Pelaku Bentrok di Tol Simo Bukan Bonek
A
A
A
SURABAYA - Massa yang terlibat bentrok dengan aparat kepolisian di Tol Simo, Kawasan Banyu Urip, Surabaya, bukan Bonek Mania. Bantahan itu disampaikan dedengkot Bonek Siti Nasyiah dari elemen BonekQ.
Perempuan yang akran disapa Ita ini mengaku, turun langsung ke lokasi bentrokan dan sempat menanyai sejumlah pelaku yang ditangkap oleh pihak kepolisian.
"Saya tanyai mereka dan menyatakan mereka bukan Bonek. Mereka adalah warga yang kemudian diciduk polisi saat kerusuhan. Bahkan ada yang sumpah-sumpah jika mereka itu bukan Bonek," kata Ita, saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (6/6/2014).
Ita kembali menegaskan, para pelaku kerusuhan itu bukan Bonek. Sebab, mereka tidak bisa menyebutkan elemen Bonek mana. Menurutnya, organisasi Bonek yang bernama Arek Bonek 1927 memiliki banyak elemen dan cukup terorganisir.
Menurutnya, aksi tersebut merupakan bentuk arogansi aparat kepada masyarakat. Sehingga, beberapa anak muda yang terlihat berada di jalan-jalan itu langsung diciduk polisi, karena dianggap membuat rusuh.
Kendati bukan Bonek, aksi itu adalah bentuk antisipasi arek-arek Suroboyo, mengacu pada kejadian serupa pada tahun sebelumnya. Sebenarnya, mereka sedang mengamankan kampung halamannya.
Tahun lalu, ketika ada pertandingan lawatan Arema melawan Persegres Gresik, suporter Arema dengan arogan membuat rusuh di kawasan tersebut. Bahkan, ada beberapa warga yang dilukai. Beberapa di antara suporter itu membawa sajam.
"Mereka hanya mengamankan agar kejadian berdarah tahun lalu tidak terulang. Saya pikir ini wajar-wajar saja. Hanya tindakkan aparat yang arogan," kata salah satu pengurus Ormas Perindo ini.
Tahun lalu, sambung Ita, beberapa suporter arema masuk-masuk kampung dan membuat rusuh. Karena, merasa daerahnya diacak-acak, maka Bonek sebagai arek-arek Suroboyo muncul jiwa patriotnya. Mereka melakukan perlawanan. Saat itu, Bonek tidak tahu jika suporter Arema membawa sajam.
"Bonek waktu itu hanya tangan kosong. Kita membela. Kali ini memang warga yang mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang," tandasnya.
Seperti diketahui, bentrokkan di Tol Simo kembali pecah. Dari bentrokkan tersebut, ada 56 pelaku yang berhasil ditangkap. Polisi juga menyita beberapa unit sepeda motor dan sebilah parang. Massa juga melakukan sweeping kendaraan Plat N akhirnya bisa dibubarkan aparat.
Aksi pembubaran ini berlangsung ricuh. Massa yang tidak terima menyerang polisi, dan dibalas dengan tembakan gas air mata. Aksi itu kemudian dibalas massa serangan bom molotov.
Perempuan yang akran disapa Ita ini mengaku, turun langsung ke lokasi bentrokan dan sempat menanyai sejumlah pelaku yang ditangkap oleh pihak kepolisian.
"Saya tanyai mereka dan menyatakan mereka bukan Bonek. Mereka adalah warga yang kemudian diciduk polisi saat kerusuhan. Bahkan ada yang sumpah-sumpah jika mereka itu bukan Bonek," kata Ita, saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (6/6/2014).
Ita kembali menegaskan, para pelaku kerusuhan itu bukan Bonek. Sebab, mereka tidak bisa menyebutkan elemen Bonek mana. Menurutnya, organisasi Bonek yang bernama Arek Bonek 1927 memiliki banyak elemen dan cukup terorganisir.
Menurutnya, aksi tersebut merupakan bentuk arogansi aparat kepada masyarakat. Sehingga, beberapa anak muda yang terlihat berada di jalan-jalan itu langsung diciduk polisi, karena dianggap membuat rusuh.
Kendati bukan Bonek, aksi itu adalah bentuk antisipasi arek-arek Suroboyo, mengacu pada kejadian serupa pada tahun sebelumnya. Sebenarnya, mereka sedang mengamankan kampung halamannya.
Tahun lalu, ketika ada pertandingan lawatan Arema melawan Persegres Gresik, suporter Arema dengan arogan membuat rusuh di kawasan tersebut. Bahkan, ada beberapa warga yang dilukai. Beberapa di antara suporter itu membawa sajam.
"Mereka hanya mengamankan agar kejadian berdarah tahun lalu tidak terulang. Saya pikir ini wajar-wajar saja. Hanya tindakkan aparat yang arogan," kata salah satu pengurus Ormas Perindo ini.
Tahun lalu, sambung Ita, beberapa suporter arema masuk-masuk kampung dan membuat rusuh. Karena, merasa daerahnya diacak-acak, maka Bonek sebagai arek-arek Suroboyo muncul jiwa patriotnya. Mereka melakukan perlawanan. Saat itu, Bonek tidak tahu jika suporter Arema membawa sajam.
"Bonek waktu itu hanya tangan kosong. Kita membela. Kali ini memang warga yang mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang," tandasnya.
Seperti diketahui, bentrokkan di Tol Simo kembali pecah. Dari bentrokkan tersebut, ada 56 pelaku yang berhasil ditangkap. Polisi juga menyita beberapa unit sepeda motor dan sebilah parang. Massa juga melakukan sweeping kendaraan Plat N akhirnya bisa dibubarkan aparat.
Aksi pembubaran ini berlangsung ricuh. Massa yang tidak terima menyerang polisi, dan dibalas dengan tembakan gas air mata. Aksi itu kemudian dibalas massa serangan bom molotov.
(san)