Kolang-Kaling Dipercaya Dapat Karomah Sunan Bonang
A
A
A
BAGI SEBAGIAN Bagi sebagian masyarakat, terutama warga Jatirejo, Gunungpati, Kota Semarang, mempercayai jika buah pohon aren, atau kolang-kali telah mendapatkan karomah dari Sunan Bonang, salah satu dari sembilan penyebar agama Islam di Jawa.
Kepercayaan ini muncul dilatarbelakangi oleh kisah Sunan Bonang yang pernah merubah buah Aren menjadi emas. Peristiwa itu terjadi ketika Sunan Bonang hendak dirampok oleh Radan Mas Said (Sunan Kalijaga).
Saat itu, Raden Mas Said masih belum memeluk Islam dan menjadi perampok jalanan. Suatu kita, saat Sunan Bonang berjalan di hutan, dia bertemu dengan Raden Said.
Melihat Sunan Bonang membawa tongkat yang dilapisi emas, Raden Said jadi ingin merampoknya. Namun begitu, saat Raden Said mulai mendekat, tiba-tiba Sunan Bonang dengan tongkat di tanganya menunjuk buah aren yang ada di sekitarnya sembari berkata "Lihat itu lebih banyak emas," kata Sunan Bonang.
Atas izin Allah, tumpukan buah Aren berubah menjadi kemilau emas, melihat kejadian itu akhirnya Raden Said menyatakan diri memeluk Islam dan berguru kepada Sunan Bonang.
Di Pulau Jawa, kita mengenal ada Wali Songo, sembilan orang Kai yang menyebarkan agama Islam yang keilmuannya sangat tinggi. Masing masing wali mempunyai keistimewaan sendiri sendiri.
Salah satunya Sunan Bonang yang bisa membuat buah kolang kaling berupa menjadi butiran emas atas izin Allah. Adalagi Sunan Kalijaga yang membuat tiang utama Masjid Demak dalam semalam dan lain sebagainya.
Nah bagi masyarakat Jatirejo, kini buah aren tersebut benar-benar membawa karomah dan berkah bagi mereka. Buah yang sebenarnya memiliki getah yang bisa menimbulkan gatal-gatal itu, diolah menjadi kolang-kaling, yang sangat diburu masyarakat terutama pada saat bulan Ramadan seperti sekarang.
Bahkan pada bulan suci pembuat kolang-kaling kebanjiran permintaan. Berapapun yang mereka produksi selalu ludes terjual. "Buah ini disabda wali jadi bermanfaat bagi masyarakat," kata salah satu pembuat Kolang-kaling bernama Kusmari, Kamis (3/7).
Dia mengaku, pada bulan Ramadan seperti ini dirinya dan beberapa pembuat kolang-kaling lainnya selalu mendapatkan keuntungan lebih. Pasalnya selain harganya yang naik, permintaannya juga sangat banyak.
“Biasanya kalau hari biasa paling seminggu cuma 1-2 kintal, tapi di bulan puasa seperti ini bisa 1 ton. Harganya juga naik, sekarang ini per kilonya Rp8000, " akunya.
Bagaimana proses pembuatan kolang-kaling dari buah aren sampai bisa menjadi kolang-kaling yang siap untuk dijual? Kusmari menceritakan, prosesnya tidak rumit namun butuh waktu lama, yakni kurang lebih 4-5 hari.
Pertama-tama, buah aren harus direbus terlebih dahulu selama kurang lebih 2-4 jam. Setelah direbus, buah aren kemudian dikupas. Setelah dikupas baru kemudian direndam dengan air, selama dua malam.
Setelah itu digepengkan untuk medapatkan kolang-kaling yang gepeng. Tidak cukup sampai disitu, untuk bisa mendapatkan kolang-kaling yang empuk dan kenyal, harus kembali direndam lagi paling tidak 1-2 malam.
“Setelah jadi nanti biasanya langsung ada pembeli yang datang. Kalau pas bulan puasa seperti ini pembelinya yang datang sendiri ke sini, tapi kalau hari-hari biasa, kita yang setor ke pasar-pasar,” paparnya.
Pembuat kolang-kaling lain Gono menceritakan, jaman dulu di Desa Jatirejo hampir setiap rumah membuat kolang-kaling. Namun kini pembuat kolang-kaling hanya segelintir saja, itupun sebagian besar hanya aktif pada saat bulan Ramadan. Menurut dia, semakin berkurangnya pembuat kolang-kaling ini lantaran keterbatasan buah aren.
Untuk mendapatkan buah aren para pembuat kolang-kaling harus mencari sampai Tembanggung, Kebumen, Sukorejo Kendal dan Boja, karena di wilayah Gunungpati, sudah tidak ada yang menanam pohon aren. “Kalau dulu di sini banyak pohon aren, sekarang ini sudah ditebangi karena untuk membuat sagu,” katanya.
Kepercayaan ini muncul dilatarbelakangi oleh kisah Sunan Bonang yang pernah merubah buah Aren menjadi emas. Peristiwa itu terjadi ketika Sunan Bonang hendak dirampok oleh Radan Mas Said (Sunan Kalijaga).
Saat itu, Raden Mas Said masih belum memeluk Islam dan menjadi perampok jalanan. Suatu kita, saat Sunan Bonang berjalan di hutan, dia bertemu dengan Raden Said.
Melihat Sunan Bonang membawa tongkat yang dilapisi emas, Raden Said jadi ingin merampoknya. Namun begitu, saat Raden Said mulai mendekat, tiba-tiba Sunan Bonang dengan tongkat di tanganya menunjuk buah aren yang ada di sekitarnya sembari berkata "Lihat itu lebih banyak emas," kata Sunan Bonang.
Atas izin Allah, tumpukan buah Aren berubah menjadi kemilau emas, melihat kejadian itu akhirnya Raden Said menyatakan diri memeluk Islam dan berguru kepada Sunan Bonang.
Di Pulau Jawa, kita mengenal ada Wali Songo, sembilan orang Kai yang menyebarkan agama Islam yang keilmuannya sangat tinggi. Masing masing wali mempunyai keistimewaan sendiri sendiri.
Salah satunya Sunan Bonang yang bisa membuat buah kolang kaling berupa menjadi butiran emas atas izin Allah. Adalagi Sunan Kalijaga yang membuat tiang utama Masjid Demak dalam semalam dan lain sebagainya.
Nah bagi masyarakat Jatirejo, kini buah aren tersebut benar-benar membawa karomah dan berkah bagi mereka. Buah yang sebenarnya memiliki getah yang bisa menimbulkan gatal-gatal itu, diolah menjadi kolang-kaling, yang sangat diburu masyarakat terutama pada saat bulan Ramadan seperti sekarang.
Bahkan pada bulan suci pembuat kolang-kaling kebanjiran permintaan. Berapapun yang mereka produksi selalu ludes terjual. "Buah ini disabda wali jadi bermanfaat bagi masyarakat," kata salah satu pembuat Kolang-kaling bernama Kusmari, Kamis (3/7).
Dia mengaku, pada bulan Ramadan seperti ini dirinya dan beberapa pembuat kolang-kaling lainnya selalu mendapatkan keuntungan lebih. Pasalnya selain harganya yang naik, permintaannya juga sangat banyak.
“Biasanya kalau hari biasa paling seminggu cuma 1-2 kintal, tapi di bulan puasa seperti ini bisa 1 ton. Harganya juga naik, sekarang ini per kilonya Rp8000, " akunya.
Bagaimana proses pembuatan kolang-kaling dari buah aren sampai bisa menjadi kolang-kaling yang siap untuk dijual? Kusmari menceritakan, prosesnya tidak rumit namun butuh waktu lama, yakni kurang lebih 4-5 hari.
Pertama-tama, buah aren harus direbus terlebih dahulu selama kurang lebih 2-4 jam. Setelah direbus, buah aren kemudian dikupas. Setelah dikupas baru kemudian direndam dengan air, selama dua malam.
Setelah itu digepengkan untuk medapatkan kolang-kaling yang gepeng. Tidak cukup sampai disitu, untuk bisa mendapatkan kolang-kaling yang empuk dan kenyal, harus kembali direndam lagi paling tidak 1-2 malam.
“Setelah jadi nanti biasanya langsung ada pembeli yang datang. Kalau pas bulan puasa seperti ini pembelinya yang datang sendiri ke sini, tapi kalau hari-hari biasa, kita yang setor ke pasar-pasar,” paparnya.
Pembuat kolang-kaling lain Gono menceritakan, jaman dulu di Desa Jatirejo hampir setiap rumah membuat kolang-kaling. Namun kini pembuat kolang-kaling hanya segelintir saja, itupun sebagian besar hanya aktif pada saat bulan Ramadan. Menurut dia, semakin berkurangnya pembuat kolang-kaling ini lantaran keterbatasan buah aren.
Untuk mendapatkan buah aren para pembuat kolang-kaling harus mencari sampai Tembanggung, Kebumen, Sukorejo Kendal dan Boja, karena di wilayah Gunungpati, sudah tidak ada yang menanam pohon aren. “Kalau dulu di sini banyak pohon aren, sekarang ini sudah ditebangi karena untuk membuat sagu,” katanya.
(ilo)