Anak ditampar guru, orangtua ngamuk di sekolah
A
A
A
Sindonews.com - Beberapa orangtua siswa datang dan ngamuk di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1, Sibuni-Bunin Sarudik, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng). Mereka kesal, lantaran anak-anaknya diperlakukan kasar oleh guru.
Situasi sempat tegang. Namun kembali tenang, setelah hadirnya Kepala Bidang (Kabid) SMP dan SMA Syamsir Hutabarat bersama Kabid Bina Program Bahal Simanjuntak, serta Kepala Sekolah (Kasek) sekolah itu Erliwaty Lubis.
Salah seorang dari orangtua siswa J Hutabarat mengatakan, kedatangan mereka untuk memenuhi surat panggilan sekaligus mempertanyakan tindakan kasar guru kepada anak mereka. Kekerasan juga dilakukan seorang unsur pimpinan sekolah.
"Ini lah kali pertama kami menerima surat panggilan dari sekolah. Sementara semua yang sudah dilakukan guru selama ini belum pernah disampaikan terhadap orangtua siswa. Itu artinya, pihak sekolah mengambil tindakan sendiri," kata Hutabarat, Selasa (8/4/2014).
Menurutnya, para orangtua tak akan marah kalau anak-anak mereka ditindak jika melakukan kesalahan. Namun jika sudah melewati batas, hal itu akan berbeda. Terutama panggilan kepada orangtua, setelah sekian lama memberikan tindakan kasar.
Hal senada disampaikan orangtua siswa lainnya S Tanjung. Dia meminta oknum guru yang melakukan tindakan kasar kepada anaknya dari unsur pimpinan SMPN 1 Sibuni-Buni, untuk dihadirkan dan dimintai pertanggungjawabannya.
"Saya mau, oknum itu dihadirkan. Apapun kesalahan anakku, harusnya laporkan sama kami orangtua, jangan main tampar saja," tukasnya.
Setelah mendengar keterangan para orangtua, Kabid Bina Program Disdik Tapteng Bahal Simanjuntak menyampaikan rasa prihatinnya. "Saya juga tidak setuju dengan prosedur pemanggilan yang dilakukan sekolah. Yang menekankan harus datang hari itu juga. Jauh hari harusnya sudah diberitahukan atau minimal dua hari sebelum hari H," tukasnya.
Bahal mengaku, akan membenahi serta memberikan pembinaan terhadap para tenaga didik di sekolah tersebut.
"Kedepan, dinas akan membenahi sekolah dan memberikan pembinaan-pembinaan terhadap tenaga pendidik. Kemudian di sini juga perlu saya tekankan, persoalan ini jangan sampai ada kaitannya dengan kegiatan UN nanti," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Jaskia, Risk (sama-sama kelas IX), Jobel dan Julfiki (siswa kelas VIII) mengaku sering mendapat perlakuan kasar dari oknum guru di sekolah tersebut.
Situasi sempat tegang. Namun kembali tenang, setelah hadirnya Kepala Bidang (Kabid) SMP dan SMA Syamsir Hutabarat bersama Kabid Bina Program Bahal Simanjuntak, serta Kepala Sekolah (Kasek) sekolah itu Erliwaty Lubis.
Salah seorang dari orangtua siswa J Hutabarat mengatakan, kedatangan mereka untuk memenuhi surat panggilan sekaligus mempertanyakan tindakan kasar guru kepada anak mereka. Kekerasan juga dilakukan seorang unsur pimpinan sekolah.
"Ini lah kali pertama kami menerima surat panggilan dari sekolah. Sementara semua yang sudah dilakukan guru selama ini belum pernah disampaikan terhadap orangtua siswa. Itu artinya, pihak sekolah mengambil tindakan sendiri," kata Hutabarat, Selasa (8/4/2014).
Menurutnya, para orangtua tak akan marah kalau anak-anak mereka ditindak jika melakukan kesalahan. Namun jika sudah melewati batas, hal itu akan berbeda. Terutama panggilan kepada orangtua, setelah sekian lama memberikan tindakan kasar.
Hal senada disampaikan orangtua siswa lainnya S Tanjung. Dia meminta oknum guru yang melakukan tindakan kasar kepada anaknya dari unsur pimpinan SMPN 1 Sibuni-Buni, untuk dihadirkan dan dimintai pertanggungjawabannya.
"Saya mau, oknum itu dihadirkan. Apapun kesalahan anakku, harusnya laporkan sama kami orangtua, jangan main tampar saja," tukasnya.
Setelah mendengar keterangan para orangtua, Kabid Bina Program Disdik Tapteng Bahal Simanjuntak menyampaikan rasa prihatinnya. "Saya juga tidak setuju dengan prosedur pemanggilan yang dilakukan sekolah. Yang menekankan harus datang hari itu juga. Jauh hari harusnya sudah diberitahukan atau minimal dua hari sebelum hari H," tukasnya.
Bahal mengaku, akan membenahi serta memberikan pembinaan terhadap para tenaga didik di sekolah tersebut.
"Kedepan, dinas akan membenahi sekolah dan memberikan pembinaan-pembinaan terhadap tenaga pendidik. Kemudian di sini juga perlu saya tekankan, persoalan ini jangan sampai ada kaitannya dengan kegiatan UN nanti," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Jaskia, Risk (sama-sama kelas IX), Jobel dan Julfiki (siswa kelas VIII) mengaku sering mendapat perlakuan kasar dari oknum guru di sekolah tersebut.
(san)