10 Persen dari 400 Pelajar di Surabaya Terjerat Narkoba
A
A
A
SURABAYA - Sebanyak 41 dari 400 pelajar di Kota Surabaya terlibat penggunaan narkotika dan obat/bahan berbahaya (narkoba). Hal itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya pada Januari-Mei 2014.
Penelitian dengan sampel sebanyak 400 siswa-siswi dari 10 sekolah di Surabaya. Dari 10 sekolah tersebut, delapan sekolah merupakan SMA/SMK dan dua sekolah SMP. Metode penelitian menggunakan random sampling.
"Dari angka ini menunjukkan pengguna narkoba di kalangan pelajar sangat mengkhawatirkan. Tahun ini, kami mendelarasikan Indonesia Bebas Narkoba. Bebas narkoba itu artinya pecandu tidak naik dan upaya pencegahan tetap jalan. Namun itu semua butuh dukungan dari semua pihak," kata Kepala BNN Kota Surabaya Deborah Jihartin, Senin (30/6/2014)
Menurut Deborah, dalam dunia narkoba berlaku hukum pasar. Selama pasarnya bagus, peredarannya akan terus tumbuh. Dalam hal ini, para pelajar yang kecanduan itu termasuk bagian dari pasar. Maka, untuk tahun ini, BNN berupaya menekan pergerakan pasar tersebut untuk mewujudkan lingkungan bebas narkoba, terutama di lingkungan sekolah.
"Berbagai upaya kami lakukan. Di antaranya dengan membentuk kader antinarkoba di sekolahan. Anggotanya adalah siswa-siswi yang bebas narkoba. Merekalah yang bergerak untuk menyampaikan informasi tentang bahaya narkoba kepada sesama pelajar di sekolah. Termasuk juga untuk mengetahui alur peredaran narkoba di sekolah-sekolah," katanya.
Terkait penyebab sehingga para pelajar mudah terjerumus untuk memakai narkoba, Deborah menyatakan, mayoritas karena pengaruh pergaulan. Dia mencontohkan, berdasarkan hasil survei dan fakta di lapangan, ada anak SD yang menjadi korban karena salah pergaulan dengan teman yang usianya lebih tua yang ternyata pengguna narkoba. Selain itu juga karena masalah keluarga. Sehingga, para orangtua harus ikut berperan aktif menanggulangi masalah ini.
"Untuk menjadikan lingkungan bebas narkoba, kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh dukungan Pemkot Surabaya untuk mencegah pasar tersebut terus berkembang. Kita harus menanggulanginya secara bersama-sama."
BNN Kota Surabaya menargetkan tahun ini pengguna narkoba tinggal 2 persen. Angka ini turun dibanding tahun lalu sebanyak 2,2 persen. Guna mencapai target tersebut, BNN telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Interdiksi yang terdiri dari petugas Bea Cukai, Angkasa Pura, dan Kepolisian. Satgas ini bertugas mengantisipasi peredaran narkoba di bandar udara (bandara) dan juga pelabuhan.
Penelitian dengan sampel sebanyak 400 siswa-siswi dari 10 sekolah di Surabaya. Dari 10 sekolah tersebut, delapan sekolah merupakan SMA/SMK dan dua sekolah SMP. Metode penelitian menggunakan random sampling.
"Dari angka ini menunjukkan pengguna narkoba di kalangan pelajar sangat mengkhawatirkan. Tahun ini, kami mendelarasikan Indonesia Bebas Narkoba. Bebas narkoba itu artinya pecandu tidak naik dan upaya pencegahan tetap jalan. Namun itu semua butuh dukungan dari semua pihak," kata Kepala BNN Kota Surabaya Deborah Jihartin, Senin (30/6/2014)
Menurut Deborah, dalam dunia narkoba berlaku hukum pasar. Selama pasarnya bagus, peredarannya akan terus tumbuh. Dalam hal ini, para pelajar yang kecanduan itu termasuk bagian dari pasar. Maka, untuk tahun ini, BNN berupaya menekan pergerakan pasar tersebut untuk mewujudkan lingkungan bebas narkoba, terutama di lingkungan sekolah.
"Berbagai upaya kami lakukan. Di antaranya dengan membentuk kader antinarkoba di sekolahan. Anggotanya adalah siswa-siswi yang bebas narkoba. Merekalah yang bergerak untuk menyampaikan informasi tentang bahaya narkoba kepada sesama pelajar di sekolah. Termasuk juga untuk mengetahui alur peredaran narkoba di sekolah-sekolah," katanya.
Terkait penyebab sehingga para pelajar mudah terjerumus untuk memakai narkoba, Deborah menyatakan, mayoritas karena pengaruh pergaulan. Dia mencontohkan, berdasarkan hasil survei dan fakta di lapangan, ada anak SD yang menjadi korban karena salah pergaulan dengan teman yang usianya lebih tua yang ternyata pengguna narkoba. Selain itu juga karena masalah keluarga. Sehingga, para orangtua harus ikut berperan aktif menanggulangi masalah ini.
"Untuk menjadikan lingkungan bebas narkoba, kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami butuh dukungan Pemkot Surabaya untuk mencegah pasar tersebut terus berkembang. Kita harus menanggulanginya secara bersama-sama."
BNN Kota Surabaya menargetkan tahun ini pengguna narkoba tinggal 2 persen. Angka ini turun dibanding tahun lalu sebanyak 2,2 persen. Guna mencapai target tersebut, BNN telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Interdiksi yang terdiri dari petugas Bea Cukai, Angkasa Pura, dan Kepolisian. Satgas ini bertugas mengantisipasi peredaran narkoba di bandar udara (bandara) dan juga pelabuhan.
(zik)