Awalnya orang tua Fikri percaya dokter dan ITN
A
A
A
Sindonews.com - Paman Fikri Dolasmantya Surya, Muhammad Nurhadi, mengaku jika usai pemakaman jenazah Fikri di Mataram, NTB, Ia menerima telepon dari rekan-rekan Fikri.
Mereka menceritakan jika selama kemah bakti desa terjadi kekerasan. Sejak saat itu, keluarga Fikri pernah menuntut pertanggungjawaban ITN Malang, meski sebelumnya menerima kematian Fikri karena pernyataan dokter dan ITN yang menyimpulkan jika Fikri meninggal bukan karena kekerasan, melainkan karena kelelahan.
Namun, tidak ada kejelasan dari pihak ITN hingga berita kematian dan kekerasan selama kemah bakti ramai di media massa.
Menurutnya, setelah banyak media memberitakan kematian Fikri, orang tua Fikri, Muchsin dan Khusnul Fikhiyah semakin yakin anaknya menjadi korban kekerasan. "Kakak saya menuntut kasus ini diungkap," katanya, Kamis (12/12/2013).
Nurhadi juga mengisahkan, jika Fikri merupakan sosok yang ceria dan banyak teman. Kegiatan di alam bebas dan berpetualang sangat disukainya. Kegembiraan tersirat di wajahnya ketika akan berangkat Kemah Bakti Desa (KBD).
Selama di Malang, Fikri memang menginap di rumah pamannya Nurhadi. Teman-teman Fikri juga sering bermain ke rumah pamannya. Semalam sebelum berangkat kemah, Fikri bahkan menyempatkan menyelesaikan tugas menjahit sarung menjadi tas.
"Sebelum berangkat ia menyantap kue risoles untuk sarapan pagi," kata Nurhadi, mengenang kejadian dua bulan lalu.
Ia menambahkan, kondisi kesehatan Fikri sebelum berangkat juga sehat. Tak ada keluhan penyakit. Riwayat penyakit juga tidak ada. Hal inilah yang membuat kaget keluarga saat menerima kabar jika kalau Fikri meninggal saat menjalani kegiatan kemah.
Namun, pihak keluarga akhirnya menerima kematian Fikri sebagai musibah karena pihak ITN menegaskan jika kematian Fikri bukan akrena kekerasan. Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan dokter. namun, mencuatnya pemberitaan di media massa akhir-akhir ini kembali meyakinkan pihak keluarga jika kematian Fikri diduga kuat akibat kekerasan selama kemah.
Baca juga: Ini kondisi jenazah Fikri yang memprihatinkan
Mereka menceritakan jika selama kemah bakti desa terjadi kekerasan. Sejak saat itu, keluarga Fikri pernah menuntut pertanggungjawaban ITN Malang, meski sebelumnya menerima kematian Fikri karena pernyataan dokter dan ITN yang menyimpulkan jika Fikri meninggal bukan karena kekerasan, melainkan karena kelelahan.
Namun, tidak ada kejelasan dari pihak ITN hingga berita kematian dan kekerasan selama kemah bakti ramai di media massa.
Menurutnya, setelah banyak media memberitakan kematian Fikri, orang tua Fikri, Muchsin dan Khusnul Fikhiyah semakin yakin anaknya menjadi korban kekerasan. "Kakak saya menuntut kasus ini diungkap," katanya, Kamis (12/12/2013).
Nurhadi juga mengisahkan, jika Fikri merupakan sosok yang ceria dan banyak teman. Kegiatan di alam bebas dan berpetualang sangat disukainya. Kegembiraan tersirat di wajahnya ketika akan berangkat Kemah Bakti Desa (KBD).
Selama di Malang, Fikri memang menginap di rumah pamannya Nurhadi. Teman-teman Fikri juga sering bermain ke rumah pamannya. Semalam sebelum berangkat kemah, Fikri bahkan menyempatkan menyelesaikan tugas menjahit sarung menjadi tas.
"Sebelum berangkat ia menyantap kue risoles untuk sarapan pagi," kata Nurhadi, mengenang kejadian dua bulan lalu.
Ia menambahkan, kondisi kesehatan Fikri sebelum berangkat juga sehat. Tak ada keluhan penyakit. Riwayat penyakit juga tidak ada. Hal inilah yang membuat kaget keluarga saat menerima kabar jika kalau Fikri meninggal saat menjalani kegiatan kemah.
Namun, pihak keluarga akhirnya menerima kematian Fikri sebagai musibah karena pihak ITN menegaskan jika kematian Fikri bukan akrena kekerasan. Hal ini juga dikuatkan dengan pernyataan dokter. namun, mencuatnya pemberitaan di media massa akhir-akhir ini kembali meyakinkan pihak keluarga jika kematian Fikri diduga kuat akibat kekerasan selama kemah.
Baca juga: Ini kondisi jenazah Fikri yang memprihatinkan
(rsa)