Tangan bocah 5,5 tahun putus akibat malapraktik
A
A
A
Sindonews.com - Kasihan Puvelia Audriana Putri. Balita berusia 5,5 tahun, anak pasangan Joko dan Siti Halimah, warga RT17/09, Kampung dan Desa Palinggahan, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, ini mengalami cacat seumur hidup. Diduga akibat malapraktik klinik Eka Medika, di Jalan Raya Warung Kandang.
Siti Halimah, ibunda Puvelia mengatakan, pada awalnya gadis kecilnya itu diduga menderita tifus. Pihak keluarga yang khawatir dengan kesehatan si kecil, lalu membawanya ke klinik terdekat.
"Di klinik Eka Medika, tangan kiri Puvelia diinfus. Karena tidak mengalami perubahan, infus lalu dipindah ke tangan kanan. Lalu saya minta pulang saja, tapi saya penasaran kemudian kembali dibawa ke klinik, tapi setelahnya tangan anak saya malah seperti terbakar kehitam-hitaman," kata Siti, Kamis (24/4/2014).
Ditambahkan dia, tangan anaknya juga melepuh seperti bekas luka bakar. Saat ditanyakan kepada pihak klinik, pihak klinik tidak bisa menjelaskan mengapa tangan Puvelia bisa membusuk seperti itu.
"Kemudian pihak klinik meminta agar Puvelia segera dirujuk dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung. Hingga sekarang, dia masih mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit tersebut," terangnya.
Setibanya di RS Hasan Sadikin, pada 24 Februari 2014, setelah mendapat rujukan dari rumah sakit di Kabupaten Purwakarta, Puvelia langsung mendapatkan perawatan. Namun, kesehatan bukan malah membaik. Tetapi semakin buruk. Luka ditangannya makin memprihatinkan dan membuat sedih pihak keluarga.
Tangan bekas luka tersebut terlihat semakin mengecil, terlihat hitam, dan seperti bekas luka bakar. Dokter RS Hasan Sadikin langsung memvonis untuk memotong tangan bocah malang ini. Vonis dokter tersebut, kontan menimbulkan kesedihan bagi keluarga Puvelia. Puncaknya, terjadi pada Rabu 23 April 2014.
Rahmat (35), paman korban mengatakan, hari itu tangan kiri Puvilia terjatuh sediri saat digendong oleh ibunya, sebelum dokter melakukan tindakan operasi amputasi.
"Pada saat itu, si dede (Puvelia) lagi bermain di ruang rawat rumah sakit. Terus kata dede, kok tangan dede seperti ada kayunya? Padahal, yang dikira kayu itu adalah tulang pergelangan tangannya yang memang kelihatan. Lalu si dede digendong sama ibu nya, nah saat digendong itulah tiba-tiba tangan si dede terlepas dan jatuh ke lantai,” ungkapnya sedih.
Sebelumnya, pada Selasa 15 April 2014, orangtua Puvelia didampingi kuasa hukumnya, mendatangi Mapolres Purwakarta untuk melaporkan kasus tersebut. Di sana, mereka ditemui Unit II Satreskrim Polres Purwakarta.
"Kedatangan kami ke sini untuk melaporkan klinik Eka Medika. Klinik ini diduga telah melakukan kelalaian, karena menyebabkan kedua tangan Puvelia melepuh, bahkan cacat seumur hidup," jelas Kuasa Hukum Kleuarga Puvelia, Rahmat Setiabudi, ditemui usai melapor di Polres Purwakarta.
Siti Halimah, ibunda Puvelia mengatakan, pada awalnya gadis kecilnya itu diduga menderita tifus. Pihak keluarga yang khawatir dengan kesehatan si kecil, lalu membawanya ke klinik terdekat.
"Di klinik Eka Medika, tangan kiri Puvelia diinfus. Karena tidak mengalami perubahan, infus lalu dipindah ke tangan kanan. Lalu saya minta pulang saja, tapi saya penasaran kemudian kembali dibawa ke klinik, tapi setelahnya tangan anak saya malah seperti terbakar kehitam-hitaman," kata Siti, Kamis (24/4/2014).
Ditambahkan dia, tangan anaknya juga melepuh seperti bekas luka bakar. Saat ditanyakan kepada pihak klinik, pihak klinik tidak bisa menjelaskan mengapa tangan Puvelia bisa membusuk seperti itu.
"Kemudian pihak klinik meminta agar Puvelia segera dirujuk dan dibawa ke Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung. Hingga sekarang, dia masih mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit tersebut," terangnya.
Setibanya di RS Hasan Sadikin, pada 24 Februari 2014, setelah mendapat rujukan dari rumah sakit di Kabupaten Purwakarta, Puvelia langsung mendapatkan perawatan. Namun, kesehatan bukan malah membaik. Tetapi semakin buruk. Luka ditangannya makin memprihatinkan dan membuat sedih pihak keluarga.
Tangan bekas luka tersebut terlihat semakin mengecil, terlihat hitam, dan seperti bekas luka bakar. Dokter RS Hasan Sadikin langsung memvonis untuk memotong tangan bocah malang ini. Vonis dokter tersebut, kontan menimbulkan kesedihan bagi keluarga Puvelia. Puncaknya, terjadi pada Rabu 23 April 2014.
Rahmat (35), paman korban mengatakan, hari itu tangan kiri Puvilia terjatuh sediri saat digendong oleh ibunya, sebelum dokter melakukan tindakan operasi amputasi.
"Pada saat itu, si dede (Puvelia) lagi bermain di ruang rawat rumah sakit. Terus kata dede, kok tangan dede seperti ada kayunya? Padahal, yang dikira kayu itu adalah tulang pergelangan tangannya yang memang kelihatan. Lalu si dede digendong sama ibu nya, nah saat digendong itulah tiba-tiba tangan si dede terlepas dan jatuh ke lantai,” ungkapnya sedih.
Sebelumnya, pada Selasa 15 April 2014, orangtua Puvelia didampingi kuasa hukumnya, mendatangi Mapolres Purwakarta untuk melaporkan kasus tersebut. Di sana, mereka ditemui Unit II Satreskrim Polres Purwakarta.
"Kedatangan kami ke sini untuk melaporkan klinik Eka Medika. Klinik ini diduga telah melakukan kelalaian, karena menyebabkan kedua tangan Puvelia melepuh, bahkan cacat seumur hidup," jelas Kuasa Hukum Kleuarga Puvelia, Rahmat Setiabudi, ditemui usai melapor di Polres Purwakarta.
(san)