Diduga dianiaya teman-teman sekolah Jihan meninggal
A
A
A
Sindonews.com - Diduga mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh teman-temanya di sekolah beberapa hari lalu Jihan Salsabilah (10) meninggal dunia setelah sempat dirawat di RSUD HM Rabain Muaraenim.
Diduga korban yang merupakan anak kedua pasangan Sudirman dan Erma Suryani yang tinggal di RT 3 RW 5 Kelurahan Muaraenim Kecamatan Kota Muaraenim, dipukul dan ditendang oleh teman sekolahnya Rabu (30/4) lalu.
Menurut informasi yang dihimpun, siswi kelas IIIA SD Negeri 14 Muaraenim ini diduga menjadi kroban penganiayaan teman-teman di kelasnya saat jam istirahat. Tiga teman yang diduga sebagai pelaku adalah Al, AN serta OS yang kesemuanya adalah murid laki-laki.
Erma Suryani menuturkan, kejadian yang menimpa anaknya diketahui Jumat 2/5 pagi. Anaknya mengeluhkan sakit pada bagian kaki dan paha. Setelah diperiksa, ternyata ada lebam di bagian kaki, paha dan pinggang.
Kemudian keesokan harinya, Sabtu (3/5) orang tua korban membawa anaknya ke sekolah untuk melaporkan kejadian tersebut. Oleh pihak sekolah, orangtua korban disarankan untuk membawa korban ke tukang urut. Pihak sekolah juga berjanji akan memanggil orangtua anak-anak yang diduga melakukan penganiayaan itu.
Hanya saja, keesokan harinya Minggu (4/5) kondisi korban semakin melemah, dari siang hingga malam hari dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Namun Senin (5/5) Jihan meninggal dunia di RSUD HM Rabain.
Erma Suryani mengaku ikhlas menerima kematian anaknya. Apalagi menurutnya orangtua anak-anak diduga melakukan penganiayaan sudah meminta maaf dan siap bertanggung jawab serta berdamai. “Mungkin sudah takdir anak kami pak,”ujarnya singkat Senin (5/5/2014).
Senada, nenek korban Misliha (57) mengaku, keluarganya sudah mengikhlaskan kejadian yang menimpa cucunya. Pihak keluarga tak ingin masalah itu berlarut-larut. “Biarlah, tidak usah dibawa ke urusan hukum, apalagi mereka (orangtua pelaku) sudah sepakat untuk mengajak berdamai,” ujarnya.
Menurut Misliha, cucunya penurut dan pendiam. Bahkan saat mendapat perlakuan dari teman-temannya, juga tidak bercerita. Setelah merasa sakit dan dibujuk korban baru bercerita kepada orang tuanya kejadian yang menimpanya di sekolah.
Terpisah, Kepala SD Negeri 14 Muaraenim Ernawati saat dikonfirmasi awalnya tidak mengetahui kejadian yang menimpa korban. Pihaknya baru mengetahui saat korban datang ke sekolah dengan diantar oleh orangtuanya. Mendapat laporan dari orang tuakorban dan korban, pihaknya kemudian memanggil anak-anak yang dimaksud.
“Dari keterangan anak itu kepada kami, kejadian yang dialaminya hari Rabu pada saat istirahat,” ungkapnya.
Dirinya dan guru-guru yang lain juga tidak menduga jika akibat kejadian tersebut korban meninggal dunia. Dia juga sangat menyayangkan, kejadian tersebut terlambat diketahui. Karena pada hari kejadian, korban sama sekali tidak melapor kepada guru atau dirinya sebagai kepala sekolah. “Pengakuannya dia ditendang oleh teman-temanya,”ungkapnya.
Atas laporan orang tua korban pada saat itu menurutnya, pihaknya sudah memanggil anak-anak yang diduga melakukan hal tersebut dan orang tua masing-masing. Mereka mengaku saat itu hanya main-main seperti biasa.Hanya saja waktu itu tidak menduga jika korban akhirnya meninggal dunia.
“Kami sama sekali tidak menduga, apalagi menurut anak-anak tersebut mereka tidak bermaksud menyakiti anak tersebut dan beralasan bermain-main seperti biasa,”ujarnya.
Diduga korban yang merupakan anak kedua pasangan Sudirman dan Erma Suryani yang tinggal di RT 3 RW 5 Kelurahan Muaraenim Kecamatan Kota Muaraenim, dipukul dan ditendang oleh teman sekolahnya Rabu (30/4) lalu.
Menurut informasi yang dihimpun, siswi kelas IIIA SD Negeri 14 Muaraenim ini diduga menjadi kroban penganiayaan teman-teman di kelasnya saat jam istirahat. Tiga teman yang diduga sebagai pelaku adalah Al, AN serta OS yang kesemuanya adalah murid laki-laki.
Erma Suryani menuturkan, kejadian yang menimpa anaknya diketahui Jumat 2/5 pagi. Anaknya mengeluhkan sakit pada bagian kaki dan paha. Setelah diperiksa, ternyata ada lebam di bagian kaki, paha dan pinggang.
Kemudian keesokan harinya, Sabtu (3/5) orang tua korban membawa anaknya ke sekolah untuk melaporkan kejadian tersebut. Oleh pihak sekolah, orangtua korban disarankan untuk membawa korban ke tukang urut. Pihak sekolah juga berjanji akan memanggil orangtua anak-anak yang diduga melakukan penganiayaan itu.
Hanya saja, keesokan harinya Minggu (4/5) kondisi korban semakin melemah, dari siang hingga malam hari dan akhirnya dibawa ke rumah sakit. Namun Senin (5/5) Jihan meninggal dunia di RSUD HM Rabain.
Erma Suryani mengaku ikhlas menerima kematian anaknya. Apalagi menurutnya orangtua anak-anak diduga melakukan penganiayaan sudah meminta maaf dan siap bertanggung jawab serta berdamai. “Mungkin sudah takdir anak kami pak,”ujarnya singkat Senin (5/5/2014).
Senada, nenek korban Misliha (57) mengaku, keluarganya sudah mengikhlaskan kejadian yang menimpa cucunya. Pihak keluarga tak ingin masalah itu berlarut-larut. “Biarlah, tidak usah dibawa ke urusan hukum, apalagi mereka (orangtua pelaku) sudah sepakat untuk mengajak berdamai,” ujarnya.
Menurut Misliha, cucunya penurut dan pendiam. Bahkan saat mendapat perlakuan dari teman-temannya, juga tidak bercerita. Setelah merasa sakit dan dibujuk korban baru bercerita kepada orang tuanya kejadian yang menimpanya di sekolah.
Terpisah, Kepala SD Negeri 14 Muaraenim Ernawati saat dikonfirmasi awalnya tidak mengetahui kejadian yang menimpa korban. Pihaknya baru mengetahui saat korban datang ke sekolah dengan diantar oleh orangtuanya. Mendapat laporan dari orang tuakorban dan korban, pihaknya kemudian memanggil anak-anak yang dimaksud.
“Dari keterangan anak itu kepada kami, kejadian yang dialaminya hari Rabu pada saat istirahat,” ungkapnya.
Dirinya dan guru-guru yang lain juga tidak menduga jika akibat kejadian tersebut korban meninggal dunia. Dia juga sangat menyayangkan, kejadian tersebut terlambat diketahui. Karena pada hari kejadian, korban sama sekali tidak melapor kepada guru atau dirinya sebagai kepala sekolah. “Pengakuannya dia ditendang oleh teman-temanya,”ungkapnya.
Atas laporan orang tua korban pada saat itu menurutnya, pihaknya sudah memanggil anak-anak yang diduga melakukan hal tersebut dan orang tua masing-masing. Mereka mengaku saat itu hanya main-main seperti biasa.Hanya saja waktu itu tidak menduga jika korban akhirnya meninggal dunia.
“Kami sama sekali tidak menduga, apalagi menurut anak-anak tersebut mereka tidak bermaksud menyakiti anak tersebut dan beralasan bermain-main seperti biasa,”ujarnya.
(lns)