Kekeringan, Petani Cirebon Terpaksa Beli Solar
A
A
A
CIREBON - Sejumlah areal pertanian di Kabupaten Cirebon dilanda kekeringan. Demi menyelamatkan tanaman padi, para petani terpaksa mengeluarkan biaya lebih untuk membeli solar.
Ketua Gapoktan Madun Jaya di Desa Guwa Kidul, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Hasanudin mengungkapkan, saat ini irigasi yang tak jauh dengan areal tanaman padi di desanya telah mengalami kekeringan. Dasar irigasi bahkan sudah retak-retak hingga mengancam tanaman padi yang tak lama bakal dipanen.
"Saat ini daerah kami telah dilanda kekeringan, petani cemas panen gagal karena sawahnya nyaris kekeringan," ungkap dia, Jumat (5/9/2014).
Rata-rata usia tanaman padi petani antara 60-70 hari. Untuk menyelamatkannya, petani menyedot air dari saluran induk Sungai Kumpulkwista yang jaraknya bisa mencapai dua kilometer dari sawah warga.
Aliran air disalurkan dari pompa menggunakan selang dari plastik ke areal sawah milik petani. Untuk menghidupkan pompa, lanjut dia, dibutuhkan solar. Mereka rata-rata membutuhkan 30 liter solar setiap hari untuk mengalirkan air ke sawah warga.
"Satu liter solar di sini rata-rata dihargai Rp8 ribu. Jadi dalam sehari petani harus mengeluarkan Rp240 ribu untuk membeli solar," cetus dia.
Pemompaan air harus setiap hari dilakukan hingga tanaman padi akan panen. Menurut dia, sehari saja air tak disalurkan, tanah akan mengering dan retak-retak.
Namun, lain halnya dengan petani yang tak kuat modal sehingga terpaksa panen dini. Dia mengatakan, padi yang baru berusia 70-80 hari terpaksa harus dipanen. Idealnya, padi baru bisa dipanen setelah berusia di atas 100 hari.
Hal ini mengakibatkan produksi gabah tak maksimal. Dalam kondisi normal, satu hektare tanaman padi bisa menghasilkan 6-7 ton gabah. Karena panen dini, produksi hanya 3-4 ton/hektare.
Sementara itu seorang petani Desa Guwa Kidul, Makmun (45), mengatakan, sudah seminggu ini dirinya harus menyedot air dari Sungai Kumpulkwista. Usia tanaman padinya sendiri sudah hampir 80 hari.
"Saya harus keluarkan uang lebih dari Rp200 ribu untuk beli solar. Itu pun sulit karena banyak petani yang membutuhkan air dan mengambilnya dari saluran utama," tutur dia.
Mereka pun berharap tanaman padinya bisa terselamatkan. Jika tidak, mereka bakal merugi karena telah mengeluarkan uang tak sedikit untuk menyelamatkan tanaman padi.
Ketua Gapoktan Madun Jaya di Desa Guwa Kidul, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, Hasanudin mengungkapkan, saat ini irigasi yang tak jauh dengan areal tanaman padi di desanya telah mengalami kekeringan. Dasar irigasi bahkan sudah retak-retak hingga mengancam tanaman padi yang tak lama bakal dipanen.
"Saat ini daerah kami telah dilanda kekeringan, petani cemas panen gagal karena sawahnya nyaris kekeringan," ungkap dia, Jumat (5/9/2014).
Rata-rata usia tanaman padi petani antara 60-70 hari. Untuk menyelamatkannya, petani menyedot air dari saluran induk Sungai Kumpulkwista yang jaraknya bisa mencapai dua kilometer dari sawah warga.
Aliran air disalurkan dari pompa menggunakan selang dari plastik ke areal sawah milik petani. Untuk menghidupkan pompa, lanjut dia, dibutuhkan solar. Mereka rata-rata membutuhkan 30 liter solar setiap hari untuk mengalirkan air ke sawah warga.
"Satu liter solar di sini rata-rata dihargai Rp8 ribu. Jadi dalam sehari petani harus mengeluarkan Rp240 ribu untuk membeli solar," cetus dia.
Pemompaan air harus setiap hari dilakukan hingga tanaman padi akan panen. Menurut dia, sehari saja air tak disalurkan, tanah akan mengering dan retak-retak.
Namun, lain halnya dengan petani yang tak kuat modal sehingga terpaksa panen dini. Dia mengatakan, padi yang baru berusia 70-80 hari terpaksa harus dipanen. Idealnya, padi baru bisa dipanen setelah berusia di atas 100 hari.
Hal ini mengakibatkan produksi gabah tak maksimal. Dalam kondisi normal, satu hektare tanaman padi bisa menghasilkan 6-7 ton gabah. Karena panen dini, produksi hanya 3-4 ton/hektare.
Sementara itu seorang petani Desa Guwa Kidul, Makmun (45), mengatakan, sudah seminggu ini dirinya harus menyedot air dari Sungai Kumpulkwista. Usia tanaman padinya sendiri sudah hampir 80 hari.
"Saya harus keluarkan uang lebih dari Rp200 ribu untuk beli solar. Itu pun sulit karena banyak petani yang membutuhkan air dan mengambilnya dari saluran utama," tutur dia.
Mereka pun berharap tanaman padinya bisa terselamatkan. Jika tidak, mereka bakal merugi karena telah mengeluarkan uang tak sedikit untuk menyelamatkan tanaman padi.
(zik)