Warga Boyolali Ingin Stasiun Telawa dioperasikan
A
A
A
BOYOLALI - Masyarakat Boyolali Utara menginginkan Stasiun Telawa Juwangi dioperasikan kembali. Sebab, transportasi kereta api sangat diperlukan karena cepat dan murah.
Salah seorang warga Juwangi, Riyanto, mengatakan pasca penutupan stasiun oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) pada awal tahun 2013 lalu, praktis warga yang tinggal di Boyolali tidak bisa memanfaatkan moda transportasi kereta api.
Padahal animo penumpang yang menggunakan stasiun itu sangatlah tinggi, terutama untuk penumpang ke Jakarta atau sebaliknya. Sejak ditutup, warga Boyolali Utara harus pergi ke Solo atau Semarang jika ingin ke Jakarta menggunakan kereta api.
“Ya alternatifnya kalau kita ke semarang, mungkin kalau warga Karanggede atau Wonosegoro mereka naik kereta dari Kota Solo,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Selasa (20/5) siang.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ernanto, warga Dologan Kecamatan Karanggede. Menurutnya, mendekati lebaran ini, jumlah penumpang yang naik ataupun turun di Stasiun itu sangatlah banyak, karena sebagian besar warga Boyolali Utara merantau di Ibu Kota Jakarta.
Sehingga dengan pengoperasian stasiun itu, para pemudik tidak perlu turun di Semarang atau Solo. Selain itu fasilitas yang ada di stasiun itu dinilai masih memadai untuk digunakan kembali sebagai stasiun pemberhentian atau untuk menaikkan penumpang.
“Jika kereta dari Jakarta tidak berhenti, minimal kereta penghubung seperti Kereta Kalijaga Solo-Semarang bisa berhenti di stasiun itu, agar nantinya bisa sebagai penghubung untuk kereta jarak jauh,” ucapnya.
Sementara itu Manager Humas PT KAI Daerah Operasi IV Semarang, Eko Budianto, mengatakan untuk mengoperasikan stasiun itu banyak faktor yang harus diperhatikan.
Di antaranya adalah jumlah penumpang yang ada di stasiun itu. Ia mengatakan minimal ada 10 penumpang yang naik atau turun di stasiun itu setiap harinya, sehingga tidak akan merugikan PT KAI sendiri. Tidak hanya itu stasiun harus steril dari pengasong, agar kenyamanan para penumpang tetap terjaga.
“Usulan yang bagus, nantinya akan kita kaji terlebih dahulu selain itu masyarakat harus melakukan usulan tertulis ke Kementerian Perhubungan,” ucapnya.
Salah seorang warga Juwangi, Riyanto, mengatakan pasca penutupan stasiun oleh PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) pada awal tahun 2013 lalu, praktis warga yang tinggal di Boyolali tidak bisa memanfaatkan moda transportasi kereta api.
Padahal animo penumpang yang menggunakan stasiun itu sangatlah tinggi, terutama untuk penumpang ke Jakarta atau sebaliknya. Sejak ditutup, warga Boyolali Utara harus pergi ke Solo atau Semarang jika ingin ke Jakarta menggunakan kereta api.
“Ya alternatifnya kalau kita ke semarang, mungkin kalau warga Karanggede atau Wonosegoro mereka naik kereta dari Kota Solo,” ucapnya kepada KORAN SINDO, Selasa (20/5) siang.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ernanto, warga Dologan Kecamatan Karanggede. Menurutnya, mendekati lebaran ini, jumlah penumpang yang naik ataupun turun di Stasiun itu sangatlah banyak, karena sebagian besar warga Boyolali Utara merantau di Ibu Kota Jakarta.
Sehingga dengan pengoperasian stasiun itu, para pemudik tidak perlu turun di Semarang atau Solo. Selain itu fasilitas yang ada di stasiun itu dinilai masih memadai untuk digunakan kembali sebagai stasiun pemberhentian atau untuk menaikkan penumpang.
“Jika kereta dari Jakarta tidak berhenti, minimal kereta penghubung seperti Kereta Kalijaga Solo-Semarang bisa berhenti di stasiun itu, agar nantinya bisa sebagai penghubung untuk kereta jarak jauh,” ucapnya.
Sementara itu Manager Humas PT KAI Daerah Operasi IV Semarang, Eko Budianto, mengatakan untuk mengoperasikan stasiun itu banyak faktor yang harus diperhatikan.
Di antaranya adalah jumlah penumpang yang ada di stasiun itu. Ia mengatakan minimal ada 10 penumpang yang naik atau turun di stasiun itu setiap harinya, sehingga tidak akan merugikan PT KAI sendiri. Tidak hanya itu stasiun harus steril dari pengasong, agar kenyamanan para penumpang tetap terjaga.
“Usulan yang bagus, nantinya akan kita kaji terlebih dahulu selain itu masyarakat harus melakukan usulan tertulis ke Kementerian Perhubungan,” ucapnya.
(lns)