Bagini tanda-tanda lereng akan runtuh

Kamis, 30 Januari 2014 - 17:26 WIB
Bagini tanda-tanda lereng...
Bagini tanda-tanda lereng akan runtuh
A A A
Sindonews.com - Musim penghujan meningkatkan ancaman longsor di sejumlah daerah. Kejadian bencana longsor di Jombang dan Kudus yang menelan korban kemungkinan masih bisa terjadi di daerah lain. Terutama daerah pemukiman yang berada di daerah lereng perbukitan.

"Masyarakat harus waspada terhadap bencana tanah longsor. Bencana ini disebabkan oleh gerakan tanah yang disertai dengan suara gemuruh atau suara gemeretak dari arah atas lereng. Awal kejadian dapat disertai batu-batu kecil atau kerikil yang menggelinding ke arah bawah lereng," ujar Guru Besar Jurusan Teknik Geologi UGM Prof Ir Dwikorita Karnawati, Kamis (30/1/2014).

Dia melanjutkan, jika warga mendengar suara gemuruh, jangan segera menghampiri lokasi gerakan tanah atau bahkan berkerumun pada lokasi tersebut. Warga bisa segera menghubungi aparat pemerintah setempat dan mencari bantuan penyelamatan.

Selain itu, saat curah hujan tinggi, masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan atau di sekitar lereng, diminta untuk segera berusaha lari menghindar sementara, hingga hujan berhenti.

“Bila mendengar suara gemuruh, segera menuju ke lahan yang lebih datar, jauh dari lereng yang rentan, dan jauh dari lembah sungai,” katanya.

Ditambahkan dia, warga bisa melihat pohon-pohon dan tiang-tiang pada lereng, atau melihat munculnya retakan-retakan tanah berbentuk lengkung memanjang atau berbentuk tapal kuda pada lereng, sebagai gejala awal tanah longsor akibat gerakan tanah atau batuan. Lereng yang tiba-tiba terlihat menggembung pun bisa menjadi gejala awal terjadinya longsor.

“Pada gejala awal ini biasanya juga muncul rembesan-rembesan air pada lereng. Apabila rembesan makin deras dan airnya menjadi keruh, maka diperkirakan lereng segera akan bergerak dan terjadi longsor,” kata peneliti longsor ini.

Selain itu, naiknya muka air sungai beberapa centimeter dan air sungai menjadi lebih keruh dari biasanya atau tiba-tiba terjadi aliran lumpur atau aliran pasir pada lembah sungai juga bisa jadi penanda akan terjadinya longsor. Sedangkan dari sisi bangunan rumah, ditandai dengan munculnya retakan pada lantai dan tembok bangunan.

“Bisa berupa amblesnya sebagian lantai konstruksi bangunan ataupun amblesnya tanah pada lereng. Lalu pintu atau jendela bangunan tiba-tiba tidak dapat dibuka,” katanya.

Tak hanya itu, Dwikorita pun mengimbau pemerintah untuk segera melakukan penataan tata ruang dengan melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui daerah zona rawan longsor. “Daerah yang rawan ini sebetulnya sudah dipetakan, namun belum didetailkan atau dimasukkan dalam tata ruang penataan lahan,” katanya.

Menurutnya, yang menjadi sebuah kesalahan termasuk pelaksanaan pembangunan tata ruang di beberapa daerah yang umumnya tidak memperhatikan aspek risiko zona tanah bergerak.

Dia pun menyarankan agar daerah pemukiman yang berada di zona tanah bergerak perlu dipertimbangkan ulang pembangunan tata ruangnya untuk menghindari jatuhnya korban saat terjadi bencana longsor.

“Yang jadi masalah, penegakan hukum tata ruang sering tidak diterapkan dan selalu dilanggar. Aspek hukum, sosial, dan rekayasa geologi perlu dirumuskan bersama dengan segera,” katanya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7618 seconds (0.1#10.140)