Ini Penjelasan Tema Tuhan Membusuk di UIN Surabaya
A
A
A
SURABAYA - Tema Orientasi Studi Cinta Akademik dan Almamater (Oscar) Mahasiswa Baru (Maba) 2014 di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya yang bertajuk Tuhan membusuk menuai kontroversi.
Namun, tema Tuhan membusuk ini bukan zat Tuhan yang maha esa, melainkan Tuhan-tuhan yang ada dalam diri manusia. Demikian disampaikan Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (Dema F) Rahmat.
Menurutnya, Tuhan membusuk ini adalah Tuhan dalam diri manusia yang tanpa sadar menimbulkan kemusrikan (musrik mutasyabihat). Padahal, dalam tema tersebut dibubuhi sub tema, yakni "be konstruksi fundamentalisme menuju Islam kosmopolitan."
Rahmat juga mengaku, kontroversi tema yang diangkat telah selesai seiring dengan selesainya masa Oscar di Kampus UINSA Surabaya.
"Masalah ini sudah selesai. Kita telah menggelar evaluasi dengan dekan kampus. Tapi enggak apa-apalah, ini juga sebagai klarifikasi soal tema tersebut," katanya, Selasa (2/1/2014).
Mahasiswa Semester VII ini menjelaskan, kenapa mengambil tema Tuhan membusuk? Hal itu didasarkan fenomena terkini. Banyak yang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik.
Tema yang diambil ini, katanya, memang sangat ngeri, karena bisa memunculkan penafsiran yang luar biasa di luar nalar.
Senada juga dikatakan Hidayat, staf Dema F UINSA Surabaya. Dia menegaskan, bahwa Tuhan membusuk yang dimaksud bukan Tuhan zat yang esa. Tuhan itu tidak pernah mati atau rusak seperti manusia. Karena Tuhan ini memiliki kekekalan yang abadi.
Tuhan membusuk adalah kebenaran-kebenaran yang lahir dalam diri manusia yang kemudian menjelma menjadi sang pengadil atas nama kebenaran dari manusia itu.
"Pengadil sejati adalah Tuhan zat yang maha esa. Manusia memiliki sifat-sifat ketuhanan yang kemudian menjadikan manusia menjadi orang yang paling benar. Kebenaran yang lahir dalam diri manusia menjadi disakralkan untuk kepentingan-kepentingan politik," paparnya.
Manusia memang memiliki sifat-sifat Tuhan seperti sombong. Karena sombong adalah sifat Tuhan ini yang kemudian, diartikan musrik mutasyabihat, kemusrikat yang lahir tanpa disadari.
Sekali lagi, lanjutnya, tema Tuhan membusuk bukan Tuhan yang maha esa, tapi Tuhan yang fana, yakni manusia, maka harus membusuk.
"Tuhan membusuk, sudah kita bakar beserta ditutupnya Ospek yang kita gelar kemarin. Pembakaran spanduk Tuhan membusuk adalah simbol penghancuran atas kebenaran manusia yang menjelma menjadi Tuhan, tanpa disadari oleh manusia itu sendiri," pungkasnya.
Namun, tema Tuhan membusuk ini bukan zat Tuhan yang maha esa, melainkan Tuhan-tuhan yang ada dalam diri manusia. Demikian disampaikan Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas (Dema F) Rahmat.
Menurutnya, Tuhan membusuk ini adalah Tuhan dalam diri manusia yang tanpa sadar menimbulkan kemusrikan (musrik mutasyabihat). Padahal, dalam tema tersebut dibubuhi sub tema, yakni "be konstruksi fundamentalisme menuju Islam kosmopolitan."
Rahmat juga mengaku, kontroversi tema yang diangkat telah selesai seiring dengan selesainya masa Oscar di Kampus UINSA Surabaya.
"Masalah ini sudah selesai. Kita telah menggelar evaluasi dengan dekan kampus. Tapi enggak apa-apalah, ini juga sebagai klarifikasi soal tema tersebut," katanya, Selasa (2/1/2014).
Mahasiswa Semester VII ini menjelaskan, kenapa mengambil tema Tuhan membusuk? Hal itu didasarkan fenomena terkini. Banyak yang mengatasnamakan Tuhan untuk kepentingan politik.
Tema yang diambil ini, katanya, memang sangat ngeri, karena bisa memunculkan penafsiran yang luar biasa di luar nalar.
Senada juga dikatakan Hidayat, staf Dema F UINSA Surabaya. Dia menegaskan, bahwa Tuhan membusuk yang dimaksud bukan Tuhan zat yang esa. Tuhan itu tidak pernah mati atau rusak seperti manusia. Karena Tuhan ini memiliki kekekalan yang abadi.
Tuhan membusuk adalah kebenaran-kebenaran yang lahir dalam diri manusia yang kemudian menjelma menjadi sang pengadil atas nama kebenaran dari manusia itu.
"Pengadil sejati adalah Tuhan zat yang maha esa. Manusia memiliki sifat-sifat ketuhanan yang kemudian menjadikan manusia menjadi orang yang paling benar. Kebenaran yang lahir dalam diri manusia menjadi disakralkan untuk kepentingan-kepentingan politik," paparnya.
Manusia memang memiliki sifat-sifat Tuhan seperti sombong. Karena sombong adalah sifat Tuhan ini yang kemudian, diartikan musrik mutasyabihat, kemusrikat yang lahir tanpa disadari.
Sekali lagi, lanjutnya, tema Tuhan membusuk bukan Tuhan yang maha esa, tapi Tuhan yang fana, yakni manusia, maka harus membusuk.
"Tuhan membusuk, sudah kita bakar beserta ditutupnya Ospek yang kita gelar kemarin. Pembakaran spanduk Tuhan membusuk adalah simbol penghancuran atas kebenaran manusia yang menjelma menjadi Tuhan, tanpa disadari oleh manusia itu sendiri," pungkasnya.
(san)