Terduga teroris menantu perwira polisi
A
A
A
Sindonews.com - Penangkapan terduga teroris Isnaini Ramdhoni (30) cukup mengejutkan warga Kota Probolinggo. Isnaini Ramdhoni yang akrab dipanggil Doni, sehari-hari berprofesi sebagai tukang cukur rambut di Jalan Pahlawan Kota Probolinggo dan gemar mencari ikan di laut.
Menurut Hari, Sekretaris RT5/VII Perumahan Sumbertaman, Kelurahan Kedungasem Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo, Doni yang menikah dengan Yuanita Ambarani memiliki dua anak Hurunin Ghinanafsi Ramadhani dan Izham Ramadhani.
Ia adalah menantu Suyanto, seorang perwira polisi yang berdinas di sejumlah Polsek di Probolinggo. Ia baru memasuki masa pensiun dua bulan lalu di Polsek Lawang, Malang.
"Doni jika kerumah mertuanya hanya mengantar jemput istri dan anak-anaknya. Ia tampak kurang akrab dengan mertuanya," kata Hari, yang tinggal didepan rumah mertua Doni, Selasa (21/1/2014).
Meski tidak mengenal dekat Doni, namun ia mengetahui aktivitasnya yang cenderung beraliran Islam garis keras. Ia disinyalir kerap mengikuti pengajian bersama pamannya, Alikan, yang tinggal dalam kompleks perumahan tersebut.
Namun Alikan kepada wartawan mengaku terakhir bertemu dengan keponakannya sekitar dua bulan lalu. Saat itu ia menceritakan usai berkunjung ke Poso untuk urusan yang tidak disebutkannya.
Alikan yang menyadari akan posisinya, hanya berpesan kepada Doni untuk berhati-hati karena kunjungannya ke Poso bisa dianggap sebagai jaringan pengacau keamanan.
"Doni tidak menceritakan urusan apa ke Poso. Saya bilang, hati-hati nanti bisa dicap sebagai kelompok atau jaringan Poso. Dia hanya diam saja," kata Alikan.
Kekawatiran Alikan ini menjadi kenyataan setelah polisi menuding Doni sebagai jaringan teroris Poso yang akan melakukan pengeboman di sejumlah pos polisi dan tempat hiburan di Surabaya.
"Saya tidak yakin Doni masuk dalam jaringan teroris. Bisa iya bisa tidak. Sekarang ini bisa saja polisi merekayasa dengan tujuan tertentu," kata Alikan.
Saat ini ia belum ingin menjenguk Doni yang ditahan polisi. Ia pesimis kunjungannya tersebut bisa dipertemukan dengan keponakannya. Bisa-bisa ia malah diusir dengan alasan masih dalam proses pemeriksaan.
Sementara itu, sekitar lima jam sejak penangkapan terduga teroris di Surabaya, Kholifah ibu seorang terduga teroris ini tiba-tiba menghilang. Ia dijemput Aris, kakak pelaku, sebelum polisi menyisir rumah di Jalan Pahlawan Gang Kemiri No 51 Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo, Senin tengah malam.
Rumah bercat hijau ukuran 4x6 meter sudah dalam keadaan kosong ditinggal penghuninya.
"Tadi malam Bu Kholifah sudah dijemput sama Aris. Naik mobil sedan biru. Tidak tau mau pergi kemana," kata Satukam, Ketua RT RT 001/015 yang tinggal didepan rumah ibu terduga teroris.
Dikatakan, Kholifah pergi bersama istri dan tiga anak Aris, beberapa saat sebelum anggota kepolisian datang. Sekitar pukul 02.00 dinihari, satuan polisi gabungan dari Polres Probolinggo Kota, datang untuk menyisir rumah.
Dalam kesehariannya, pria yang akrab dipanggil Doni itu dikenal tertutup. Ia jarang berkumpul dan bersosialisasi dengan tetangganya. Ia hanya bergaul dengan sesama kelompoknya yang bercelana di atas mata kaki (cingkrang).
Doni merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, pasangan Totok Suharto dan Kholifah. Pria yang lahir di Probolinggo pada 13 Juni 1983 itu, memiliki tiga bersaudara, Ifa, Irfan, Aris.
Namun menurut Alikan, saat ini Kholifah berada di rumah anaknya, Irfan yang sedang sakit. Ia mengaku bertemu Kholifah saat berjalan-jalan di kompleks perumahan tersebut pada Selasa pagi.
Pada Selasa sore, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri bersama Tim Labfor Polda Jatim, melakukan penggeledahan rumah kontrakan Doni di RT 2 RW 2 Kelurahan Wiromborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Beberapa jam kemudian, tim gabungan ini menggeledah rumah Kholifah yang sejak Senin malam telah ditinggal pemiliknya.
Usai menggeledah dua rumah, tim gabungan ini menyita sejumlah barang bukti yang dibungkus tas berwarna orange. Barang bukti tersebut dimasukkan kedalam mobil penjinak bom Sat Brimob Polda Jatim.
"Penggeledahan ini menjadi kewenangan Densus Antiteror. Saya hanya melakukan pengamanan dilokasi," kata Kapolres Probolinggo Kota, AKBP Iwan Setiawan.
Menurut Marsiki (60) warga setempat, rumah yang ditempati Doni adalah rumah milik Basori, pamannya. Baru baru tinggal di rumah tersebut sekitar tiga bulan lalu. Warga sekitar mengaku tidak begitu mengenal Doni yang kerap terlihat membawa jaring untuk mencari ikan.
Menurut Hari, Sekretaris RT5/VII Perumahan Sumbertaman, Kelurahan Kedungasem Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo, Doni yang menikah dengan Yuanita Ambarani memiliki dua anak Hurunin Ghinanafsi Ramadhani dan Izham Ramadhani.
Ia adalah menantu Suyanto, seorang perwira polisi yang berdinas di sejumlah Polsek di Probolinggo. Ia baru memasuki masa pensiun dua bulan lalu di Polsek Lawang, Malang.
"Doni jika kerumah mertuanya hanya mengantar jemput istri dan anak-anaknya. Ia tampak kurang akrab dengan mertuanya," kata Hari, yang tinggal didepan rumah mertua Doni, Selasa (21/1/2014).
Meski tidak mengenal dekat Doni, namun ia mengetahui aktivitasnya yang cenderung beraliran Islam garis keras. Ia disinyalir kerap mengikuti pengajian bersama pamannya, Alikan, yang tinggal dalam kompleks perumahan tersebut.
Namun Alikan kepada wartawan mengaku terakhir bertemu dengan keponakannya sekitar dua bulan lalu. Saat itu ia menceritakan usai berkunjung ke Poso untuk urusan yang tidak disebutkannya.
Alikan yang menyadari akan posisinya, hanya berpesan kepada Doni untuk berhati-hati karena kunjungannya ke Poso bisa dianggap sebagai jaringan pengacau keamanan.
"Doni tidak menceritakan urusan apa ke Poso. Saya bilang, hati-hati nanti bisa dicap sebagai kelompok atau jaringan Poso. Dia hanya diam saja," kata Alikan.
Kekawatiran Alikan ini menjadi kenyataan setelah polisi menuding Doni sebagai jaringan teroris Poso yang akan melakukan pengeboman di sejumlah pos polisi dan tempat hiburan di Surabaya.
"Saya tidak yakin Doni masuk dalam jaringan teroris. Bisa iya bisa tidak. Sekarang ini bisa saja polisi merekayasa dengan tujuan tertentu," kata Alikan.
Saat ini ia belum ingin menjenguk Doni yang ditahan polisi. Ia pesimis kunjungannya tersebut bisa dipertemukan dengan keponakannya. Bisa-bisa ia malah diusir dengan alasan masih dalam proses pemeriksaan.
Sementara itu, sekitar lima jam sejak penangkapan terduga teroris di Surabaya, Kholifah ibu seorang terduga teroris ini tiba-tiba menghilang. Ia dijemput Aris, kakak pelaku, sebelum polisi menyisir rumah di Jalan Pahlawan Gang Kemiri No 51 Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo, Senin tengah malam.
Rumah bercat hijau ukuran 4x6 meter sudah dalam keadaan kosong ditinggal penghuninya.
"Tadi malam Bu Kholifah sudah dijemput sama Aris. Naik mobil sedan biru. Tidak tau mau pergi kemana," kata Satukam, Ketua RT RT 001/015 yang tinggal didepan rumah ibu terduga teroris.
Dikatakan, Kholifah pergi bersama istri dan tiga anak Aris, beberapa saat sebelum anggota kepolisian datang. Sekitar pukul 02.00 dinihari, satuan polisi gabungan dari Polres Probolinggo Kota, datang untuk menyisir rumah.
Dalam kesehariannya, pria yang akrab dipanggil Doni itu dikenal tertutup. Ia jarang berkumpul dan bersosialisasi dengan tetangganya. Ia hanya bergaul dengan sesama kelompoknya yang bercelana di atas mata kaki (cingkrang).
Doni merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, pasangan Totok Suharto dan Kholifah. Pria yang lahir di Probolinggo pada 13 Juni 1983 itu, memiliki tiga bersaudara, Ifa, Irfan, Aris.
Namun menurut Alikan, saat ini Kholifah berada di rumah anaknya, Irfan yang sedang sakit. Ia mengaku bertemu Kholifah saat berjalan-jalan di kompleks perumahan tersebut pada Selasa pagi.
Pada Selasa sore, Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri bersama Tim Labfor Polda Jatim, melakukan penggeledahan rumah kontrakan Doni di RT 2 RW 2 Kelurahan Wiromborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Beberapa jam kemudian, tim gabungan ini menggeledah rumah Kholifah yang sejak Senin malam telah ditinggal pemiliknya.
Usai menggeledah dua rumah, tim gabungan ini menyita sejumlah barang bukti yang dibungkus tas berwarna orange. Barang bukti tersebut dimasukkan kedalam mobil penjinak bom Sat Brimob Polda Jatim.
"Penggeledahan ini menjadi kewenangan Densus Antiteror. Saya hanya melakukan pengamanan dilokasi," kata Kapolres Probolinggo Kota, AKBP Iwan Setiawan.
Menurut Marsiki (60) warga setempat, rumah yang ditempati Doni adalah rumah milik Basori, pamannya. Baru baru tinggal di rumah tersebut sekitar tiga bulan lalu. Warga sekitar mengaku tidak begitu mengenal Doni yang kerap terlihat membawa jaring untuk mencari ikan.
(lns)