Risma Melunak Sikapi Pasar Turi

Minggu, 25 Mei 2014 - 14:14 WIB
Risma Melunak Sikapi...
Risma Melunak Sikapi Pasar Turi
A A A
SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tidak mempersoalkan pedagang yang belum bersedia menempati bangunan Pasar Turi pada bulan puasa mendatang. Permintaan Risma agar pedagang bisa berjualan pada bulan puasa dikarenakan pada saat itu transaksi perdagangan akan tinggi, sehingga dapat menguntungkan pedagang.

Risma, panggilan Tri Rismaharini, justru mengaku senang jika pedagang bersedia menunggu hingga konstruksi pasar rampung 100 persen. Jika bangunan pasar yang menelan investasi sebesar Rp1 triliun lebih itu selesai dibangun, pedagang akan lebih aman dan nyaman. Sebab, semua infrastruktur penunjang sudah siap, seperti listrik, air dan juga lahan parkir yang memadai.

"Ya ndak apa-apa mereka (pedagang) tidak mau menempati. Saya kan hanya pentingkan mereka. Ndak masalah ndak mau, saya tambah seneng. Saya kan pengen mereka dapat akses untuk berjualan," ujarnya, Minggu (25/5/2014)

Mantan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya ini menjelaskan, sejauh ini pihaknya belum menerima hasil audit pembangunan Pasar Turi yang dilakukan oleh tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Audit ini penting sebagai landasan bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk mengetahui secara rinci proyek tersebut.

Risma enggan menyebut proyek bekas pusat grosir terbesar se-Indonesia timur ini mengalami keterlambatan. Pasalnya, proses serah terima dari pemkot ke investor itu mundur satu tahun. "Sebetulnya kalau ngomong mundur itu, molornya dulu hampir satu tahun. Dan itu kami yang molor," jelasnya.

Risma menambahkan, molornya serah terima dari pemkot ke investor ini dikarenakan dirinya harus mempelajari sejumlah aturan, khususnya mengenai investasi swasta atas aset milik pemerintah. Awalnya, ada anggapan bahwa ketika swasta sudah berinvestasi, mereka sudah tidak dikenakan biaya sewa. Tapi setelah dipelajari secara lebih mendalam, ternyata, penggunaan aset milik pemerintah, tetap dikenakan sewa meskipun yang bersangkutan sudah berinvestasi.

Serah terima dari pemkot ke investor dilakukan pada Oktober 2012. Sedangkan investor mulai membangun pada Februari 2013. "Jika investor itu ingin menyelesaikan Oktober 2014, itu justru lebih maju dari target Februari 2015. Selesai Oktober itu tidak terlambat, malah kemajuan," paparnya.

Sebelumnya, pedagang menolak menempati Pasar Turi bulan puasa mendatang. Pasalnya, pedagang tidak berani mengambil risiko berjualan di pasar yang pembangunannya jauh dari kata selesai. Di antara sekira 6.000 stan, belum ada satu pun yang bisa ditempati. Sehingga, tidak ada tempat bagi pedagang untuk berjualan.

Tak hanya itu, keselamatan pembeli juga dikhawatirkan karena bangunannya belum selesai. Kalapun pedagang tetap berjualan di dalam pasar yang menelan investasi Rp1 triliun lebih itu, kemungkinan besar tidak ada pembeli yang berbelanja. Sebab, lantainya belum siap. Kemudian fasilitas pendukungnya seperti aliran listrik dan air serta pendingin ruangan atau air conditioner (AC) juga belum terpasang.

"Kami dengan tegas menolak menempati stan yang belum selesai. Kami akan masuk ke Pasar Turi jika bangunan sudah selesai 100%," kata Ketua Kelompok Pedagang (Kompag) Pasar Turi H Syukur.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1891 seconds (0.1#10.140)