Jembatan belum diperbaiki, ratusan siswa dilarang sekolah
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Desa Tanjungmulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, melarang ratusan siswa SD dan SMP di wilayahnya untuk berangkat sekolah.
Kebijakan tersebut terpaksa diambil, karena hingga kini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut belum juga memperbaiki Jembatan Bokor, di Kampung Bokor, Desa Tanjungmulya, yang terputus saat banjir bandang, Senin 14 April 2014.
Kepala Desa Tanjungmulya Yusep Kirman mengatakan, dia terpaksa melarang siswa bersekolah, karena khawatir para siswa menjadi korban saat melintasi Sungai Cikandang. Menurutnya, selain memiliki arus deras, sungai ini memiliki lebar kurang lebih 80 meter.
"Anak-anak tidak saya perkenankan untuk sekolah. Sebab jika dipaksakan, itu akan sangat membahayakan," kata Yusep, saat dihubungi Selasa (22/4/2014).
Selama ini, tambah dia, anak-anak hanya bisa belajar bersama di rumah warga dengan bantuan tenaga sukarela. Dengan demikian, sejak jembatan vital untuk warga itu putus di awal pekan lalu, para siswa telah membolos sekolah selama satu minggu.
"Saya menilai pemerintah terkesan lamban. Apalagi pihak perkebunan PT Condong yang berada di dekat sini juga belum bertindak apa-apa. Kalau saja kami memiliki dana yang banyak, mungkin kami sendiri yang akan membangun ulang Jembatan Bokor," ungkapnya.
Adapun para siswa yang biasa menggunakan jembatan ini adalah siswa SDN Tanjungmulya 3 dan 4, SMPN 2 Pakenjeng, SMPN Satu Atap, dan MTs Al Kasfiiyah.
Menurutnya, Jembatan Bokor tidak hanya digunakan para siswa untuk menuju sekolah saja, melainkan juga bermanfaat bagi kehidupan warga di Desa Tanjungmulya dan beberapa desa tetangga. Putusnya jembatan, membuat perekonomian dan kegiatan pertanian sebagian masyarakat terhambat.
Seperti diberitakan sebelumnya, selain Jembatan Bokor, dua jembatan lain di Kecamatan Pakenjeng dilaporkan rusak akibat diterjang banjir bandang awal pekan lalu. Dua jembatan yang lain ini adalah Jembatan Rawayan Bolang dan Cikoneng.
Kebijakan tersebut terpaksa diambil, karena hingga kini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut belum juga memperbaiki Jembatan Bokor, di Kampung Bokor, Desa Tanjungmulya, yang terputus saat banjir bandang, Senin 14 April 2014.
Kepala Desa Tanjungmulya Yusep Kirman mengatakan, dia terpaksa melarang siswa bersekolah, karena khawatir para siswa menjadi korban saat melintasi Sungai Cikandang. Menurutnya, selain memiliki arus deras, sungai ini memiliki lebar kurang lebih 80 meter.
"Anak-anak tidak saya perkenankan untuk sekolah. Sebab jika dipaksakan, itu akan sangat membahayakan," kata Yusep, saat dihubungi Selasa (22/4/2014).
Selama ini, tambah dia, anak-anak hanya bisa belajar bersama di rumah warga dengan bantuan tenaga sukarela. Dengan demikian, sejak jembatan vital untuk warga itu putus di awal pekan lalu, para siswa telah membolos sekolah selama satu minggu.
"Saya menilai pemerintah terkesan lamban. Apalagi pihak perkebunan PT Condong yang berada di dekat sini juga belum bertindak apa-apa. Kalau saja kami memiliki dana yang banyak, mungkin kami sendiri yang akan membangun ulang Jembatan Bokor," ungkapnya.
Adapun para siswa yang biasa menggunakan jembatan ini adalah siswa SDN Tanjungmulya 3 dan 4, SMPN 2 Pakenjeng, SMPN Satu Atap, dan MTs Al Kasfiiyah.
Menurutnya, Jembatan Bokor tidak hanya digunakan para siswa untuk menuju sekolah saja, melainkan juga bermanfaat bagi kehidupan warga di Desa Tanjungmulya dan beberapa desa tetangga. Putusnya jembatan, membuat perekonomian dan kegiatan pertanian sebagian masyarakat terhambat.
Seperti diberitakan sebelumnya, selain Jembatan Bokor, dua jembatan lain di Kecamatan Pakenjeng dilaporkan rusak akibat diterjang banjir bandang awal pekan lalu. Dua jembatan yang lain ini adalah Jembatan Rawayan Bolang dan Cikoneng.
(san)