Misteri Gua Manusia Purba di Puncak Tebing Pabeasan
A
A
A
KEINDAHAN alam Cipatat dan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), menjadi surga pecinta panjat tebing. Sebab, di sana terdapat karst yang tersebar di berbagai titik, yang menggugah rasa penasaran pecinta olahraga ekstrim.
Tebing Gua Pawon, tebing Pabeasan, dan tebing Masigit adalah beberapa yang senantiasa menjadi daerah tujuan bagi para ‘spiderman’ dari berbagai daerah, bahkan luar negeri. Tebing-tebing itu, selalu ramai didatangi setiap bulannya.
Namun demikian, di balik keindahan tebing yang menjulang tinggi itu, belum banyak orang yang mengetahui bahwa antara Gua Pawon yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat Barat, dan tebing Pabeasan, yang terletak di Desa/Kecamatan Padalarang, terdapat jalan pintas bawah tanah atau terowongan.
Untuk bisa masuk ke dalam terowongan itu, pengunjung diharuskan memanjat tebing Pabeasan terlebih dahulu. Dari sana, pengunjung akan menelusuri jalan yang kemudian berakhir di Gua Pawon.
“Di sini (Tebing Pabeasan) popularnya hanya tebing saja, untuk panjat tebing. Tapi, di atas tebing itu, terdapat gua seukuran drum yang jika ditelusuri bisa tembus ke Gua Pawon, tepatnya di gua yang banyak terdapat kelelawarnya,” kata Juru pelihara Tebing Pabeasan Aef Saefullah, saat berbincang dengan wartawan, beberapa hari yang lalu.
Sulitnya medan untuk menuju gua di puncak tebing, menjadi salah satu penyebab keberadaan terowonan tersebut belum dikenal orang banyak. Pasalnya, kebanyakan pengunjung lebih memilih untuk melakukan aktivitas panjat tebing, tanpa menelusurinya.
“Mungkin karena medannya cukup sulit, jadi setelah berhasil memanjat, mereka tidak melanjutkan meneluri di atas tebing itu. Sehingga mereka tidak menemukan keberadaan gua yang terdapat terowongan ke Gua Pawon. Keberadaan terowongan itu, sempat diteliti oleh ahli dari UNPAD,” bebernya.
Keberadaan terowongan itu, pertama kali diketehui oleh warga sekitar yang sedang mencari pakan untuk ternak mereka, yakni Aceng, tahun 1978. Namun demikian, hingga kini, belum ada yang memberi nama penemuan terowongan itu.
“Sejak pertama kali Pak Aceng menemukan terowongan itu, sampai sekarang belum ada namanya. Mungkin kalau melihat dari penemunya, terowongan itu bisa dinamakan terowongan Aceng,” jelas Aef berseloroh.
Dari penelusuran yang pernah dilakukannya, Aef mengaku untuk telah menelusuri terowangan tersebut. Dirinya menghabiskan sebanyak lima liter minyak tanah yang berfungsi sebagai penerangan obor selama perjalan di dalam terowongan.
"Jarak dari Tebing Pabeasan ke Gua Pawon sekitar 1 kilometer. Kalau sekarang ada yang berminat untuk menelusuri lagi, saya siap mendampingi. Waktu saya bersama teman-teman menelusuri," papar dia.
Secara fisik, mulut gua tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil, sekitar drum minyak. Namun, di dalamnya pengunjung bisa berjalan secara leluasa, lantaran memiliki ukuran yang sangat besar.
“Di dalamnya terdapat bebatuan yang sama dengan batu tebing yang ada di Tebing Pabeasan dan Gua Pawon. Rongganya cukup besar, tapi pas masuk harus merunduk, karena ukuran mulutnya kecil,” papar dia.
Keberadaan terowongan tersebut, disinyalir ada kaitannya dengan fosil manusia yang ada di Gua Pawon. Sebelum fosilnya ditemukan, manusia purba itu diduga telah membuat jalan bawah tanah.
“Tidak menutup kemungkinan, terowongan itu dibuat oleh manusia yang fosilnya ditemukan di Gua Pawon. Tapi untuk memastikan, memang butuh penelitian yang mendalam dari para ahli,” bebernya.
Keberadaan terowongan yang belum banyak diketahui itu, kiranya menjadi tantangan tersendiri bagi para petualangan. Jika sebelumnya hanya melakukan aktivitas memanjat, ke depan anda bisa mencoba menelusuri terowongan itu.
Dengan begitu, pengalaman dalam menjamah keindahan alam di daerah tersebut, bisa lebih sempurna. Tidak hanya bagi para pecinta alam, keberadaan terowongan tersebut juga kiranya menjadi perhatian khusus para ilmuwan untuk menelitinya.
Sebab, tidak menutup kemungkinan, dari terowongan itu akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang sangat besar manfaatnya bagi sejarah peradaban manusia. Demikian penelusuran Cerita Pagi kali ini semoga menambah khazanah pengetahuan pembaca.
Tebing Gua Pawon, tebing Pabeasan, dan tebing Masigit adalah beberapa yang senantiasa menjadi daerah tujuan bagi para ‘spiderman’ dari berbagai daerah, bahkan luar negeri. Tebing-tebing itu, selalu ramai didatangi setiap bulannya.
Namun demikian, di balik keindahan tebing yang menjulang tinggi itu, belum banyak orang yang mengetahui bahwa antara Gua Pawon yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat Barat, dan tebing Pabeasan, yang terletak di Desa/Kecamatan Padalarang, terdapat jalan pintas bawah tanah atau terowongan.
Untuk bisa masuk ke dalam terowongan itu, pengunjung diharuskan memanjat tebing Pabeasan terlebih dahulu. Dari sana, pengunjung akan menelusuri jalan yang kemudian berakhir di Gua Pawon.
“Di sini (Tebing Pabeasan) popularnya hanya tebing saja, untuk panjat tebing. Tapi, di atas tebing itu, terdapat gua seukuran drum yang jika ditelusuri bisa tembus ke Gua Pawon, tepatnya di gua yang banyak terdapat kelelawarnya,” kata Juru pelihara Tebing Pabeasan Aef Saefullah, saat berbincang dengan wartawan, beberapa hari yang lalu.
Sulitnya medan untuk menuju gua di puncak tebing, menjadi salah satu penyebab keberadaan terowonan tersebut belum dikenal orang banyak. Pasalnya, kebanyakan pengunjung lebih memilih untuk melakukan aktivitas panjat tebing, tanpa menelusurinya.
“Mungkin karena medannya cukup sulit, jadi setelah berhasil memanjat, mereka tidak melanjutkan meneluri di atas tebing itu. Sehingga mereka tidak menemukan keberadaan gua yang terdapat terowongan ke Gua Pawon. Keberadaan terowongan itu, sempat diteliti oleh ahli dari UNPAD,” bebernya.
Keberadaan terowongan itu, pertama kali diketehui oleh warga sekitar yang sedang mencari pakan untuk ternak mereka, yakni Aceng, tahun 1978. Namun demikian, hingga kini, belum ada yang memberi nama penemuan terowongan itu.
“Sejak pertama kali Pak Aceng menemukan terowongan itu, sampai sekarang belum ada namanya. Mungkin kalau melihat dari penemunya, terowongan itu bisa dinamakan terowongan Aceng,” jelas Aef berseloroh.
Dari penelusuran yang pernah dilakukannya, Aef mengaku untuk telah menelusuri terowangan tersebut. Dirinya menghabiskan sebanyak lima liter minyak tanah yang berfungsi sebagai penerangan obor selama perjalan di dalam terowongan.
"Jarak dari Tebing Pabeasan ke Gua Pawon sekitar 1 kilometer. Kalau sekarang ada yang berminat untuk menelusuri lagi, saya siap mendampingi. Waktu saya bersama teman-teman menelusuri," papar dia.
Secara fisik, mulut gua tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil, sekitar drum minyak. Namun, di dalamnya pengunjung bisa berjalan secara leluasa, lantaran memiliki ukuran yang sangat besar.
“Di dalamnya terdapat bebatuan yang sama dengan batu tebing yang ada di Tebing Pabeasan dan Gua Pawon. Rongganya cukup besar, tapi pas masuk harus merunduk, karena ukuran mulutnya kecil,” papar dia.
Keberadaan terowongan tersebut, disinyalir ada kaitannya dengan fosil manusia yang ada di Gua Pawon. Sebelum fosilnya ditemukan, manusia purba itu diduga telah membuat jalan bawah tanah.
“Tidak menutup kemungkinan, terowongan itu dibuat oleh manusia yang fosilnya ditemukan di Gua Pawon. Tapi untuk memastikan, memang butuh penelitian yang mendalam dari para ahli,” bebernya.
Keberadaan terowongan yang belum banyak diketahui itu, kiranya menjadi tantangan tersendiri bagi para petualangan. Jika sebelumnya hanya melakukan aktivitas memanjat, ke depan anda bisa mencoba menelusuri terowongan itu.
Dengan begitu, pengalaman dalam menjamah keindahan alam di daerah tersebut, bisa lebih sempurna. Tidak hanya bagi para pecinta alam, keberadaan terowongan tersebut juga kiranya menjadi perhatian khusus para ilmuwan untuk menelitinya.
Sebab, tidak menutup kemungkinan, dari terowongan itu akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang sangat besar manfaatnya bagi sejarah peradaban manusia. Demikian penelusuran Cerita Pagi kali ini semoga menambah khazanah pengetahuan pembaca.
(san)