Warga buat rakit karena jembatan putus diterjang banjir
A
A
A
Sindonews.com - Warga dua desa di Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat, beramai-ramai membuat rakit sebagai alat untuk menyebrang.
Warga dari Desa Tanjungmulya dan Desa Tanjungjaya ini bergotong royong membuat rakit untuk menyebrangi Sungai Cikandang yang membelah Kecamatan Pakenjeng.
Kepala Desa Tanjungmulya Yusep Kirman mengatakan, aktivitas tersebut terpaksa dilakukan karena warga bosan menunggu bantuan dari pemerintah.
Menurut Yusep, sarana penyeberangan sangat diperlukan warga di dua desa itu karena satu-satunya jembatan penyeberangan, yaitu Jembatan Bokor, putus dan tidak bisa dilalui pasca banjir bandang pada 14 April 2014 lalu.
"Sudah hampir satu bulan jembatan terputus. Warga sangat menantikan adanya bantuan perbaikan jembatan pemerintah. Bukan apa-apa, peran sarana penyeberangan sangat vital, misalnya untuk mengakses lokasi pertanian, sekolah, dan lainnya," kata Yusep di Pakenjeng, Selasa (13/5/2014).
Menurut Yusep, setiap harinya Sungai Cikandang selalu diseberangi oleh sedikitnya 500 warga. Sebelumnya, warga berinisiatif menggunakan ban dalam kendaraan sebagai sarana penyeberangan.
"Namun cara itu tidak berlangsung lama karena banyak ban yang hanyut. Makanya, warga menggunakan cara lain, yaitu membuat rakit," ucapnya.
Rakit sendiri dibuat warga berdasarkan rasa sukarela. Beberapa diantara mereka, merelakan pohon bambu di kebun untuk disumbangkan sebagai bahan dasar rakit.
Sebelumnya, Jembatan Bokor di Kampung Bokor, Desa Tanjungmulya, terputus akibat terjangan banjir bandang pada pertengahan April lalu.
Tidak hanya Jembatan Bokor, dua jembatan lainnya, yaitu Jembatan Rawayan Bolang dan Cikoneng juga rusak.
Warga dari Desa Tanjungmulya dan Desa Tanjungjaya ini bergotong royong membuat rakit untuk menyebrangi Sungai Cikandang yang membelah Kecamatan Pakenjeng.
Kepala Desa Tanjungmulya Yusep Kirman mengatakan, aktivitas tersebut terpaksa dilakukan karena warga bosan menunggu bantuan dari pemerintah.
Menurut Yusep, sarana penyeberangan sangat diperlukan warga di dua desa itu karena satu-satunya jembatan penyeberangan, yaitu Jembatan Bokor, putus dan tidak bisa dilalui pasca banjir bandang pada 14 April 2014 lalu.
"Sudah hampir satu bulan jembatan terputus. Warga sangat menantikan adanya bantuan perbaikan jembatan pemerintah. Bukan apa-apa, peran sarana penyeberangan sangat vital, misalnya untuk mengakses lokasi pertanian, sekolah, dan lainnya," kata Yusep di Pakenjeng, Selasa (13/5/2014).
Menurut Yusep, setiap harinya Sungai Cikandang selalu diseberangi oleh sedikitnya 500 warga. Sebelumnya, warga berinisiatif menggunakan ban dalam kendaraan sebagai sarana penyeberangan.
"Namun cara itu tidak berlangsung lama karena banyak ban yang hanyut. Makanya, warga menggunakan cara lain, yaitu membuat rakit," ucapnya.
Rakit sendiri dibuat warga berdasarkan rasa sukarela. Beberapa diantara mereka, merelakan pohon bambu di kebun untuk disumbangkan sebagai bahan dasar rakit.
Sebelumnya, Jembatan Bokor di Kampung Bokor, Desa Tanjungmulya, terputus akibat terjangan banjir bandang pada pertengahan April lalu.
Tidak hanya Jembatan Bokor, dua jembatan lainnya, yaitu Jembatan Rawayan Bolang dan Cikoneng juga rusak.
(sms)