Tentara Obrak-Abrik Tenda Petani Rembang
A
A
A
JAKARTA - Bentrok warga yang terdiri dari ibu-ibu dan petani Rembang dengan tentara dan polisi tidak menyurutkan aksi menolak pendirian tambang Karst dan pabrik semen PT Semen Indonesia.
Para ibu-ibu dan petani bertahan di lokasi tambang dengan mendirikan tenda dan menginap. Namun pada malam harinya, tenda mereka diobrak-abrik tentara dan polisi yang menjaga lokasi tambang dan terlibat bentrok dengan mereka kemarin siang.
Tidak hanya itu, para tentara dan polisi itu juga merampas sumber penerangan warga di tenda, serta makanan yang dibawa para ibu-ibu dan petani untuk bertahan hidup selama menginap.
"Tenda warga Rembang diobrak-abrik oleh aparat kepolisian dan Koramil Bulumantingan. Dengan alasan instruksi kapolres, warga yang didominasi oleh ibu-ibu ini, dilarang menggunakan penerangan. Suplai makanan pun terhenti," kata Dewan Nasional KPA Jawa Tengah Lukito, saat dihubungi Sindonews, Selasa (17/6/2014).
Menghadapi tindakan keras aparat itu, para ibu-ibu hanya bisa berdoa. Mereka memohon kepada Tuhan agar diselamatkan dari bahaya yang mengancam, dan berharap perjuangan mereka mengusir pendirian tambang berhasil.
Hingga kini, warga Rembang dan petani masih bertahan di lokasi tambang, menolak pendirian tambang Karst dan pabrik semen PT Semen Indonesia. Aksi warga Rembang ini membuat simpati para petani di daerah lain.
"Saat ini, petani dan ibu-ibu yang menolak lokasi tambang mendapat bantuan dari warga Blora, Pati, dan Kudus. Mereka sudah merapat ke arah lokasi tambang, memberikan dukungan kepada teman-teman mereka di Rembang," tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, warga pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terlibat bentrok dengan tentara. Empat petani diciduk dalam bentrok itu. Satu petani dilempar ke dalam jurang.
Para ibu-ibu dan petani bertahan di lokasi tambang dengan mendirikan tenda dan menginap. Namun pada malam harinya, tenda mereka diobrak-abrik tentara dan polisi yang menjaga lokasi tambang dan terlibat bentrok dengan mereka kemarin siang.
Tidak hanya itu, para tentara dan polisi itu juga merampas sumber penerangan warga di tenda, serta makanan yang dibawa para ibu-ibu dan petani untuk bertahan hidup selama menginap.
"Tenda warga Rembang diobrak-abrik oleh aparat kepolisian dan Koramil Bulumantingan. Dengan alasan instruksi kapolres, warga yang didominasi oleh ibu-ibu ini, dilarang menggunakan penerangan. Suplai makanan pun terhenti," kata Dewan Nasional KPA Jawa Tengah Lukito, saat dihubungi Sindonews, Selasa (17/6/2014).
Menghadapi tindakan keras aparat itu, para ibu-ibu hanya bisa berdoa. Mereka memohon kepada Tuhan agar diselamatkan dari bahaya yang mengancam, dan berharap perjuangan mereka mengusir pendirian tambang berhasil.
Hingga kini, warga Rembang dan petani masih bertahan di lokasi tambang, menolak pendirian tambang Karst dan pabrik semen PT Semen Indonesia. Aksi warga Rembang ini membuat simpati para petani di daerah lain.
"Saat ini, petani dan ibu-ibu yang menolak lokasi tambang mendapat bantuan dari warga Blora, Pati, dan Kudus. Mereka sudah merapat ke arah lokasi tambang, memberikan dukungan kepada teman-teman mereka di Rembang," tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, warga pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, terlibat bentrok dengan tentara. Empat petani diciduk dalam bentrok itu. Satu petani dilempar ke dalam jurang.
(san)