Masih perlukah ospek di kampus?

Kamis, 19 Desember 2013 - 06:11 WIB
Masih perlukah ospek di kampus?
Masih perlukah ospek di kampus?
A A A
Sindonews.com - Belakangan ini, kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (Ospek) dituding banyak pihak sebagai penyemaian bibit kekerasan dan otoritarianisme di perguruan tinggi.

Betapa tidak, sudah banyak kasus perpeloncoan yang menimbulkan korban jiwa dalam kegiatan yang dibalut kekerasan kedzaliman dan kesewenang-wenangan. Seperti halnya yang terjadi di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, yang menyebabkan salah satu mahasiswa barunya, Fikri Dolasmantya Surya, meninggal dunia.

Sudah barang tentu, kegiatan yang sejatinya membangun sinergitas antara sisi kehidupan intelektual dan sisi kehidupan demokratis, tergadaikan dan menjadi sebuah ironi kompleks dalam dunia pendidikan. Lantas, masih pantaskah ospek diberlakukan?

Pengamat Pendidikan, Arief Rahman, menyatakan, ospek merupakan salah satu entri point masuknya seorang calon intelektual ke dalam dunia akademik. Artinya, ospek memang sangat dibutuhkan untuk mengkonstruksi karakter-karakter terpelajar yang memiliki nilai-nilai obyektifitas, kepercayaan, kebenaran, dan moralitas.

"Ospek itu diperlukan bagi mereka para anak didik yang baru. Namun acapkali sering disalahartikan. Padahal regulasi yang dikeluarkan pemerintah sudah bagus, cuma bermasalah di pelaksanaannya saja," jelas Arief Rahman kepada SINDOnews, Kamis (19/12/2013).

Menurutnya, semestinya kegiatan ospek harus didesain sebagai kegiatan yang memungkinkan timbulnya pencerahan akademik bagi mahasiswa baru. Agar, timbul kesadaran akademi dan intelektualitas sebagai modal intellectual (intellectual capital).

"Harusnya diisi dengan kegiatan seni, diskusi, dan tidak ada sedikitpun bentuk kekerasan. Terus, diadakannya kegiatan yang berorientasi pada olahraga, itu penting. Jadi salah jika ospek berbentuk kegiatan yang menakutkan," tandasnya.

Pasalnya, jika tindakan kekerasan tetap dipertahankan di dalam lingkungan kampus, bukan tidak mungkin jika hal itu akan membudaya dan turun temurun sebagai wujud balas dendam bagi para juniornya.

Dengan adanya wawasan, pengetahuan dari ospek, mahasiswa akan dapat meneguhkan pribadinya dalam bersikap. Target inilah yang nantinya menjadi ruh atau nafas dari setiap perguruan tinggi agar ospek terbebas dari hal-hal yang bercorak feodal, anarkis, otoritarianis dan anti demokrasi.

Baca juga: Ini bentuk kekejaman ospek di ITN Malang
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6637 seconds (0.1#10.140)