Kasus curanmor di Jateng dominan
A
A
A
Sindonews.com – Kriminalitas di Kota Semarang selama tahun 2013 didominasi oleh kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Data yang tercatat di Polrestabes Semarang menunjukkan, kasus curanmor menduduki urutan teratas dengan 510 kasus.
“Dari kasus tersebut, kebanyakan pelaku curanmor yang kita tangkap ternyata masih berusia 16-25 tahun,” ujar Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono melalui Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Wika Hardianto kepada wartawan, Jumat (27/12/2013).
Faktor ekonomi diperkirakan menjadi penyebab pelaku melakukan aksi curanmor. Selain itu, budaya konsumtif yang tinggi di kalangan remaja juga ditengarai menjadi penyebabnya.
“Dari keterangan para tersangka, diketahui uang hasil kejahatannya untuk berhura-hura, seperti minum-minuman keras ataupun mencari hiburan lainnya,” imbuhnya.
Wika menambahkan, pihaknya akan melakukan tindakan preventif dalam bentuk operasi gabungan untuk mengantisipasi kasus serupa di tahun depan. Sebab, hal itu dinilai ampuh untuk mengurangi tindak kriminalitas curanmor di Kota Semarang.
“Dalam tiga bulan terakhir, kita giat melakukan operasi. Ternyata dengan cara itu, dapat mengurangi angka kriminalitas termasuk curanmor itu. Ke depan, kita akan terus melakukan hal serupa,” ujarnya.
Selain kasus curanmor, data kepolisian mencatat sepanjang tahun 2013 kasus kriminalitas di Kota Semarang mencapai 3.232 kasus. Kasus tersebut meliputi perkara tindak pidana umum (pidum) sebanyak 2.797 dan pidana khusus (pidsus) sebanyak 435 kasus.
“Dari kesemua kasus kriminalitas tersebut, yang sudah terungkap sekitar 50 persen. Kami akan terus berupaya menyelesaikan kasus-kasus lain yang sampai saat ini masih dalam proses penyelidikan petugas,” paparnya.
Jumlah tersebut diketahui menurun dibanding tahun 2012 lalu. Dimana, tercatat sebanyak 3.909 kasus kriminalitas terjadi di tahun itu, dengan kasus curanmor sebanyak 771 kasus.
“Dibanding tahun lalu, angka kriminalitas sudah mengalami penurunan. Kami akan terus berupaya menekan angka kriminalitas dari tahun ke tahun,” pungkasnya.
Sementara itu, Psikolog Universitas Diponegoro Hastaning Sakti mengatakan, maraknya kasus curanmor dimana pelakunya didominasi oleh kalangan remaja sungguh memprihatinkan. Sebab menurutnya, usia remaja seharusnya dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
“Sungguh sangat disayangkan, sebab masa remaja adalah masa yang sangat bagus untuk menunjukkan potensi yang ada pada diri mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan, banyak faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindak kriminalitas itu. Secara psikologis, dimungkinkan hal itu dikarenakan adanya keinginan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.
“Untuk mendapatkan pengakuan itu, mereka harus tampil sedemikian rupa. Namun karena tidak memiliki uang, mereka banyak yang melakukan berbagai hal termasuk melakukan kriminalitas,” imbuhnya.
“Dari kasus tersebut, kebanyakan pelaku curanmor yang kita tangkap ternyata masih berusia 16-25 tahun,” ujar Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Djihartono melalui Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Wika Hardianto kepada wartawan, Jumat (27/12/2013).
Faktor ekonomi diperkirakan menjadi penyebab pelaku melakukan aksi curanmor. Selain itu, budaya konsumtif yang tinggi di kalangan remaja juga ditengarai menjadi penyebabnya.
“Dari keterangan para tersangka, diketahui uang hasil kejahatannya untuk berhura-hura, seperti minum-minuman keras ataupun mencari hiburan lainnya,” imbuhnya.
Wika menambahkan, pihaknya akan melakukan tindakan preventif dalam bentuk operasi gabungan untuk mengantisipasi kasus serupa di tahun depan. Sebab, hal itu dinilai ampuh untuk mengurangi tindak kriminalitas curanmor di Kota Semarang.
“Dalam tiga bulan terakhir, kita giat melakukan operasi. Ternyata dengan cara itu, dapat mengurangi angka kriminalitas termasuk curanmor itu. Ke depan, kita akan terus melakukan hal serupa,” ujarnya.
Selain kasus curanmor, data kepolisian mencatat sepanjang tahun 2013 kasus kriminalitas di Kota Semarang mencapai 3.232 kasus. Kasus tersebut meliputi perkara tindak pidana umum (pidum) sebanyak 2.797 dan pidana khusus (pidsus) sebanyak 435 kasus.
“Dari kesemua kasus kriminalitas tersebut, yang sudah terungkap sekitar 50 persen. Kami akan terus berupaya menyelesaikan kasus-kasus lain yang sampai saat ini masih dalam proses penyelidikan petugas,” paparnya.
Jumlah tersebut diketahui menurun dibanding tahun 2012 lalu. Dimana, tercatat sebanyak 3.909 kasus kriminalitas terjadi di tahun itu, dengan kasus curanmor sebanyak 771 kasus.
“Dibanding tahun lalu, angka kriminalitas sudah mengalami penurunan. Kami akan terus berupaya menekan angka kriminalitas dari tahun ke tahun,” pungkasnya.
Sementara itu, Psikolog Universitas Diponegoro Hastaning Sakti mengatakan, maraknya kasus curanmor dimana pelakunya didominasi oleh kalangan remaja sungguh memprihatinkan. Sebab menurutnya, usia remaja seharusnya dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
“Sungguh sangat disayangkan, sebab masa remaja adalah masa yang sangat bagus untuk menunjukkan potensi yang ada pada diri mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan, banyak faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindak kriminalitas itu. Secara psikologis, dimungkinkan hal itu dikarenakan adanya keinginan untuk mendapat pengakuan dari orang lain.
“Untuk mendapatkan pengakuan itu, mereka harus tampil sedemikian rupa. Namun karena tidak memiliki uang, mereka banyak yang melakukan berbagai hal termasuk melakukan kriminalitas,” imbuhnya.
(lns)