Ritual Pernikahan Tembakau di lereng Gunung Sumbing

Selasa, 24 Desember 2013 - 17:15 WIB
Ritual Pernikahan Tembakau di lereng Gunung Sumbing
Ritual Pernikahan Tembakau di lereng Gunung Sumbing
A A A
LANTUNAN doa kepada Yang Maha Pencipta mengawali prosesi temu dua mempelai di tengah Sendang Piwakan, Dusun Gopakan, Desa Genito Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Selasa 24 Desember 2013.

Warga di lereng Gunung Sumbing ini bersuka cita menyambut hadirnya pasangan baru yang akan melahirkan pucuk-pucuk daun segar di ladang subur kebun tembakau dalam prosesi pernikahan tembakau.

Keduanya dipertemukan di tengah sendang saat lantunan doa teriring gamelan menyuarakan denting akhir. Raga kedua mempelai berupa tembakau setinggi 100 sentimeter berbaur dalam fragmen dari Paguyuban Merapi Rumah Seni.

Para pelaku ritual mempersembahkan gerakan dramatis bermakna syukur atas nikmat dari alam. Pasangan pengantin, yakni dua buah tanaman tembakau tersebut dijadikan satu dan dicelupkan ke mata air. Lantas, rombongan membawa dua tanaman tembakau pria dan wanita untuk kemudian ditanam di pintu masuk dusun.

“Ritual perkawinan tembakau ini menunjukkan tanaman ini sangat penting bagi warga sekitar. Daerah ini berkembang dan menghidupi rakyatnya dari komoditas daun tembakau, terutama di lereng Gunung Sumbing,” kata Penggagas Ritual Pernikahan Tembakau, di Dusun Gopaan, Agus Suyitno.

Prosesi doa yang dipimpin pemuka agama memberi arti bahwa segenap warga memohon limpahan berkah pada musim panen mendatang. Dikatakan pria yang disapa akrab Agus Merapi ini, ritual Perkawinan Tembakau telah memasuki tahun kedua.

Kegiatan ini sengaja membarengi Merti Desa, atau pesta rakyat warga setempat di bulan Safar. Dipilih hari baik pada Selasa pahing untuk menggelar enam jenis kesenian rakyat yang akan berakhir pada Rabu 25 Desember 2013.

“Di dusun ini, Merti Desa akan berakhir besok Rabu, sejak dimulai Selasa ini. Kesenian yang ditunjukkan asli daerah sini, yaitu wayangan semalam suntuk dengan lakon Semar Bangun Kahyangan, kuda lumping, sorengan, topeng ireng, dan tarian tradisional lainnya,” jelas Kepala Dusun Gopakan Sugitno.

Ritual tahunan ini, rencananya dimasukkan dalam kalender event di desa tersebut. Bahkan, pernikahan tembakau tidak hanya dihelat saat musim panen saja, namun juga akan diselenggarakan saat musim tanam.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6132 seconds (0.1#10.140)