Korban tanah ambles di Cianjur mulai terserang penyakit

Jum'at, 24 Januari 2014 - 19:06 WIB
Korban tanah ambles di Cianjur mulai terserang penyakit
Korban tanah ambles di Cianjur mulai terserang penyakit
A A A
Sindonews.com - Para korban pergerakan tanah di Kampung Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, yang berada di pengungsian kini mulai terserang berbagai penyakit.

Para pengungsi yang di dominasi anak-anak dan balita, mengeluhkan berbagai penyakit seperti batuk, pilek, sakit perut dan meriang.

Pengungsi yang ditampung di ruang-ruang kelas SDN Puncak I Ciloto itu berharap segera dikirimkan bantuan obat-obatan. Mengingat kondisi cuaca yang dingin, para korban pun berharap bantuan selimut dan baju hangat mengingat kondisi cuaca yang sangat dingin.

“Kalau bantuan makanan alhamdulilah masih mencukupi, hanya saja kami butuh yang lainnya, seperti selimut, baju hangat dan obat-obatan serta susu,” kata Salah seorang warga pengungsi, Erni (40), di tempat pengungsian, Jumat (24/1/2014).

Kata dia, hampir empat hari lamanya ratusan warga menempati tempat pengungsian. “Tidak tahu sampai kapan kita berada dan tinggal di pengungsian. Kita hanya bawa barang secukupnya, paling baju dan barang-barang berharga. Sedangkan barang dan perabotan masih di tinggal di rumah,” ujarnya.

Erni mengaku terpaksa mengungsi, karena rumahnya berada dekat dengan tebing Puncak Pass yang mengalami amblas tersebut. Selain ada retakan di tebing, retakan juga sudah terjadi di dalam kawasan pemukiman penduduk. “Karenanya warga yang di RT 06 sudah hampir semua mengungsi. Di sini saja sudah ada seratusan lebih dari 29 KK (Kepala Keluarga)," katanya.

Sementara pengungsi lainnya, Enur (53), mengaku rumahnya sudah rusak terkena reruntuhan tebing. Dia pun memilih mengungsi tanpa membawa barang-barang yang ada di rumahnya. “Bingung bagaimana bawanya dan mau di simpan dimana nanti,” katanya.

Enur yang mengaku telah puluhan tahun tinggal di Kampung Puncak menuturkan, pergerakan tanah yang terjadi adalah untuk kali ke empat, setelah di tahun 1981, 2009, 2013 juga terjadi hal serupa. Pergerakan tanah kali ini, menurut dia adalah yang terbesar menimbulkan dampaknya kepada masyarakat sekitar.

Dia mengaku pasrah atas musibah yang tengah di alaminya, namun berharap pemerintah benar-benar memperhatikan nasibnya dan ratusan warga lainnya.

“Kalau memang kami harus dipindahkan (relokasi) harus semuanya dan di tempatkan tidak jauh dari wilayah ini dan dengan nilai ganti rugi yang seimbang,” ungkapnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8481 seconds (0.1#10.140)