Gunung Merapi jadi Laboratorium Dunia

Jum'at, 05 September 2014 - 20:09 WIB
Gunung Merapi jadi Laboratorium Dunia
Gunung Merapi jadi Laboratorium Dunia
A A A
YOGYAKARTA - Gunung Merapi bakal jadi laboratorium dunia mengenai kegunungapian. Hal ini menarik perhatian ilmuan kegunungapian se-dunia karena Gunung Merapi merupakan gunung api teraktif yang sekelilingnya merupakan kawasan padat penduduk. Karenanya sebanyak 500 ilmuwan dari 42 negara akan meneliti gunung teraktif di dunia tersebut.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandriyo mengatakan, para ilmuwan dari 42 negara itu akan hadir dalam konferensi Cities on Volcanoes ke-8 mulai Selasa, 9 September 2014 di auditorium Graha Sabha Pramana UGM Yogyakarta.

Mereka tergabung dalam International Association of Vulcanology and Chemistry of the Earth's Interior (IAVCEI) yang meneliti Gunung Merapi sebagai laboratorium dunia mengenai kegunungapian.

Subandriyo menambahkan, saat erupsi Gunung Merapi 2010 lalu, sekitar 400.000 warga diungsikan. Saat terjadi erupsi, Pemda DIY dianggap berhasil menangani erupsi tersebut. "Itu salah satu yang menjadi bahan sharing seputar mitigasi bencana gunung api di daerah padat penduduk," imbuhnya.

Menurut dia, selain Gunung Merapi ada sejumlah gunung yang juga menjadi laboratorium ilmuwan dunia. Gunung tersebut antara lain Gunung Sakurajima di Jepang selatan, Gunung Montserrat di Karibia dan lainnya.

Gunung Sakurajima, hampir tiap hari terjadi letusan minor. Warga sudah terbiasa dengan letusan minor tersebut. Bahkan, letusan minor yang berdampak hujan abu setebal 5 cm masih dalam status normal.

"Teknologi untuk mendeteksi letusan Gunung Sakurajima sudah maju, harganya puluhan miliar. Merapi belum mampu sedetail itu," kata Subandriyo.

Alumnus UGM ini mengungkapkan, dalam Konferensi Cities on Volcanoes selain mengupas serba-serbi erupsi Merapi, juga menggelar field trip ke lokasi Merapi. Mereka dijadwalkan juga mengunjungi sejumlah gunung api di Indonesia seperti Dieng, Bromo, Tengger, Kelud, Tondano, Rinjani serta Krakatau.

Sementara itu, Akademisi Fakultas Geografi UGM Danang Sri Hatmoko mengaku sudah memetakan demografis 900 dusun di empat kabupaten yang terdampak Merapi. Pemetaan ini dianggap paling lengkap dibanding gunung api lain di Indonesia. "Merapi ini memang contoh ideal," katanya.

Dia mengatakan, dalam penanganan Merapi, fasilitator Bank Dunia, George Soraya pernah mengapresiasi Pemda DIY. Proses rekonstruksi pascaerupsi Merapi 2010 merupakan satu di antara yang tercepat di dunia, termasuk penanganan gempa DIY 2006 .

Menurut dia, Amerika Serikat saja butuh lima tahun untuk merekonstruksi pemukiman akibat Badai Katrinan Agustus 2005. Sedangkan Yogya hanya butuh 18 bulan untuk merekonstruksi 200 ribu pemukiman rusak akibat gempa 2006.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5201 seconds (0.1#10.140)