JAFF 2013 putar 5 film anti diskriminasi
A
A
A
Sindonews.com - Setelah sukses mendatangkan lebih dari 10 ribu pengunjung pada tahun lalu, Jogja-NETPAC Asia Film Festival (JAFF) kembali dihelat tahun ini.
Ajang bergengsi insan perfilman ini digelar di beberapa titik di Yogyakarta, 29 November - 7 Desember 2013. Seperti Taman Budaya Yogyakarta, Lembaga Indonesia-Perancis, beberapa kampung di Yogyakarta, dan juga di XXI.
Pada perhelatan JAFF kali ini, akan diputar 90 film yang terdiri dari 37 film panjang dan 43 pendek. Selain itu, akan diputar pula 13 film panjang dan 12 film pendek yang ikut serta dalam kompetisi di JAFF 2013.
"Yang menarik, lima film bertema antidiskriminasi hasil kolaborasi sutradara ‘Ayat Ayat Cinta’ Hanung Bramantyo dengan Yayasan Denny JA akan diputar dalam festival film bergengsi ini," jelas Ketua Yayasan Denny JA, Novriantoni Kahar, Jumat (6/12/2013).
Novriantoni mengatakan, kelima film itu berjudul: Sapu Tangan Fang Yin; Romi dan Juli dari Cikeusik; Cinta Terlarang Batman dan Robin; Bunga Kering Perpisahan; dan Minah Tetap Dipancung.
Kelima film itu masing-masing berkisah tentang diskriminasi dalam berbagai bentuk yang kerap terjadi di Indonesia. Sapu Tangan Fang Yin misalnya, bercerita tentang Fang Yin, perempuan etnis tionghoa yang terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya Indonesia ke Amerika Serikat demi menghilangkan trauma sebagai korban pemerkosaan saat kerusuhan Mei 1998.
Romi dan Juli dari Cikeusik tak ubahnya kisah cinta tragis Romeo dan Juliet namun dalam setting suasana berbeda yakni kisah cinta dua insan yang berbeda aliran keagamaan; Ahmadiyah dan kelompok Islam konservatif.
Minah Tetap Dipancung berkisah tentang nasib seorang wanita TKI di Arab Saudi yang merelakan nyawanya terpancung demi membela kehormatan dirinya yang nyaris direngut sang majikan.
"Sementara Cinta Terlarang Batman dan Robin menampilkan kisah tentang jalinan asmara dua lelaki yang distigmakan sebagai sesuatu yang melanggar norma, dan Bunga Kering Perpisahan yang mengisahkan tentang kisah cinta dua insan berbeda agama," papar Novriantoni.
Dengan acara ini, diharapkan tidak hanya jumlah pengunjung yang bertambah tapi juga tercapainya parameter terhadap tingginya apresiasi terhadap film dan para sineas.
"Nanti di hari terakhir, & 7 Desember, saya dan Hanung akan mengisi salah satu sesi diskusi yang akan membincang tema Film for Social Movement," tutup Novrianti Kahar.
Ajang bergengsi insan perfilman ini digelar di beberapa titik di Yogyakarta, 29 November - 7 Desember 2013. Seperti Taman Budaya Yogyakarta, Lembaga Indonesia-Perancis, beberapa kampung di Yogyakarta, dan juga di XXI.
Pada perhelatan JAFF kali ini, akan diputar 90 film yang terdiri dari 37 film panjang dan 43 pendek. Selain itu, akan diputar pula 13 film panjang dan 12 film pendek yang ikut serta dalam kompetisi di JAFF 2013.
"Yang menarik, lima film bertema antidiskriminasi hasil kolaborasi sutradara ‘Ayat Ayat Cinta’ Hanung Bramantyo dengan Yayasan Denny JA akan diputar dalam festival film bergengsi ini," jelas Ketua Yayasan Denny JA, Novriantoni Kahar, Jumat (6/12/2013).
Novriantoni mengatakan, kelima film itu berjudul: Sapu Tangan Fang Yin; Romi dan Juli dari Cikeusik; Cinta Terlarang Batman dan Robin; Bunga Kering Perpisahan; dan Minah Tetap Dipancung.
Kelima film itu masing-masing berkisah tentang diskriminasi dalam berbagai bentuk yang kerap terjadi di Indonesia. Sapu Tangan Fang Yin misalnya, bercerita tentang Fang Yin, perempuan etnis tionghoa yang terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya Indonesia ke Amerika Serikat demi menghilangkan trauma sebagai korban pemerkosaan saat kerusuhan Mei 1998.
Romi dan Juli dari Cikeusik tak ubahnya kisah cinta tragis Romeo dan Juliet namun dalam setting suasana berbeda yakni kisah cinta dua insan yang berbeda aliran keagamaan; Ahmadiyah dan kelompok Islam konservatif.
Minah Tetap Dipancung berkisah tentang nasib seorang wanita TKI di Arab Saudi yang merelakan nyawanya terpancung demi membela kehormatan dirinya yang nyaris direngut sang majikan.
"Sementara Cinta Terlarang Batman dan Robin menampilkan kisah tentang jalinan asmara dua lelaki yang distigmakan sebagai sesuatu yang melanggar norma, dan Bunga Kering Perpisahan yang mengisahkan tentang kisah cinta dua insan berbeda agama," papar Novriantoni.
Dengan acara ini, diharapkan tidak hanya jumlah pengunjung yang bertambah tapi juga tercapainya parameter terhadap tingginya apresiasi terhadap film dan para sineas.
"Nanti di hari terakhir, & 7 Desember, saya dan Hanung akan mengisi salah satu sesi diskusi yang akan membincang tema Film for Social Movement," tutup Novrianti Kahar.
(rsa)