Masjid Keramat Al Wahab Simbol Sejarah Bontang

Jum'at, 26 September 2014 - 05:00 WIB
Masjid Keramat Al Wahab Simbol Sejarah Bontang
Masjid Keramat Al Wahab Simbol Sejarah Bontang
A A A
BONTANG - Masjid Al-Wahab di Kota Bontang, Kalimantan Timur yang sudah berdiri sejak 200 tahun merupakan simbol sejarah Kota Bontang.

Bahkan perkembangan Islam di Kalimantan Timur juga tidak lepas dari peran masjid tua yang berdiri di sisi Sungai Api-api ini atau lebih dikenal dengan nama Bontang Kuala.

Masjid ini berdiri pada tahun 1789 Masehi saat masa kejayaan Kesultanan Kutai Ing Martadipura yang berpusat di Tenggarong. Banyak cerita tentang masjid tua ini saat kondisinya tak terurus dan nyaris roboh.

Salah satunya karomah dari masjid ini yang kerap mengeluarkan cahaya pada malam hari. Padahal di sekitar lokasi masjid ini tak ada cahaya, tak ada penduduk. Bahkan kadang-kadang terdengar adanya suara takbir.

Takmir Masjid Al-Wahab, Iwan Susanto, menjelaskan, menurut cerita secara turun temurun, masjid ini didirikan setelah sejumlah perantau dari Suku Bajau, Bugis dan Kutai menemukan lahan yang tepat untuk bercocok tanam.

Kesultanan Kutai Ing Martadipura kala itu juga memberikan tanah kepada para perantau ini untuk mengelola lahan.

Karena kebanyakan perantau ini adalah muslim mereka kemudian mendirikan masjid persis di sisi Sungai Api-api yang bermuara ke Selat Makassar. Sungai ini dulunya lebar dan dalam, airnya juga jernih.

Namun seiring waktu akibat peningkatan aktivitas manusia, sungai mengalami pendangkalan dan penyempitan.

“Kabar berdirinya masjid ini kemudian menyebar. Setiap Salat Jumat, banyak jamaah dari jauh yang datang dengan menggunakan perahu. Bahkan mereka datang dari Kutai Timur yang jaraknya lebih dari 100 kilo meter dari sini,” kata Iwan.

Masjid ini sempat tak terurus sejak tahun 1960. Perkembangan penduduk membuat kebanyakan warga memilih bermukim di daerah lain, meninggalkan kawasan pesisir pantai. Masjid ini kemudian kehilangan jamaah sehingga tak digunakan.

Masjid bersejarah ini bahkan nyaris roboh. Dinding yang terbuat dari papan kayu mulai kropos. Demikian pula atapnya yang terbuat dari ulin tampak menghilang di beberapa bagian.

Kesan angker terasa kuat karena masjid ini dikelilingi rawa dengan rerumputan yang tinggi. Saat tak terurus itulah masjid ini seolah memanggil minta diperbaiki. Banyak kejadian mistis terjadi saat warga melintas di dekat masjid ini.

“Saat melintas, masyarakat sering mendengar suara adzan, kemudian pada malam hari tampak bercahaya. Padahal di sekitar lokasi masjid tak ada cahaya, tak ada penduduk. Kadang-kadang bahkan ada suara takbir kita dengar,” cerita Iwan.

Ada juga yang mendengar banyak kegiatan di masjid ini. Seolah-olah sedang ada kegiatan pengajian yang mensyiarkan agama Islam.

“Ini menandakan bahwasanya masjid ini sakral, bahwa masjid ini keramat. Itu pertanda masjid ini dibangun bukan oleh orang-orang yang sembarangan. Masjid ini dibangun oleh aulia maupun ambia. Ini jadi semacam pertanda bagi kami bahwa masjid ini harus tetap dipertahankan,” katanya.

Kemudian pada Tahun 2002, berkat inisiatif warga dengan dibantu Pemerintah Kota Bontang, proses renovasi dilakukan.

Warga sepakat untuk tidak mengubah bentuk asli masjid. Empat pilar utama yang berdiri kokoh di tengah masjid adalah peninggalan masjid lama. Hanya ada penambahan di sisi masjid untuk kegiatan jamaah termasuk menara masjid.

“Semuanya kita pertahankan. Bentuk asli hingga atap kita pertahankan. Bagian utama masjid kita perbaiki dengan kayu ulin, kayu asli Kalimantan. Kayu yang dulu juga dipakai untuk membangun masjid ini,” timpal Iwan.

Jika dilihat dari sisi arsitektur, masjid ini dibangun dari beragam bangunan masjid di Indonesia. Iwan menyebutkan, karena perantau yang datang berasal dari beragam suku, maka arsitektur masjid ini juga mengadopsi banyak arsitektur masjid.

“Arsitektur masjid ini mengadopsi dari beberapa arsitektur masjid di Indonesia. Ada Demak, Bugis, Kutai dan Banjar. Jadi kita ini bangunan yang merupakan simbol keragaman suku yang disatukan dalam Islam,” tambahnya.

Setelah direnovasi, masjid tua ini kemudian menjadi kebanggan warga Kota Bontang. Sebab dengan hadirnya masjid sebagai tonggak sejarah berdirinya kota, warga merasa kota ini memiliki simbol keislaman sehingga menjadi kota yang agamis.

Aktivitas keislaman di masjid ini juga cukup lengkap yang bisa diikuti jamaah. Pada bulan puasa, pengurus masjid mengadakan itikaf dan menyediakan makanan sahur secara gratis.

“Ya sejarahnya juga karena ini masjid tua dan menjadi masjid yang paling pertama. Sejarahnya pun cukup tua juga ini. Bagi warga Bontang Kuala khususnya, masjid ini menjadi kebanggan. Tentu saja kita minta pemerintah untuk terus menjaga kelestarian masjid ini,” kata seorang jamaah, Dadang Iskandar.

Karena sejarahnya inilah, Kementerian Agama sudah melakukan kunjungan langsung ke masjid tua ini. nantinya, masjid ini akan masuk ke dalam direktori masjid bersejarah di Indonesia.
Kota Bontang adalah kota kecil yang berpenduduk hanya sekira 150 ribu jiwa dan memiliki luas tidak sampai 500 kilometer persegi.

Kota ini lebih dikenal sebagai kota industri karena berdiri perusahaan gas alam cair dan perusahaan pupuk berskala dunia. Kota ini merupakan sebuah kota kecil di pesisir timur Pulau Kalimantan.

Kota ini sebelumnya masuk ke dalam Kabupaten Kutai, dan dulu merupakan wilayah Kesultanan Kutai Ing Martadipura yang berpusat di Tenggarong.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.9727 seconds (0.1#10.140)