Remaja penderita HIV-AIDS terbanyak
A
A
A
Sindonews.com - Kalangan remaja merupakan penderita HIV-AIDS terbanyak berdasarkan pemetaan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon. Bahkan dalam kurun waktu empat tahun terakhir, 56 remaja meninggal akibat HIV-AIDS.
Sekretaris KPA Kota Cirebon Sri Maryati menyebutkan, HIV-AIDS dapat menyerang siapa saja mulai usia 0-49 tahun. Dari rentang umur tersebut, usia remaja merupakan yang paling banyak penderitanya, yakni 19-37 tahun dengan lebih dari 77 kasus.
“Yang paling banyak di usia produktif, dalam kurun waktu empat tahun ini 56 remaja meninggal akibat HIV-AIDS,” ungkap dia saat evaluasi tahunan KPA tahun 2013, Jumat (20/12/2013).
Selain melalui jarum suntik pada pengguna narkoba, penyebaran HIV-AIDS di kalangan remaja paling banyak melalui hubungan seks beresiko, baik sesama lawan jenis maupun sesama jenis.
Dia menyebutkan, sebelum 2008 penyebaran lebih banyak melalui jarum suntik. Tapi sejak 2008 hingga sekarang, penyebaran paling banyak melalui hubungan seks, baik hubungan seks suami istri maupun di luar nikah.
Kemudahan akses terhadap pornografi di berbagai media, mulai handphone hingga internet, dituding dia sebagai salah satu penyebab remaja berhubungan seks. Terlebih, dalam berpacaran kalangan remaja kini lebih permisif terhadap kontak fisik yang mengarah pada kontak seksual.
Jumlah penderita HIV-AIDS usia remaja di Kota Cirebon sendiri dikatakan dia, setiap tahun menunjukkan peningkatan. Kondisi itu dipandang perlunya ada kerja sama semua elemen, baik masyarakat maupun pemerintah, untuk menanggulanginya.
Pada 2012 tercatat 40 kasus HIV-AIDS, sementara 2013 mencapai 76 kasus. Selain itu hingga kini pihaknya mencatat ada 629 kasus, namun angka ini belum seluruhnya karena fenomena ini seperti fenomena gunung es.
“Tahun 2013 lebih meningkat dibanding 2012. Fenomena ini seperti gunung es, ketika tidak ada yang berani melaporkan maka selamanya tidak akan nampak berapa jumlah penderita sebenarnya,” cetus dia.
Kepala Puskesmas Kesunean, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Junny Setiawati tak menampik usia terentan atas penyebaran HIV-AIDS adalah remaja melalui hubungan seks beresiko.
Dari survei yang dilakukan pihaknya 2012 lalu di sembilan RW di Kelurahan Kesunean, Kecamatan Lemahwungkuk, terungkap 25 persen remaja usia 12-18 tahun sudah melakukan hubungan seks bebas.
“Sayangnya, layanan masalah remaja dan psikologi di Puskesmas tidak dimanfaatkan optimal,” ujar dia.
Sementara Wali Kota Cirebon Ano Sutrsno sekaligus Ketua KPA menekankan, penangaan kasus HIV-AIDS harus berkesinambungan bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan masyarakat.
“Penanggulangan HIV-AIDS di Kota Cirebon harus ditangani serius, karena remaja pengidap HIV-AIDS di Kota Cirebon jumlahnya sudah menghawatirkan,” tegas dia.
Sekretaris KPA Kota Cirebon Sri Maryati menyebutkan, HIV-AIDS dapat menyerang siapa saja mulai usia 0-49 tahun. Dari rentang umur tersebut, usia remaja merupakan yang paling banyak penderitanya, yakni 19-37 tahun dengan lebih dari 77 kasus.
“Yang paling banyak di usia produktif, dalam kurun waktu empat tahun ini 56 remaja meninggal akibat HIV-AIDS,” ungkap dia saat evaluasi tahunan KPA tahun 2013, Jumat (20/12/2013).
Selain melalui jarum suntik pada pengguna narkoba, penyebaran HIV-AIDS di kalangan remaja paling banyak melalui hubungan seks beresiko, baik sesama lawan jenis maupun sesama jenis.
Dia menyebutkan, sebelum 2008 penyebaran lebih banyak melalui jarum suntik. Tapi sejak 2008 hingga sekarang, penyebaran paling banyak melalui hubungan seks, baik hubungan seks suami istri maupun di luar nikah.
Kemudahan akses terhadap pornografi di berbagai media, mulai handphone hingga internet, dituding dia sebagai salah satu penyebab remaja berhubungan seks. Terlebih, dalam berpacaran kalangan remaja kini lebih permisif terhadap kontak fisik yang mengarah pada kontak seksual.
Jumlah penderita HIV-AIDS usia remaja di Kota Cirebon sendiri dikatakan dia, setiap tahun menunjukkan peningkatan. Kondisi itu dipandang perlunya ada kerja sama semua elemen, baik masyarakat maupun pemerintah, untuk menanggulanginya.
Pada 2012 tercatat 40 kasus HIV-AIDS, sementara 2013 mencapai 76 kasus. Selain itu hingga kini pihaknya mencatat ada 629 kasus, namun angka ini belum seluruhnya karena fenomena ini seperti fenomena gunung es.
“Tahun 2013 lebih meningkat dibanding 2012. Fenomena ini seperti gunung es, ketika tidak ada yang berani melaporkan maka selamanya tidak akan nampak berapa jumlah penderita sebenarnya,” cetus dia.
Kepala Puskesmas Kesunean, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Junny Setiawati tak menampik usia terentan atas penyebaran HIV-AIDS adalah remaja melalui hubungan seks beresiko.
Dari survei yang dilakukan pihaknya 2012 lalu di sembilan RW di Kelurahan Kesunean, Kecamatan Lemahwungkuk, terungkap 25 persen remaja usia 12-18 tahun sudah melakukan hubungan seks bebas.
“Sayangnya, layanan masalah remaja dan psikologi di Puskesmas tidak dimanfaatkan optimal,” ujar dia.
Sementara Wali Kota Cirebon Ano Sutrsno sekaligus Ketua KPA menekankan, penangaan kasus HIV-AIDS harus berkesinambungan bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dan masyarakat.
“Penanggulangan HIV-AIDS di Kota Cirebon harus ditangani serius, karena remaja pengidap HIV-AIDS di Kota Cirebon jumlahnya sudah menghawatirkan,” tegas dia.
(lns)