Dentuman dari perut Merapi terus terjadi

Kamis, 01 Mei 2014 - 17:13 WIB
Dentuman dari perut...
Dentuman dari perut Merapi terus terjadi
A A A
Sindonews.com - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus menunjukkan aktivitasnya. Dentuman demi dentuman masih sering terdengar dari perut gunung api teraktif di Indonesia itu.

Koordinator Radio Komunitas Merapi, Sukiman Mohtar Pratomo, mengatakan pasca ditetapkannya status waspada terhadap gunung tersebut, suara dentuman masih terus terdengar dari wilayah Kawasan Rawan Bencana Merapi (KRB), Desa Sidorejo Kemalang.

Meskipun suara dentuman dan gemuruh rentang waktunya tidak menentu dan tidak bisa diprediksi waktunya.

Menurutnya suara dentuman itu kadang terdengar begitu jelas dengan jarak yang dekat, akan tetapi kadang juga terdengar jarak waktu yang lama.

“Belum bisa ditentukan rentang waktunya, yang jelas suara itu masih terus terdengar,” ujarnya, Kamis (1/5/2014).

Meskipun suara dentuman terus terjadi, warga yang tinggal di sekitar wilayah KRB tetap melakukan aktivitas seperti biasa.

Hanya saja aktivitas warga itu terus diimbangi dengan kewaspadaan yang tinggi menghadapi Gunung Merapi.

Tidak hanya itu saat ini warga juga sudah menyiapkan kendaraan-kendaraan masing-masing untuk keperluan mengungsi jika nantinya gunung itu meletus dalam waktu dekat ini.

Kondisi itu menurutnya berbeda dengan tahun 2010 lalu, dimana warga banyak yang tidak mementingkan keselamatan mereka.

Warga tetap beraktivitas dan tidak beranjak dari lereng Merapi, meskipun gunung itu mengeluarkan erupsi yang sangat besar.

“Kalau sekarang warga sudah mulai bersiap-siap untuk mengungsi tanpa diberi komando,” timpalnya.

Sementara itu kondisi jalur evakuasi di wilayah Kecamatan Kemalang dalam kondisi yang memperihatinkan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, Sri Winoto, mengatakan kondisi jalur yang mengalami kerusakan cukup parah itu berada di Desa Bumiharjo hingga wilayah Deles.

Menurutnya rusaknya jalan yang cukup parah itu sangat mengganggu proses evakuasi jika nantinya Gunung itu terus menunjukkan aktivitasnya.

Menurutnya jalur itu justru akan membahayakan para pengungsi jika nantinya nekat digunakan oleh warga untuk proses evakuasi.

“Ada sekitar dua kilometer yang kondisinya rusak parah, sehingga perlu menggunakan jalur lain,” kata Sri Winoto.

Dia mengatakan, dalam waktu dekat ini bakal mengumpulkan para relawan dan juga tim SAR untuk memetakan jalur evakuasi alternatif.

Menurutnya ada beberapa jalur yang bisa dilewati, meskipun jaraknya agak jauh dibandingkan dengan jalur utama yang ada. Meskipun demikian, pihaknya bakal menggunakan jalur alternatif itu, untuk keamanan dan keselamatan para pengungsi.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1108 seconds (0.1#10.140)