Banjir Wajo Bertahan Hingga 5 Minggu
A
A
A
WAJO - Banjir di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, sudah berlangsung selama lima minggu. Hari ini, ketinggian air bertambah dari satu meter menjadi dua meter di pemukiman warga. Ribuan rumah juga dikabarkan masih terendam.
Banjir terjadi di empat kelurahan dan tiga desa, tersebar diberbagai wilayah. Terdiri dari Kelurahan Mattirotappareng, Watalipue, Wieingpalenae, Watalupie, Nepo, Pallawarukka, dan Laelo.
Banjir terparah terjadi di Kelurahan Laelo dan Salo Mengraleng. Di kelurahan ini, akses jalan menuju rumah terputus. Ketinggian air rata-rata dua meter. Untuk menuju kepemukiman, warga terpaksa menggunakan ojek perahu.
Meskipun banjir mengenangi, warga terpaksa terus melakukan aktivitasnya. Dari berbelanja ke pasar, membawa barang dagangan, bahkan hanya sekedar berkeliling memantau banjir. Momen seperti ini dimanfaatkan anak-anak.
Tak ada rasa takut bagi anak disekitar tersebut pasalnya daerah ini merupakan langganan banjir tiap tahunnya. Warga berharap, musibah banjir cepat berakhir dan pemerintah pusat bisa berkunjung ke tempat mereka.
Untuk cegah banjir datang di tempat ini, dibutuhkan biaya ratusan juta hingga miliaran. Lantaran Danau Tempe harus dikeruk, karena dangkalnya danau penyebab utama banjir di kabupaten ini.
Hingga kini, belum ada bantuan dari pemerintah daerah. Baik bantuan transportasi warga yang melakukan aktivitas, maupun air bersih. Warga harus berusaha sendiri mencari kebutuhannya.
Banjir terjadi di empat kelurahan dan tiga desa, tersebar diberbagai wilayah. Terdiri dari Kelurahan Mattirotappareng, Watalipue, Wieingpalenae, Watalupie, Nepo, Pallawarukka, dan Laelo.
Banjir terparah terjadi di Kelurahan Laelo dan Salo Mengraleng. Di kelurahan ini, akses jalan menuju rumah terputus. Ketinggian air rata-rata dua meter. Untuk menuju kepemukiman, warga terpaksa menggunakan ojek perahu.
Meskipun banjir mengenangi, warga terpaksa terus melakukan aktivitasnya. Dari berbelanja ke pasar, membawa barang dagangan, bahkan hanya sekedar berkeliling memantau banjir. Momen seperti ini dimanfaatkan anak-anak.
Tak ada rasa takut bagi anak disekitar tersebut pasalnya daerah ini merupakan langganan banjir tiap tahunnya. Warga berharap, musibah banjir cepat berakhir dan pemerintah pusat bisa berkunjung ke tempat mereka.
Untuk cegah banjir datang di tempat ini, dibutuhkan biaya ratusan juta hingga miliaran. Lantaran Danau Tempe harus dikeruk, karena dangkalnya danau penyebab utama banjir di kabupaten ini.
Hingga kini, belum ada bantuan dari pemerintah daerah. Baik bantuan transportasi warga yang melakukan aktivitas, maupun air bersih. Warga harus berusaha sendiri mencari kebutuhannya.
(san)