Pemadaman listrik di Semarang Timur 4 kali sehari
A
A
A
Sindonews.com - Warga Semarang Timur mengeluhkan sering padamnya aliran listrik yang sehari bisa tiga sampai empat kali mati. Seringnya pemadaman listrik ini, mengakibatkan aktivitas warga terganggu.
"Selain sering mati, daya listrik juga kurang. Hal itu ditandai dengan lampu yang menyala kurang terang. Sehari bisa sampai empat kali mati. Kalau mati bisa satu sampai dua jam,” kata Sulma (31), warga Tlogosari, Rabu (14/5/2014).
Gangguan listrik ini juga mengakibatkan alat-alat elektronik warga cepat mengalami kerusakan. Sulma berharap, gangguan listrik yang terjadi selama ini dapat segera di atasi, dan aktivitas warga kembali lancar.
Menanggapi gangguan listrik ini, Deputi Manager Komunikasi, Humas dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY Supriyono mengatakan, gangguan tersebut sudah terjadi sejak April 2014.
“Di pembangkit Tambaklorok kita memiliki dua travo, salah satunya mengalami kerusakan dan saat ini masih dalam tahap perbaikan, sehingga pasokan listrik untuk wilayah Semarang Timur kurang maksimal,” katanya.
Selama perbaikan travo, untuk sementara listrik di wilayah Semarang Timur dialiri secara jumper dari travo Randu Garut dan Sayung. Proses jumper tidak mampu memback up semua kebutuhan, lantaran kapasitasnya terbatas.
“Selama ini wilayah Semarang Timur dialiri listrik dari Tambaklorok. Dari dua travo yang tersedia di Tambaklorok, travo unit satu kapasitas alirannya hanya 150 MVA dan travo dua yang rusak ini punya kapasitas 300 MVA,” imbuhnya.
Dia mengaku, perbaikan akan selesai dilakukan maksimal pada 23 Mei 2014. “Perbaikan travo dua di Tambaklorok dilakukan secara lembur 24 jam. Namun begitu, cuaca buruk yang terjadi belakangan ini cukup mengganggu proses perbaikan,” bebernya.
Menurut Supriyono, selama ini proses distribusi listrik PLN dimulai dari pembangkitan yang masuk ke EBT di Ungaran. Selanjutnya, EBT Ungaran mendistribusikan 150 KVA ke gardu-gardu induk.
"Khusus di Semarang ada 6 titik gardu induk, yakni di Kalisari, Simpanglima, Tambaklorok, Pandean Lamper, Sayung, dan Randu Garu," pungkasnya.
"Selain sering mati, daya listrik juga kurang. Hal itu ditandai dengan lampu yang menyala kurang terang. Sehari bisa sampai empat kali mati. Kalau mati bisa satu sampai dua jam,” kata Sulma (31), warga Tlogosari, Rabu (14/5/2014).
Gangguan listrik ini juga mengakibatkan alat-alat elektronik warga cepat mengalami kerusakan. Sulma berharap, gangguan listrik yang terjadi selama ini dapat segera di atasi, dan aktivitas warga kembali lancar.
Menanggapi gangguan listrik ini, Deputi Manager Komunikasi, Humas dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi Jateng-DIY Supriyono mengatakan, gangguan tersebut sudah terjadi sejak April 2014.
“Di pembangkit Tambaklorok kita memiliki dua travo, salah satunya mengalami kerusakan dan saat ini masih dalam tahap perbaikan, sehingga pasokan listrik untuk wilayah Semarang Timur kurang maksimal,” katanya.
Selama perbaikan travo, untuk sementara listrik di wilayah Semarang Timur dialiri secara jumper dari travo Randu Garut dan Sayung. Proses jumper tidak mampu memback up semua kebutuhan, lantaran kapasitasnya terbatas.
“Selama ini wilayah Semarang Timur dialiri listrik dari Tambaklorok. Dari dua travo yang tersedia di Tambaklorok, travo unit satu kapasitas alirannya hanya 150 MVA dan travo dua yang rusak ini punya kapasitas 300 MVA,” imbuhnya.
Dia mengaku, perbaikan akan selesai dilakukan maksimal pada 23 Mei 2014. “Perbaikan travo dua di Tambaklorok dilakukan secara lembur 24 jam. Namun begitu, cuaca buruk yang terjadi belakangan ini cukup mengganggu proses perbaikan,” bebernya.
Menurut Supriyono, selama ini proses distribusi listrik PLN dimulai dari pembangkitan yang masuk ke EBT di Ungaran. Selanjutnya, EBT Ungaran mendistribusikan 150 KVA ke gardu-gardu induk.
"Khusus di Semarang ada 6 titik gardu induk, yakni di Kalisari, Simpanglima, Tambaklorok, Pandean Lamper, Sayung, dan Randu Garu," pungkasnya.
(san)