Premium Langka di Pekalongan
A
A
A
PEKALONGAN - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium mulai meresahkan warga. Sebab para pengguna kendaraan terpaksa mengantre berjam-jam di SPBU. Selain itu, harga premium eceran naik menjadi berkisar Rp 7.500-8.000 perliternya.
”Kalau harus langsung beli Rp100 ribu-200 ribu untuk muter sehari penuh kita ya nggak mampu. Jadi paling beli sekitar Rp25 ribu-30 ribu untuk satu atau dua kali keliling. Setelah itu mampir SPBU lagi,” kata Ketua Paguyuban Pekerja Angkutan Kota atau PPAK Cakra Kencana Kota Pekalongan, Taufik Zein.
Jika terlalu lama mengantre, Taufik mengaku khawatir mengganggu penumpangnya. Menjaga kenyamanan penumpang, kadang dia membeli premium lebih pagi.
”Kalau jam-jam padat Beli BBMnya lebih pagi, agar tidak ngantre. Jadi gimana caranya agar tidak merugikan penumpang. Kalau kelamaan nunggu kan juga kasihan penumpang kepanasan,” timpalnya.
Dia juga khawatir bakal kehilangan penumpang jika sering mogok kehabisan bensin atau antre terlalu lama.
”Takutnya kalau begini terus (premium langka), khawatirnya penumpang nggak mau semua. Kalau eceran harganya juga dinaikkan, alasannya sulit kulaknya,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut dia, ada sekitar 43 anggota paguyubannya. Namun yang aktif beroprasi hanya sekitar 30 angkot saja.
”Semoga harga premium tidak jadi naik, agar tidak langka seperti ini. Semoga kedepan premium kembali normal stok dan harganya,” harapnya.
Dia juga mengaku tidak berani seenaknya menaikkan tarif angkotnya. Sebab menurutnya harus ada keputusan dari pemerintah jika ada kenaikan tarif angkot.
”Kita juga nggak berani gegabah naikkan harga tanpa ada keputusan dari pemerintah. Sudah ada keputusan dari pemerintah saja penumpang masih ngeluh. Apalagi kalau kita naikkan harga sepihak tanpa ada keputusan dari pemerintah,” tandasnya.
Hal senada dikatakan oleh seorang sopir bernama Kholiq (45). Dia mengeluhkan lamanya antrean yang ada akibat kelangkaan BBM itu.
”Antrean lama banget di sini (SPBU Merdeka), karena di tempat lain habis. Jadi terpaksa di sini,” katanya.
Akibatnya, dia tidak bisa maksima mencari penumpang. Sementara jika membeli di penjual eceran, harganya bisa mencapai Rp7.500 – 8.000.
”Jadi cuma dapat penumpangnya sedikit, karena terlalu lama mengantre. Ya semoga kedepan bisa normal lagi kondisi BBMnya,” harapnya.
Salah seorang pedagang eceran di Jalan Pati Unus, Khalifah mengatakan, saat ini SPBU sudah tidak melayani pembelian premium menggunakan jeriken. Sehingga dia sudah tidak menjual premium eceran sejak beberapa hari terakhir.
”Biasanya saya membeli bensin di SPBU sebanyak 20 liter. Sekarang sudah tidak melayani jeriken lagi,” katanya.
”Kalau harus langsung beli Rp100 ribu-200 ribu untuk muter sehari penuh kita ya nggak mampu. Jadi paling beli sekitar Rp25 ribu-30 ribu untuk satu atau dua kali keliling. Setelah itu mampir SPBU lagi,” kata Ketua Paguyuban Pekerja Angkutan Kota atau PPAK Cakra Kencana Kota Pekalongan, Taufik Zein.
Jika terlalu lama mengantre, Taufik mengaku khawatir mengganggu penumpangnya. Menjaga kenyamanan penumpang, kadang dia membeli premium lebih pagi.
”Kalau jam-jam padat Beli BBMnya lebih pagi, agar tidak ngantre. Jadi gimana caranya agar tidak merugikan penumpang. Kalau kelamaan nunggu kan juga kasihan penumpang kepanasan,” timpalnya.
Dia juga khawatir bakal kehilangan penumpang jika sering mogok kehabisan bensin atau antre terlalu lama.
”Takutnya kalau begini terus (premium langka), khawatirnya penumpang nggak mau semua. Kalau eceran harganya juga dinaikkan, alasannya sulit kulaknya,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut dia, ada sekitar 43 anggota paguyubannya. Namun yang aktif beroprasi hanya sekitar 30 angkot saja.
”Semoga harga premium tidak jadi naik, agar tidak langka seperti ini. Semoga kedepan premium kembali normal stok dan harganya,” harapnya.
Dia juga mengaku tidak berani seenaknya menaikkan tarif angkotnya. Sebab menurutnya harus ada keputusan dari pemerintah jika ada kenaikan tarif angkot.
”Kita juga nggak berani gegabah naikkan harga tanpa ada keputusan dari pemerintah. Sudah ada keputusan dari pemerintah saja penumpang masih ngeluh. Apalagi kalau kita naikkan harga sepihak tanpa ada keputusan dari pemerintah,” tandasnya.
Hal senada dikatakan oleh seorang sopir bernama Kholiq (45). Dia mengeluhkan lamanya antrean yang ada akibat kelangkaan BBM itu.
”Antrean lama banget di sini (SPBU Merdeka), karena di tempat lain habis. Jadi terpaksa di sini,” katanya.
Akibatnya, dia tidak bisa maksima mencari penumpang. Sementara jika membeli di penjual eceran, harganya bisa mencapai Rp7.500 – 8.000.
”Jadi cuma dapat penumpangnya sedikit, karena terlalu lama mengantre. Ya semoga kedepan bisa normal lagi kondisi BBMnya,” harapnya.
Salah seorang pedagang eceran di Jalan Pati Unus, Khalifah mengatakan, saat ini SPBU sudah tidak melayani pembelian premium menggunakan jeriken. Sehingga dia sudah tidak menjual premium eceran sejak beberapa hari terakhir.
”Biasanya saya membeli bensin di SPBU sebanyak 20 liter. Sekarang sudah tidak melayani jeriken lagi,” katanya.
(sms)