Dehumanisasi, Penyebab Maraknya Pembunuhan Sekeluarga
A
A
A
BANDUNG - Kasus pembunuhan dengan korban masih satu ikatan keluarga akhir-akhir ini marak terjadi. Di Kabupaten Bandung misalnya, korban pembunuhan adalah kakak-adik dan pembantu. Di Kota Bandung, suami-istri dibunuh dan dibuang di Banten.
Kasus terakhir yang masih hangat terjadi adalah tewasnya kakak-beradik anak anggota TNI di rumahnya di Jalan Gudang Utara, Kota Bandung. Tak hanya itu, sang pembantu juga ditemukan tewas. Ada fenomena apa di balik pembunuhan dengan korban masih satu keluarga?
Kriminolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yesmil Anwar mengatakan, kejahatan yang terjadi saat ini tidak hanya di luar rumah. Peristiwa itu bisa saja terjadi di rumah dan banyak contoh kasusnya. "Sekarang kejahatan di Indonesia itu bermula dari dalam rumah. Contohnya bukan hanya pembunuhan, paedofilia juga dilakukan di dalam rumah, kekerasan dalam rumah tangga juga dilakukan di dalam rumah," kata Yesmil, Jumat (27/6/2014).
Pelaku kejahatan pun bukan hanya orang lain. Kini, pelaku kejahatan, termasuk pembunuhan, malah bisa saja pihak keluarga atau orang dekat. Secara umum, ia menilai terjadi dehumanisasi sehingga kasus pembunuhan dalam keluarga marak terjadi. "Sekarang ini memang terjadi yang disebut dengan dehumanisasi. Jadi ada penurunan nilai-nilai kemanusiaan dalam keluarga," ungkapnya.
Orang dalam satu keluarga, menurutnya, tidak lagi berkomunikasi dengan baik dan efektif. Tak hanya keluarga, kadang komunikasi dengan pembantu atau orang dekat lainnya juga kurang berjalan baik. Akibatnya, kasus pembunuhan terus terjadi di berbagai wilayah. Permasalahan yang ada tidak dituntaskan dengan baik sebelum membesar dan berakibat pembunuhan.
"Bahkan, menurut hemat saya, pembantu rumah tangga seringkali terlibat dalam hal itu (kasus pembunuhan), entah dia sebagai pelaku atau korban," jelas Yesmil.
Soal motif pembunuhan, ia menilai ada beberapa garis besar yang melatarbelakanginya. Ketiga motif itu adalah uang, balas dendam, serta bisnis dan kekuasaan.
Karena saat ini terjadi dehumanisasi, Yesmil mengimbau pada setiap keluarga, terutama yang kedua orangtuanya bekerja, untuk menjaga komunikasi dengan baik. Sehingga masalah sekecil apa pun bisa dikomunikasikan dan diselesaikan secepatnya. "Keluarga sekarang banyak yang ibu-bapaknya bekerja, anak-anaknya ditingal di rumah. Menurut hemat saya, yang penting adalah adanya komunikasi di keluarga itu sendiri," imbaunya.
Peran terpenting selanjutnya adalah pihak RT dan RW setempat untuk memantau aktivitas warganya dari hal-hal mencurigakan. Berikutnya adalah peran pemerintah membuat program untuk menekan dehumanisasi. "Pemerintah juga harus mencanangkan program untuk tidak berorientasi pada materi saja, tapi harus juga berorientasi pada kesalehan sosial," tandas Yesmil.
Kasus terakhir yang masih hangat terjadi adalah tewasnya kakak-beradik anak anggota TNI di rumahnya di Jalan Gudang Utara, Kota Bandung. Tak hanya itu, sang pembantu juga ditemukan tewas. Ada fenomena apa di balik pembunuhan dengan korban masih satu keluarga?
Kriminolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Yesmil Anwar mengatakan, kejahatan yang terjadi saat ini tidak hanya di luar rumah. Peristiwa itu bisa saja terjadi di rumah dan banyak contoh kasusnya. "Sekarang kejahatan di Indonesia itu bermula dari dalam rumah. Contohnya bukan hanya pembunuhan, paedofilia juga dilakukan di dalam rumah, kekerasan dalam rumah tangga juga dilakukan di dalam rumah," kata Yesmil, Jumat (27/6/2014).
Pelaku kejahatan pun bukan hanya orang lain. Kini, pelaku kejahatan, termasuk pembunuhan, malah bisa saja pihak keluarga atau orang dekat. Secara umum, ia menilai terjadi dehumanisasi sehingga kasus pembunuhan dalam keluarga marak terjadi. "Sekarang ini memang terjadi yang disebut dengan dehumanisasi. Jadi ada penurunan nilai-nilai kemanusiaan dalam keluarga," ungkapnya.
Orang dalam satu keluarga, menurutnya, tidak lagi berkomunikasi dengan baik dan efektif. Tak hanya keluarga, kadang komunikasi dengan pembantu atau orang dekat lainnya juga kurang berjalan baik. Akibatnya, kasus pembunuhan terus terjadi di berbagai wilayah. Permasalahan yang ada tidak dituntaskan dengan baik sebelum membesar dan berakibat pembunuhan.
"Bahkan, menurut hemat saya, pembantu rumah tangga seringkali terlibat dalam hal itu (kasus pembunuhan), entah dia sebagai pelaku atau korban," jelas Yesmil.
Soal motif pembunuhan, ia menilai ada beberapa garis besar yang melatarbelakanginya. Ketiga motif itu adalah uang, balas dendam, serta bisnis dan kekuasaan.
Karena saat ini terjadi dehumanisasi, Yesmil mengimbau pada setiap keluarga, terutama yang kedua orangtuanya bekerja, untuk menjaga komunikasi dengan baik. Sehingga masalah sekecil apa pun bisa dikomunikasikan dan diselesaikan secepatnya. "Keluarga sekarang banyak yang ibu-bapaknya bekerja, anak-anaknya ditingal di rumah. Menurut hemat saya, yang penting adalah adanya komunikasi di keluarga itu sendiri," imbaunya.
Peran terpenting selanjutnya adalah pihak RT dan RW setempat untuk memantau aktivitas warganya dari hal-hal mencurigakan. Berikutnya adalah peran pemerintah membuat program untuk menekan dehumanisasi. "Pemerintah juga harus mencanangkan program untuk tidak berorientasi pada materi saja, tapi harus juga berorientasi pada kesalehan sosial," tandas Yesmil.
(zik)