Petani Kopi Berharap Kemarau Segera Usai
A
A
A
MUARAENIM - Ratusan petani kopi di Kecamatan Semende Darat Ulu (SDU) Kabupaten Muaraenim berharap musim kemarau segera berakhir. Hal ini dikarenakan saat ini kembang atau bunga tanaman kopi milik petani sudah mulai keluar.
Bahkan karena kemarau kembang kopi yang keluar lebih banyak dari musim sebelumnya. Hanya saja menurut para petani jika kemarau belum juga berakhir maka kembang kopi tersebut tidak akan berkembang menjadi buah karena keburu gugur dan layu karena kekeringan.
“Banyaknya bunga menjadi pertanda untuk hasil musim mendatang, tapi kalau terus panas tidak akan sampai jadi buah,” ujar Mujiburahman petani kopi Desa Segamit, Kecamatan SDU.
Idealnya menurut Mujib, bunga kopi yang sudah keluar sekitar semingga dari tangkainya mulai tersiram hujan. Sehingga bunga terus kuat melekat dan berkembang menjadi putik buah kopi.
Hanya saja menurutnya intensitas hujan juga jangan terlalu sering, karena bunga juga akan mengalami busuk tangkai dan batal menjadi buah.
“Karena kopi berbunga hanya setahun sekali atau sekali dalam satu kali musim, kalau bunganya sudah runtuh sebelum menjadi putik harus menunggu tahun depan lagi,” timpalnya.
Saat ini menurutnya memang dalam beberapa waktu sudah mulai turun hujan, turunnya hujan juga yang menjadi pemicu keluarnya kembang kopi.
Namun jika cuaca terus dalam kondisi kemarau, dikhawatirkan kembang kopi tersebut gugur. Jelas menurutnya jika sudah gugur maka harapan petani untuk hasil panen mendatang sudah dapat diduga.
“Hasil panen kopi itu, saat masih berada di batang sudah bisa ditaksir dapatnya, makanya kalau kembangnya lebat sangat memberi harapan,” jelasnya.
Camat SDU Tasman membenarkan, jika tanaman kopi masih menjadi mata pencaharian petani di wilayah tersebut. Meksipun menurutnya banyak juga petani sawah, namun hasilnya lebih kepada untuk stok bahan pangan pemilik sawah itu sendiri.
Sementara untuk kebutuhan lain, petani lebih mengandalkan dari hasil panen tanaman kopi.
“Kopi masih tetap menjadi andalan utama masyarakat di Kecamatan SDU ini, kalau hasil panen banyak dan harganya mahal secara perekonomian warga ada peningkatan, tapi jika tidak berarti pas-pasan,”jelasnya.
Meski saat ini petani sudah mulai mengembangkan jenis tanaman holtikultura, namun itu masih terbatas jumlahnya dan belum menjadi andalan masyarakat secara umum.
Belum lagi lahan yang tersedia juga terbatas dibandingkan dengan tanaman kopi. Sementara untuk kopi, sudah menjadi mata pencaharian turun temurun masyarakat di wilayah tersebut.
"Memang sudah ada yang mencoba menanam sayur mayur tapi belum begitu banyak dan masih terbatas, belum lagi saat ini sedang musim kemarau,” tandasnya.
Bahkan karena kemarau kembang kopi yang keluar lebih banyak dari musim sebelumnya. Hanya saja menurut para petani jika kemarau belum juga berakhir maka kembang kopi tersebut tidak akan berkembang menjadi buah karena keburu gugur dan layu karena kekeringan.
“Banyaknya bunga menjadi pertanda untuk hasil musim mendatang, tapi kalau terus panas tidak akan sampai jadi buah,” ujar Mujiburahman petani kopi Desa Segamit, Kecamatan SDU.
Idealnya menurut Mujib, bunga kopi yang sudah keluar sekitar semingga dari tangkainya mulai tersiram hujan. Sehingga bunga terus kuat melekat dan berkembang menjadi putik buah kopi.
Hanya saja menurutnya intensitas hujan juga jangan terlalu sering, karena bunga juga akan mengalami busuk tangkai dan batal menjadi buah.
“Karena kopi berbunga hanya setahun sekali atau sekali dalam satu kali musim, kalau bunganya sudah runtuh sebelum menjadi putik harus menunggu tahun depan lagi,” timpalnya.
Saat ini menurutnya memang dalam beberapa waktu sudah mulai turun hujan, turunnya hujan juga yang menjadi pemicu keluarnya kembang kopi.
Namun jika cuaca terus dalam kondisi kemarau, dikhawatirkan kembang kopi tersebut gugur. Jelas menurutnya jika sudah gugur maka harapan petani untuk hasil panen mendatang sudah dapat diduga.
“Hasil panen kopi itu, saat masih berada di batang sudah bisa ditaksir dapatnya, makanya kalau kembangnya lebat sangat memberi harapan,” jelasnya.
Camat SDU Tasman membenarkan, jika tanaman kopi masih menjadi mata pencaharian petani di wilayah tersebut. Meksipun menurutnya banyak juga petani sawah, namun hasilnya lebih kepada untuk stok bahan pangan pemilik sawah itu sendiri.
Sementara untuk kebutuhan lain, petani lebih mengandalkan dari hasil panen tanaman kopi.
“Kopi masih tetap menjadi andalan utama masyarakat di Kecamatan SDU ini, kalau hasil panen banyak dan harganya mahal secara perekonomian warga ada peningkatan, tapi jika tidak berarti pas-pasan,”jelasnya.
Meski saat ini petani sudah mulai mengembangkan jenis tanaman holtikultura, namun itu masih terbatas jumlahnya dan belum menjadi andalan masyarakat secara umum.
Belum lagi lahan yang tersedia juga terbatas dibandingkan dengan tanaman kopi. Sementara untuk kopi, sudah menjadi mata pencaharian turun temurun masyarakat di wilayah tersebut.
"Memang sudah ada yang mencoba menanam sayur mayur tapi belum begitu banyak dan masih terbatas, belum lagi saat ini sedang musim kemarau,” tandasnya.
(sms)