Sumpah Prabu Brawijaya di puncak Gunung Lawu
Jum'at, 14 Maret 2014 - 15:32 WIB

Sumpah Prabu Brawijaya di puncak Gunung Lawu
A
A
A
Sindonews.com - Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jabar) dan Magetan, Jawa Timur (Jatim) ternyata menyimpan cerita menarik.
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, dahulu kala Gunung Lawu pernah menjadi tempat pertapaan raja Majapahit terakhir, Brawijaya. Dalam pertapaannya, Brawijaya tak sendiri. Di akhir hidupnya, Brawijaya ditemani abdi dalem setianya, Sabdo Palon dan Noyo Genggong.
Menurut salah satu spiritual Jawa sekaligus juru kunci Gunung Malang yang merupakan anak dari Gunung Lawu, Budiyanto, banyak peninggalam Majapahit yang ada di Gunung Lawu.
"Misalnya Candi Ceto, Candi Sukuh dan petilasan Raden Brawijaya di puncak Gunung Lawu yakni Cungkup (rumah kecil yang di tengah-tengahnya terdapat kuburan)," jelasnya saat diwawancarai, baru-baru ini.
Budiyanto bercerita, Gunung Lawu dikeramatkan karena menjadi tempat pelarian Prabu Brawijaya dari kejaran anaknya, Raden Patah. Di sana, terdapat batu nisan yang dipercaya merupakan petilasan Prabu Brawijaya, yang oleh penduduk sekitar disebut Sunan Lawu.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat seputar Lawu, Raden Brawijaya lari ke Gunung Lawu karena mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan Hindu akan memudar dan diganti dengan kejayaan Kerajaan baru yaitu Demak.
"Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaan Raden Patah. Namun Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindar dari pertumpahan darah," tuturnya.
Selain menjauh dari kejaran putranya, Brawijaya juga menghindar dari kejaran pasukan Adipati Cepu yang memiliki dendam kesumat kepada Prabu Brawijaya. Terlebih lagi saat itu Majapahit mulai runtuh, Adipati Cepu-pun semakin berani menentang Brawijaya.
Hal itulah yang menyebabkan Prabu Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.
Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan Adipati Cepu, Prabu Brawijaya pernah mengucapkan sumpah di atas Gunung Lawu. Sumpah itu berisi larangan bagi warga Cepu dan keturunan Adipati Cepu untuk naik ke puncak gunung. Jika melanggar, niscaya orang tersebut akan mendapat celaka.
Baca:
Sebelum bumi evolusi, Gunung Lawu ada di dasar laut?
Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat, dahulu kala Gunung Lawu pernah menjadi tempat pertapaan raja Majapahit terakhir, Brawijaya. Dalam pertapaannya, Brawijaya tak sendiri. Di akhir hidupnya, Brawijaya ditemani abdi dalem setianya, Sabdo Palon dan Noyo Genggong.
Menurut salah satu spiritual Jawa sekaligus juru kunci Gunung Malang yang merupakan anak dari Gunung Lawu, Budiyanto, banyak peninggalam Majapahit yang ada di Gunung Lawu.
"Misalnya Candi Ceto, Candi Sukuh dan petilasan Raden Brawijaya di puncak Gunung Lawu yakni Cungkup (rumah kecil yang di tengah-tengahnya terdapat kuburan)," jelasnya saat diwawancarai, baru-baru ini.
Budiyanto bercerita, Gunung Lawu dikeramatkan karena menjadi tempat pelarian Prabu Brawijaya dari kejaran anaknya, Raden Patah. Di sana, terdapat batu nisan yang dipercaya merupakan petilasan Prabu Brawijaya, yang oleh penduduk sekitar disebut Sunan Lawu.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat seputar Lawu, Raden Brawijaya lari ke Gunung Lawu karena mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan Hindu akan memudar dan diganti dengan kejayaan Kerajaan baru yaitu Demak.
"Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaan Raden Patah. Namun Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindar dari pertumpahan darah," tuturnya.
Selain menjauh dari kejaran putranya, Brawijaya juga menghindar dari kejaran pasukan Adipati Cepu yang memiliki dendam kesumat kepada Prabu Brawijaya. Terlebih lagi saat itu Majapahit mulai runtuh, Adipati Cepu-pun semakin berani menentang Brawijaya.
Hal itulah yang menyebabkan Prabu Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.
Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan Adipati Cepu, Prabu Brawijaya pernah mengucapkan sumpah di atas Gunung Lawu. Sumpah itu berisi larangan bagi warga Cepu dan keturunan Adipati Cepu untuk naik ke puncak gunung. Jika melanggar, niscaya orang tersebut akan mendapat celaka.
Baca:
Sebelum bumi evolusi, Gunung Lawu ada di dasar laut?
(rsa)