Alfamidi 24 Jam Diserang Gerombolan Pemuda Bertopeng
A
A
A
MAKASSAR - Aksi penyerangan dan pengerusakan pusat perbelanjaan Alfamidi terjadi, di Jalan Hertasning, Kecamatan Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan. Pengerusakan ini sudah yang kedua kali terjadi di Makassar.
Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi kejadian, pintu kaca Alfamidi mengalami pecah kaca, diduga terkena lemparan batu. Info dari sejumlah karyawan yang bertugas, tidak ada yang kehilangan barang.
Namun sejumlah karaywan dan pengunjung yang berbelanja mengalami kepanikan. Bahkan, dari pengamanan pengintai Closed Circuit Television (CCTV) terekam, aksi pelaku yang masuk secara berkelompok.
"Ini kedua kalinya pengerusakan terjadi di Alfamidi. Kami belum tahu masalahnya," kata Rahmat, karyawan setempat, kepada wartawan, Sabtu (19/7/2014).
Informasi yang diperoleh, pengerusakan yang sama terjadi dua bulan lalu, tepatnya 5 Mei 2014. Pintu kaca Alfamidi dirusak hingga kaca. Penyerang berjumlah 20 orang, terdiri dari para pemuda. Mereka melempar batu ke mini market Alfamidi.
Kendati demikian, belum diketahui penyebab aksi penyerangan itu. Dalam aksinya kali ini, pelaku menggunakan penutup muka (bertopeng) dan melepaskan busur sebanyak lima kali dan petasan, sehingga karyawan yang bertugas kabur menyelamatkan diri.
Sementara itu, Kapolsekta Rappocini Kompol Ade Hermanto mengatakan, peristiwa pengrusakan Alfamidi dilakukan oleh segerombolan pemuda, menggunakan batu dan busur, sehingga menyebabkan kerusakan pintu kaca di depan.
"Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun kerugian materil ditaksir mencapai Rp700 juta. Kami masih melakukan pengejaran terhadap sejumlah pelaku yang terbilang masih cukup muda dengan hasil CCTV yang merekam penyerangan itu. Kami sudah mengantongi ciri-ciri pelaku, secepatnya kami lakukan penangkapan," ujar Ade, saat dikonfirmasi.
Ketika ditanya sekelompok geng motor yang beraksi seperti di sejumlah Alfamidi lainnya, Ade belum bisa memastikan, karena masih tahap penyelidikan. Dia meminta, kasus penyerangan ini tidak dikaitkan dengan geng motor.
"Biasa saja ada dendam pribadi, tidak puas pelayanan atau karena perebutan lahan parkir," kata Ade.
Menanggapi hal itu, Krominolog di Makassar Hery Tahir mengatakan, ulah sekelompok pemuda yang melakukan pengerusakan di pusat perbelanjaan, seperti Alfamidi merupakan kriminalitas yang meresahkan masyarakat.
Sebuah pusat perbelanjaan sekiranya memiliki petugas keamanan atau sekuriti, apalagi membuka pelayanan selama 1x24 jam.
"Peristiwa ini sudah menjadi hal biasa, pihak kepolisian tentunya menyimpan data data dalam kasus serupa dan memudahkan melacak pelaku yang sama terjadi di lokasi lain," tegas Hery Tahir, dosen UNM.
Berdasarkan pengamatan langsung di lokasi kejadian, pintu kaca Alfamidi mengalami pecah kaca, diduga terkena lemparan batu. Info dari sejumlah karyawan yang bertugas, tidak ada yang kehilangan barang.
Namun sejumlah karaywan dan pengunjung yang berbelanja mengalami kepanikan. Bahkan, dari pengamanan pengintai Closed Circuit Television (CCTV) terekam, aksi pelaku yang masuk secara berkelompok.
"Ini kedua kalinya pengerusakan terjadi di Alfamidi. Kami belum tahu masalahnya," kata Rahmat, karyawan setempat, kepada wartawan, Sabtu (19/7/2014).
Informasi yang diperoleh, pengerusakan yang sama terjadi dua bulan lalu, tepatnya 5 Mei 2014. Pintu kaca Alfamidi dirusak hingga kaca. Penyerang berjumlah 20 orang, terdiri dari para pemuda. Mereka melempar batu ke mini market Alfamidi.
Kendati demikian, belum diketahui penyebab aksi penyerangan itu. Dalam aksinya kali ini, pelaku menggunakan penutup muka (bertopeng) dan melepaskan busur sebanyak lima kali dan petasan, sehingga karyawan yang bertugas kabur menyelamatkan diri.
Sementara itu, Kapolsekta Rappocini Kompol Ade Hermanto mengatakan, peristiwa pengrusakan Alfamidi dilakukan oleh segerombolan pemuda, menggunakan batu dan busur, sehingga menyebabkan kerusakan pintu kaca di depan.
"Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun kerugian materil ditaksir mencapai Rp700 juta. Kami masih melakukan pengejaran terhadap sejumlah pelaku yang terbilang masih cukup muda dengan hasil CCTV yang merekam penyerangan itu. Kami sudah mengantongi ciri-ciri pelaku, secepatnya kami lakukan penangkapan," ujar Ade, saat dikonfirmasi.
Ketika ditanya sekelompok geng motor yang beraksi seperti di sejumlah Alfamidi lainnya, Ade belum bisa memastikan, karena masih tahap penyelidikan. Dia meminta, kasus penyerangan ini tidak dikaitkan dengan geng motor.
"Biasa saja ada dendam pribadi, tidak puas pelayanan atau karena perebutan lahan parkir," kata Ade.
Menanggapi hal itu, Krominolog di Makassar Hery Tahir mengatakan, ulah sekelompok pemuda yang melakukan pengerusakan di pusat perbelanjaan, seperti Alfamidi merupakan kriminalitas yang meresahkan masyarakat.
Sebuah pusat perbelanjaan sekiranya memiliki petugas keamanan atau sekuriti, apalagi membuka pelayanan selama 1x24 jam.
"Peristiwa ini sudah menjadi hal biasa, pihak kepolisian tentunya menyimpan data data dalam kasus serupa dan memudahkan melacak pelaku yang sama terjadi di lokasi lain," tegas Hery Tahir, dosen UNM.
(san)