Dentuman Gunung Slamet Resahkan Warga Gunungkidul
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Dentuman cukup keras sering terdengar hampir di seluruh Gunungkidul, DIY. Suara yang kadang disertai sedikit getaran membuat penduduk setempat resah. Karena, keadaan ini sama seperti sebelum gempa besar 5,9 skala ricter (SR) 2006 silam.
Tugiran (41), warga Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunungkidul mengaku mendengar suara dentuman tersebut sejak Jumat (12/9/2014) dini hari. Suara yang terdengar cukup keras tersebut frekuensinya terus bertambah, bahkan selepas maghrib ini suaranya semakin sering terdengar.
"Ini hampir lima menit terdengar," ujarnya, Jumat (12/9/2014) malam.
Dentuman ini, seingat dia, juga pernah ia rasakan sebelum gempa 2006. Bahkan, cuaca yang ia rasakan sepanjang hari Jumat juga berbeda dari biasanya. Kali ini, sangat panas. Ia berharap tidak akan terjadi apa-apa dengan adanya dentuman tersebut.
Hal sama dirasakan oleh Amri, warga Karangasem, Paliyan dan Hari, warga Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Mereka mendengar dentuman berkali-kali dan menduga berhubungan dengan aktivitas Gunung Slamet.
"Ini suara apa, kok kayak gunung 'jebluk' (meletus). Ini sudah dari tadi siang lho," tuturnya.
Dihubungi melalui telepon genggamnya, Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang Agus Haryono mengaku tidak bisa memastikan apakah dentuman tersebut berasal dari Gunung Slamet. Karena dari pengamatannya, getaran dan dentuman tersebut hanya terasa di radius 15-20 km. Padahal, jika dirunut dari Gunung Slamet ke Kabupaten Gunungkidul jaraknya sangat jauh.
"Saya belum bisa memastikan, tetapi bisa jadi itu dari Gunung Slamet," ujarnya.
Meski demikian, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada jika sewaktu-waktu statusnya dinaikkan maka artinya warga dipersilakan mengungsi. Ia juga berharap masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang meresahkan.
Dihubungi terpisah, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Gunung Api DIY Subandriyo mengungkapkan, dentuman yang terdengar sampai Gunungkidul tersebut sumbernya dari Gunung Slamet.
Subandriyo mengatakan, dentuman tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan aktivitas Gunung Merapi di Yogyakarta. Karena sepanjang hari Jumat aktivitas Gunung Merapi terlihat normal dan tidak ada peningkatan.
"Dentuman itu dari Gunung Slamet, kalau Merapi landai saja kok," ujarnya.
Menurut Subandriyo, dari pengalaman beberapa bulan lalu, peningkatan status Merapi ke waspada setelah diteliti sumbernya juga berasal dari Gunung Slamet. Saat itu, kondisi yang sama juga terjadi dentuman-dentuman, bahkan dentuman tersebut terdengar jelas di Gunungkidul.
Tugiran (41), warga Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunungkidul mengaku mendengar suara dentuman tersebut sejak Jumat (12/9/2014) dini hari. Suara yang terdengar cukup keras tersebut frekuensinya terus bertambah, bahkan selepas maghrib ini suaranya semakin sering terdengar.
"Ini hampir lima menit terdengar," ujarnya, Jumat (12/9/2014) malam.
Dentuman ini, seingat dia, juga pernah ia rasakan sebelum gempa 2006. Bahkan, cuaca yang ia rasakan sepanjang hari Jumat juga berbeda dari biasanya. Kali ini, sangat panas. Ia berharap tidak akan terjadi apa-apa dengan adanya dentuman tersebut.
Hal sama dirasakan oleh Amri, warga Karangasem, Paliyan dan Hari, warga Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Mereka mendengar dentuman berkali-kali dan menduga berhubungan dengan aktivitas Gunung Slamet.
"Ini suara apa, kok kayak gunung 'jebluk' (meletus). Ini sudah dari tadi siang lho," tuturnya.
Dihubungi melalui telepon genggamnya, Kepala Basarnas Kantor SAR Semarang Agus Haryono mengaku tidak bisa memastikan apakah dentuman tersebut berasal dari Gunung Slamet. Karena dari pengamatannya, getaran dan dentuman tersebut hanya terasa di radius 15-20 km. Padahal, jika dirunut dari Gunung Slamet ke Kabupaten Gunungkidul jaraknya sangat jauh.
"Saya belum bisa memastikan, tetapi bisa jadi itu dari Gunung Slamet," ujarnya.
Meski demikian, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada jika sewaktu-waktu statusnya dinaikkan maka artinya warga dipersilakan mengungsi. Ia juga berharap masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang meresahkan.
Dihubungi terpisah, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Gunung Api DIY Subandriyo mengungkapkan, dentuman yang terdengar sampai Gunungkidul tersebut sumbernya dari Gunung Slamet.
Subandriyo mengatakan, dentuman tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan aktivitas Gunung Merapi di Yogyakarta. Karena sepanjang hari Jumat aktivitas Gunung Merapi terlihat normal dan tidak ada peningkatan.
"Dentuman itu dari Gunung Slamet, kalau Merapi landai saja kok," ujarnya.
Menurut Subandriyo, dari pengalaman beberapa bulan lalu, peningkatan status Merapi ke waspada setelah diteliti sumbernya juga berasal dari Gunung Slamet. Saat itu, kondisi yang sama juga terjadi dentuman-dentuman, bahkan dentuman tersebut terdengar jelas di Gunungkidul.
(zik)