Riwayat Letusan Gunung Lokon
A
A
A
GUNUNG Lokon, di Kota Tomohon, Sulawesi Utara, dipercaya sebagai gunung tertua dan terbesar di daerah itu. Dalam bahasa aderah sekitar, Gunung Lokon juga disebut dengan Tua Lokon atau Tou Tua Lokon yang berarti orang yang sudah tua.
Menurut data wikipedia Indonesia, Gunung Lokon memiliki ketinggian 1.580 m, dan puncaknya berada 5.300 meter di sebelah barat laut dari Kota Tomohon, dan 6.700 meter di sebelah barat daya dari kota Kecamatan Pineleng.
Dari pusat Kota Manado, puncak Gunung Lokon hanya berjarak 20 kilometer, dari barat daya kota. Masih menurut sumber data yang sama, riwayat letusan Gunung Lokon, mulai tertulis sejak tahun 1950.
Beberapa letusan yang tercatat, diperkirakan memiliki kekuatan yang cukup besar. Letusan pertama yang tercatat adalah tahun 1951. Kendati tercatat sebagai letusan pertama, namun tidak disebutkan dampak dari letusan itu.
Letusan yang dicatat selanjutnya, terjadi pada Oktober 1991. Pada tahun itu, dampak letusan Gunung Lokon mencapai kerugian material hingga Rp1 miliar. Letusan kedua ini juga mengakibatkan ribuan orang mengungsi.
Para pengungsi, banyak berasal dari Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor. Ribuan rumah yang ditinggalkan para pengungsi, mengalami kerusakan parah akibat dihantam batu dan debu setebal 15-20 cm.
Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal Swiss, Vivian Clavel yang sedang berkunjung tewas tertimbun longsoran lahar dingin. Vivian merupakan korban tewas pertama Gunung Lokon dari warga negara asing.
Letusan selanjutnya yang perlu dicatat, terjadi di tahun 2001. Letusan ini, mengakibatkan sebagian wilayah Kota Manado ditutupi hujan debu. Kendati tidak sehebat tahun 1991, letusan di tahun 2001 cukup hebat.
Material debu yang dikeluarkan dari kawah gunung berbentuk lava pijar dan ketinggiannya mencapai sekitar 400 meter. Letusan selanjutnya, terjadi tahun 2011. Letusan ini, hampir sama hebatnya dengan yang terjadi di tahun 1999.
Tercatat, lebih dari 10.000 warga di beberapa desa, di antaranya Kinilow, Tinoor, dan Kakaskasen, mengungsi ke Tomohon atau Manado. Dua warga meninggal dunia akibat tidak langsung dari letusan.
Hingga kini, tahun 2014, Gunung Lokon terus menunjukkan aktivitasnya. Bahkan pemerintah pusat melalui pemerintah daerah telah mengeluarkan imbauan agar warga tidak melakukan aktivitas radius 2,5 meter dari kawah Tompaluan.
Menurut data wikipedia Indonesia, Gunung Lokon memiliki ketinggian 1.580 m, dan puncaknya berada 5.300 meter di sebelah barat laut dari Kota Tomohon, dan 6.700 meter di sebelah barat daya dari kota Kecamatan Pineleng.
Dari pusat Kota Manado, puncak Gunung Lokon hanya berjarak 20 kilometer, dari barat daya kota. Masih menurut sumber data yang sama, riwayat letusan Gunung Lokon, mulai tertulis sejak tahun 1950.
Beberapa letusan yang tercatat, diperkirakan memiliki kekuatan yang cukup besar. Letusan pertama yang tercatat adalah tahun 1951. Kendati tercatat sebagai letusan pertama, namun tidak disebutkan dampak dari letusan itu.
Letusan yang dicatat selanjutnya, terjadi pada Oktober 1991. Pada tahun itu, dampak letusan Gunung Lokon mencapai kerugian material hingga Rp1 miliar. Letusan kedua ini juga mengakibatkan ribuan orang mengungsi.
Para pengungsi, banyak berasal dari Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor. Ribuan rumah yang ditinggalkan para pengungsi, mengalami kerusakan parah akibat dihantam batu dan debu setebal 15-20 cm.
Dalam musibah tersebut, seorang wisatawan asal Swiss, Vivian Clavel yang sedang berkunjung tewas tertimbun longsoran lahar dingin. Vivian merupakan korban tewas pertama Gunung Lokon dari warga negara asing.
Letusan selanjutnya yang perlu dicatat, terjadi di tahun 2001. Letusan ini, mengakibatkan sebagian wilayah Kota Manado ditutupi hujan debu. Kendati tidak sehebat tahun 1991, letusan di tahun 2001 cukup hebat.
Material debu yang dikeluarkan dari kawah gunung berbentuk lava pijar dan ketinggiannya mencapai sekitar 400 meter. Letusan selanjutnya, terjadi tahun 2011. Letusan ini, hampir sama hebatnya dengan yang terjadi di tahun 1999.
Tercatat, lebih dari 10.000 warga di beberapa desa, di antaranya Kinilow, Tinoor, dan Kakaskasen, mengungsi ke Tomohon atau Manado. Dua warga meninggal dunia akibat tidak langsung dari letusan.
Hingga kini, tahun 2014, Gunung Lokon terus menunjukkan aktivitasnya. Bahkan pemerintah pusat melalui pemerintah daerah telah mengeluarkan imbauan agar warga tidak melakukan aktivitas radius 2,5 meter dari kawah Tompaluan.
(san)