Retakan tanah di Desa Dologan terus meluas
A
A
A
Sindonews.com - Hujan deras yang terus mengguyur Boyolali beberapa waktu terakhir menyebabkan munculnya retakan tanah di Desa Dologan, Karenggede, Boyolali. Retakan tersebut berada di dekat jurang samping desa.
Berdasarkan pantauan di lokasi, retakan tanah tersebut memiliki panjang sekira dua meter dan memiliki diameter sekira 50 sentimeter. Tidak hanya itu, retakan tersebut muncul di beberapa titik dengan rentang titik dengan yang lainnya mencapai 10 hingga 20 meter.
Salah seorang warga sekitar, Sukarno, menyebutkan sebenarnya retakan tersebut sudah mulai ada sejak beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, saat musim hujan tahun ini jumlah retakan semakin banyak dan diameternya menjadi lebih besar. Banyak warga pun kemudian merasa khawatir retakan itu akan merembet ke pemukiman penduduk.
“Dahulu di sekitar retakan ada satu rumah warga, akan tetapi setelah retakan semakin besar warga itu pindah ke desa sebelah dan akhirnya retakan itu sekarang sudah longsor,” kata Sukarno kepada SINDO, Senin (3/2/2014).
Sukarno menjelaskan, saat ini jarak retakan paling dekat dengan pemukiman penduduk adalah 20 meter. Retakan tersebut juga sangat dekat dengan jalan utama desa, sehingga dikhawatirkan sewaktu-waktu retakan akan membesar.
Rusno, warga lainnya, mengatakan retakan itu telah menyebabkan jalan menuju makam desa dipindahkan beberapa ratus meter. Pasalnya retakan yang dahulunya kecil tersebut berubah menjadi besar dan membuat jalan menuju makam longsor.
“Ya kita khawatir saja retakan itu semakin mendekat. Semoga saja tidak. Kalau dibilang berbahaya, saya kira belum. Karena dari pengalaman yang ada longsor yang terjadi akibat retakan tersebut biasanya membutuhkan waktu lama dan bertahun-tahun,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan di lokasi, retakan tanah tersebut memiliki panjang sekira dua meter dan memiliki diameter sekira 50 sentimeter. Tidak hanya itu, retakan tersebut muncul di beberapa titik dengan rentang titik dengan yang lainnya mencapai 10 hingga 20 meter.
Salah seorang warga sekitar, Sukarno, menyebutkan sebenarnya retakan tersebut sudah mulai ada sejak beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, saat musim hujan tahun ini jumlah retakan semakin banyak dan diameternya menjadi lebih besar. Banyak warga pun kemudian merasa khawatir retakan itu akan merembet ke pemukiman penduduk.
“Dahulu di sekitar retakan ada satu rumah warga, akan tetapi setelah retakan semakin besar warga itu pindah ke desa sebelah dan akhirnya retakan itu sekarang sudah longsor,” kata Sukarno kepada SINDO, Senin (3/2/2014).
Sukarno menjelaskan, saat ini jarak retakan paling dekat dengan pemukiman penduduk adalah 20 meter. Retakan tersebut juga sangat dekat dengan jalan utama desa, sehingga dikhawatirkan sewaktu-waktu retakan akan membesar.
Rusno, warga lainnya, mengatakan retakan itu telah menyebabkan jalan menuju makam desa dipindahkan beberapa ratus meter. Pasalnya retakan yang dahulunya kecil tersebut berubah menjadi besar dan membuat jalan menuju makam longsor.
“Ya kita khawatir saja retakan itu semakin mendekat. Semoga saja tidak. Kalau dibilang berbahaya, saya kira belum. Karena dari pengalaman yang ada longsor yang terjadi akibat retakan tersebut biasanya membutuhkan waktu lama dan bertahun-tahun,” ucapnya.
(rsa)