mengatakan, di puncak gunung terdapat penumpukan material vulkanik sisa erupsi. Jika hujan deras, material vulkanik itu bisa ikut terbawa arus air hujan ke sungai.
“Jadi, kami menghimbau warga waspada dan tidak mendekati sungai. Barangkali terjadi banjir yang membawa muatan material vulkanik,” kata Sudrajat, kemarin.
Terdapat dua sungai yang berhulu ke Gunung Slamet, yakni Sungai Gung di Kabupaten Tegal dan Sungai Comal di Kabupaten Pemalang. Kedua sungai tersebut melintasi sejumlah kecamatan di dua kabupaten itu. “Yang perlu diwaspadai terutama Sungai Gung yang berada dilereng sebelah utara,” kata Sudrajat.
Sudrajat tidak bisa memperkirakan berapa volume material vulkanik yang sudah menumpuk di puncak Gunung Slamet. Material menumpuk diperkirakan akan terus bertambah karena hingga saat ini aktivitas vulkanik yang terpantau masih tinggi.
Meski demikian, Sudrajat tetap meminta masyarakat agar tidak panik. Sebab jika terjadi banjir material vulkanik, kondisinya tidak akan separah banjir lahar dari sisa erupsi Gunung Merapi. “Gunung Slamet bertipe strombolian. Erupsinya lebih banyak membuang gas daripada material padat,” katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemalang Wismo mengatakan, pihaknya menyiapkan tanggul darurat di sejumlah titik rawan banjir mengantisipasi adanya material vulkanik Gunung Slamet yang terbawa arus Sungai Comal.
Menurut Wismo, terdapat tujuh kecamatan yang dilintasi Sungai Comal. Aparat pemerintah di kecamatan-kecamatan itu sudah diminta memberikan imbauan kepada warga agar berhati-hati.
Saat musim hujan akhir Januari lalu, Sungai Comal sempat meluap dan merendam ribuan rumah di enam kecamatan dengan ketinggian rata-rata 1,5 meter. Banjir mengakibatkan ribuan warga mengungsi ke tempat-tempat lebih aman. “Semoga musim hujan nanti tidak sampai banjir. Info dari BMKG hujan kali ini juga normal, tidak seperti sebelumnya,” kata Wismo.
Ruwat Bumi
Warga Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, dan warga Desa Rembul, Kecamatan Bojong, yang berada di kaki Gunung Slamet menggelar ruwat bumi memohon keselamatan dari bencana. Acara yang digelar di kompleks objek wisata Guci ini juga diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke objek wisata air panas itu.
Acara ruwat bumi merupakan tradisi yang digelar tiap tahun oleh warga desa sekitar. Ruwat bumi diisi dengan arak-arakan sejumlah gunungan hasil bumi dan tumpeng sebagai simbol kemakmuran.
Setelah diarak dari desa masing-masing, gunungan hasil bumi dan tumpeng dikumpulkan di halaman parkir kompleks Guci dan diperebutkan ratusan warga yang hadir.
Tak hanya arak-arakan gunungan hasil bumi dan tumpeng, dalam acara itu juga turut dimandikan satu ekor kambing kendit di pancuran air panas 13 yang dilakukan Bupati Tegal Enthus Susmono dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati Enthus mengatakan, tradisi ruwat bumi merupakan kegiatan patut dilestarikan. Dia menolak anggapan sebagian orang jika kegiatan tersebut adalah bentuk syirik. “Ruwat artinya rawat. Ini bukan merupakan tradisi syirik, tapi bentuk tradisi merawat bumi. Karena hubungan manusia bukan hanya dengan Tuhan dan sesama manusia, tapi juga dengan bumi, dengan alam,” ujarnya.
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Guci, Abdul Haris, ruwat bumi merupakan agenda tahunan yang digelar memperingati Tahun Baru Hijriah.
Farid Firdaus
(ftr)