Hampir 50% Satwa Titipan BKSDA Mati di TSTJ
A
A
A
SOLO - Sebanyak 14 satwa dari berbagai jenis dan berbagai ras titipan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, mati di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) Solo. Penyebab matinya satwa itu beragam, mulai dari sakit hingga mendapatkan perlakuan kurang layak dari pengelola.
Kepala Satuan Kerja Wilayah I BKSDA Jawa Tengah Johan Setiawan mengatakan, sejak Triwulan Keempat 2012 hingga saat ini, BKSDA telah menitipkan sekitar 30 satwa di Taman Jurug. Akan tetapi satwa yang dititipkan itu tidak bertambah, justru semakin menyusut karena mati satu per satu dengan berbagai alasan.
Menurut Johan, satwa titipan yang mati itu di antaranya adalah elang, burung merak, rangkong, ular phyton, dan rusa. Selain itu, tiga satwa yang mati beberapa bulan terakhir yakni onta, sepasang orangutan, dan singa afrika. "Beragam alasannya, ada yang sakit parah, ada juga yang mati karena alasan lain seperti kecelakaan," ucap Johan, Senin (30/6/2014).
Ia mengatakan, dari penelusuran yang dilakukan, sebenarnya tidak ada unsur kelalaian yang dilakukan oleh pihak pengelola. Hanya saja kandang yang dipakai untuk satwa-satwa itu kurang representatif dan ada juga yang sangat tidak layak. Sehingga, hal itu yang memicu satwa-satwa titipan itu menjadi mati satu per satu.
Johan menambahkan, untuk jenis satwa tertentu diperlukan kandang yang besar. Tetapi, tidak semua lembaga konservasi memiliki kandang seperti itu. "Sebenarnya kalau kandangnya layak, pastinya kematian satwa secara mendadak itu tidak akan terjadi karena satwa bisa bergerak bebas dengan leluasa," ucapnya.
Guna mengantisipasi kematian satwa titipan BKSDA di Taman Satwa Taru Jurug itu, pihaknya mengaku bakal mengevakuasi tiga orangutan jantan ke lokasi konservasi lain. Menurutnya, ada tiga lembaga konservasi yang saat ini dilirik oleh BKSDA untuk dititipi satwa dilindungi itu, di antaranya Lembaga Konservasi Wonogiri, Sidomuncul, serta Kebun Binatang Mangkang.
Terpisah, Direktur Operasional TSTJ Windu Winarso tidak memungkiri apa yang dikatakan BKSDA. Menurutnya, banyak kandang yang rusak dan tidak layak di kawasan itu. Akan tetapi, untuk memperbaikinya diperlukan dana yang tidak sedikit, sedangkan investor pihak ketiga belum ada yang menyatakan keseriusannya masuk ke TSTJ. "Kita akan memperbaiki itu secara bertahap sesuai dengan kemampuan kita," tegasnya.
Kepala Satuan Kerja Wilayah I BKSDA Jawa Tengah Johan Setiawan mengatakan, sejak Triwulan Keempat 2012 hingga saat ini, BKSDA telah menitipkan sekitar 30 satwa di Taman Jurug. Akan tetapi satwa yang dititipkan itu tidak bertambah, justru semakin menyusut karena mati satu per satu dengan berbagai alasan.
Menurut Johan, satwa titipan yang mati itu di antaranya adalah elang, burung merak, rangkong, ular phyton, dan rusa. Selain itu, tiga satwa yang mati beberapa bulan terakhir yakni onta, sepasang orangutan, dan singa afrika. "Beragam alasannya, ada yang sakit parah, ada juga yang mati karena alasan lain seperti kecelakaan," ucap Johan, Senin (30/6/2014).
Ia mengatakan, dari penelusuran yang dilakukan, sebenarnya tidak ada unsur kelalaian yang dilakukan oleh pihak pengelola. Hanya saja kandang yang dipakai untuk satwa-satwa itu kurang representatif dan ada juga yang sangat tidak layak. Sehingga, hal itu yang memicu satwa-satwa titipan itu menjadi mati satu per satu.
Johan menambahkan, untuk jenis satwa tertentu diperlukan kandang yang besar. Tetapi, tidak semua lembaga konservasi memiliki kandang seperti itu. "Sebenarnya kalau kandangnya layak, pastinya kematian satwa secara mendadak itu tidak akan terjadi karena satwa bisa bergerak bebas dengan leluasa," ucapnya.
Guna mengantisipasi kematian satwa titipan BKSDA di Taman Satwa Taru Jurug itu, pihaknya mengaku bakal mengevakuasi tiga orangutan jantan ke lokasi konservasi lain. Menurutnya, ada tiga lembaga konservasi yang saat ini dilirik oleh BKSDA untuk dititipi satwa dilindungi itu, di antaranya Lembaga Konservasi Wonogiri, Sidomuncul, serta Kebun Binatang Mangkang.
Terpisah, Direktur Operasional TSTJ Windu Winarso tidak memungkiri apa yang dikatakan BKSDA. Menurutnya, banyak kandang yang rusak dan tidak layak di kawasan itu. Akan tetapi, untuk memperbaikinya diperlukan dana yang tidak sedikit, sedangkan investor pihak ketiga belum ada yang menyatakan keseriusannya masuk ke TSTJ. "Kita akan memperbaiki itu secara bertahap sesuai dengan kemampuan kita," tegasnya.
(zik)