8 Ibu-ibu di NTT Belajar Membuat Panel Listrik di India

Kamis, 30 Oktober 2014 - 10:47 WIB
8 Ibu-ibu di NTT Belajar...
8 Ibu-ibu di NTT Belajar Membuat Panel Listrik di India
A A A
YOGYAKARTA - Delapan perempuan dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), berhasil membuat solar panel listrik tenaga surya, sebagai penerangan di daerah mereka yang belum teraliri listrik.

Kedelapan wanita itu terdiri dari Rasmi, Olandina, Hanafia, Indointan, Agnes Delima, Maria Adelvina, Maria Karolina, dan Dominggas. Mereka belajar membuat solar panel listrik selama enam bulan, di India, sejak September 2013 hingga Maret 2014.

Ketua Yayasan Wadah Titian Harapan Retnaningtyas mengatakan, kedelapan wanita itu bukanlah kaum pelajar, akademisi, peneliti, karyawan, maupun pegawai kantoran. Mereka dari kalangan ibu rumah tangga yang minim pendidikannya.

"Mereka tidak memiliki pendidikan tinggi, hanya lulus SD, SMP, dan ada juga yang enggak lulus SD," katanya, saat ditemui wartawan, di Hotel Taman Eden 2, Jalan Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (29/10/2014) malam.

Selama belajar di India, ibu-ibu "super" tersebut banyak menemui kendala. Terutama soal bahasa. "Bahasa Inggris enggak menguasai, apalagi Bahasa India. Mereka hanya bisa bahasa Indonesia, dan diajari dengan bahasa isyarat," ungkapnya.

Biaya kehidupan rumah tangga para ibu-ibu itu selama di India, ditanggung oleh Yayasan Wadah. Sedang perjalanan pulang dan pergi mereka ke India, Wadah bekerjasama dengan beberapa NGO (Non Goverment Organitation) di India, dan USA.

"Ini semua atas inisiatif Ibu Anie (Istri Hasyim Djojohadikusumo). Beliau pernah melihat tayangan canel televisi di luar negeri, ada NGO ingin menjadikan nenek-nenek sebagai insinyur solar panel listrik tenaga surya," imbuhnya.

Terinspirasi dengan tayangan tersebut, Anie terpanggil hatinya, untuk membantu masyarakat yang lingkungannya belum teraliri listrik. Dipilih wilayah NTT, karena banyak wilayah di daerah itu yang belum tersentuh teknologi.

"Kita datang ke India sebenarnya ingin belajar membuat panel solar listrik tenaga surya. Tapi Mr Banker (pemilik usaha yang ingin menjadikan nenek-nenek sebagai insinyur) justru tertarik mendengar penjelasan kami," ungkapnya.

Kemudian, dari India, dia datang langsung ke Sikka (NTT) melihat kondisi di lapangan. Setelah melihat langsung, bersama kedutaan dari India, dia siap membantu masyarakat NTT.

"Sebenarnya mereka hanya menfasilitasi dua orang, berkat kegigihan Bu Anie, akhirnya delapan orang yang dikirim ke India," bebernya.

Setelah mengikuti pelatihan, para ibu-ibu rumah tangga ini membuat bengkel-bengkel agar ilmu yang diperoleh dari India ditularkan ke masyarakat lain. Untuk peralatan-peralatan membuat solar panel listrik tenaga surya, didatangkan dari India.

"Saat ini baru proses dokumentasi, pertengahan November nanti, diperkiran (peralatan solar panel listrik) baru tiba di Indonesia," katanya.

Sementara itu, Rasmi, salah satu peserta latihan mengatakan, dirinya bangga saat mempresentasikan peralatan penerangan dari India tersebut. Mereka terlihat ceria di hadapan Anie Djojohadikusumo, bersama 100 relawan Wadah.

"Kami sangat terbantu sekali, selama ini desa-desa kami belum ada listrik. Ada setar 600 kepala keluargga di 4 desa (kampung)," kata Rasmi (53), asal Wuring, Alok Barat, Sikka, NTT.

Ibu empat anak, tiga cucu itu mengaku, saat ini tak perlu lagi gelap-gelapan saat malam di rumahnya. Dengan peralatan panel solar listrik tenaga surya, dia bisa menerangi rumahnya, saat malam tiba.

Sementara Anie berharap, ibu-ibu itu bisa menularkan ilmunya ke masyarakat lain. Dia juga berharap, pemerintah lebih memperhatikan masyarakat, khususnya yang tinggal di pelosok dan belum teraliri listrik.

"Ini sebenarnya tugas pemerintah, saya melakukan tugas kemanusian semampunya," kata adik ipar Prabowo Subianto itu.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9155 seconds (0.1#10.140)