Milad GAM ke 37 dirayakan secara sederhana
A
A
A
Sindonews.com - Berbagai wilayah di Aceh hari ini memperingati milad oraganisasi Gerakan Aceh Merdeka (HAM) yang ke-37. Upacara peringatan berlangsung sederhana dengan kenduri, doa bersama dan memberi sumbangan kepada anak yatim.
Di Banda Aceh, peringatan HUT GAM berlangsung di Makam Teungku Syiah Kuala, Gampong (desa) Dayah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Seratusan mantan GAM yang didominasi kader dan simpatisan Partai Nasional Aceh, berdoa bersama di sana. Tak ada pengibaran bendera GAM.
Diantara yang hadir adalah mantan juru bicara GAM, Sofyan Daud; Mantan Panglima GAM Aceh Besar, Muharram; Mantan Juru Bicara Militer GAM Aceh Besar, Irwansyah, alias Muksalmina; dan lainnya.
Doa bersama dipimpin ulama kharismatik Teungku Ahmad Tajuddin alias Abi Lampisang. Dalam tausyiah singkatnya, ia mengajak semua hadirin untuk tetap menjaga damai yang sudah bersemi di Aceh dan menyumbang doa kepada tentara GAM serta masyarakat yang meninggal saat konflik.
"Semoga arwah para syuhada kita diterima di sisi Allah," katanya, Rabu (4/12/2013).
Selain doa bersama, kegiatan juga diisi dengan pemberian sumbangan kepada anak yatim korban konflik.
Selain di lokasi itu, upacara milad GAM juga berlangsung serentak di berbagai daerah di Aceh. Kegiatan ini digerakkan oleh mantan-mantan kombatan GAM.
Peringatan milad GAM kali ini berbeda dengan saat Aceh masih konflik. Saat itu HUT GAM diperingati dengan upacara militer dengan pengibaran bendera bulan bintang.
GAM pertama sekali dideklarasikan sebagai organisasi kemerdekaan Aceh oleh Hasan Tiro di Gunung Halimun, Kabupaten Pidie pada 4 Desember 1976. Hasan Tiro bersama pengikutnya mengobarkan perlawanan kepada Pemerintah Indonesia yang tak adil terhadap Aceh.
Sejak itu, Hasan Tiro menjadi buronan nomor wahid Pemerintah Indonesia. Sempat berpetualang di hutan Aceh, Hasan Tiro kemudian mengasingkan diri ke luar negeri. Cicit Teungku Chik Ditiro itu pernah tinggal di Amerika Serikat, sebelum menetap di Swedia.
Pemerintah Indonesia menggelar berbagai operasi untuk menumpas GAM, tapi tak pernah berhasil. GAM malah makin eksis. Banyak pemuda Aceh yang menjadi militer GAM untuk melawan TNI/Polri yang dianggap semena-mana bertindak semasa Aceh berstatus Daerah Operasi Militer 1989-1998.
Perang antara aparat pemerintah dengan GAM terus berkecamuk dan merenggut puluhan ribuan nyawa, termasuk rakyat tak berdosa di Serambi Mekkah. Aceh, negeri yang indah berganti menjadi lautan darah manusia. Hikmah bencana tsunami pada 26 Desember 2004 yang menghentikan perang.
GAM dan RI kemudian sepakat meneken naskah damai di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. TNI/Polri ditarik dari Aceh, hanya pasukan organik yang masih tinggal. Sementara kombatan GAM keluar dari tempat-tempat persembunyiannya.
Satu-satu petinggi GAM di luar negeri kembali ke tanah leluhurnya, termasuk Hasan Tiro. Kepulangannya setelah tiga dasawarsa meninggalkan Aceh disambut gegap gempita masyarakat.
Saat itu ia sudah renta, tak lagi mengobarkan semangat perang. Status warga negara Indonesia kembali disandangnya, sebelum meninggal dunia di tanah kelahiran.
Di Banda Aceh, peringatan HUT GAM berlangsung di Makam Teungku Syiah Kuala, Gampong (desa) Dayah Raya, Kecamatan Syiah Kuala. Seratusan mantan GAM yang didominasi kader dan simpatisan Partai Nasional Aceh, berdoa bersama di sana. Tak ada pengibaran bendera GAM.
Diantara yang hadir adalah mantan juru bicara GAM, Sofyan Daud; Mantan Panglima GAM Aceh Besar, Muharram; Mantan Juru Bicara Militer GAM Aceh Besar, Irwansyah, alias Muksalmina; dan lainnya.
Doa bersama dipimpin ulama kharismatik Teungku Ahmad Tajuddin alias Abi Lampisang. Dalam tausyiah singkatnya, ia mengajak semua hadirin untuk tetap menjaga damai yang sudah bersemi di Aceh dan menyumbang doa kepada tentara GAM serta masyarakat yang meninggal saat konflik.
"Semoga arwah para syuhada kita diterima di sisi Allah," katanya, Rabu (4/12/2013).
Selain doa bersama, kegiatan juga diisi dengan pemberian sumbangan kepada anak yatim korban konflik.
Selain di lokasi itu, upacara milad GAM juga berlangsung serentak di berbagai daerah di Aceh. Kegiatan ini digerakkan oleh mantan-mantan kombatan GAM.
Peringatan milad GAM kali ini berbeda dengan saat Aceh masih konflik. Saat itu HUT GAM diperingati dengan upacara militer dengan pengibaran bendera bulan bintang.
GAM pertama sekali dideklarasikan sebagai organisasi kemerdekaan Aceh oleh Hasan Tiro di Gunung Halimun, Kabupaten Pidie pada 4 Desember 1976. Hasan Tiro bersama pengikutnya mengobarkan perlawanan kepada Pemerintah Indonesia yang tak adil terhadap Aceh.
Sejak itu, Hasan Tiro menjadi buronan nomor wahid Pemerintah Indonesia. Sempat berpetualang di hutan Aceh, Hasan Tiro kemudian mengasingkan diri ke luar negeri. Cicit Teungku Chik Ditiro itu pernah tinggal di Amerika Serikat, sebelum menetap di Swedia.
Pemerintah Indonesia menggelar berbagai operasi untuk menumpas GAM, tapi tak pernah berhasil. GAM malah makin eksis. Banyak pemuda Aceh yang menjadi militer GAM untuk melawan TNI/Polri yang dianggap semena-mana bertindak semasa Aceh berstatus Daerah Operasi Militer 1989-1998.
Perang antara aparat pemerintah dengan GAM terus berkecamuk dan merenggut puluhan ribuan nyawa, termasuk rakyat tak berdosa di Serambi Mekkah. Aceh, negeri yang indah berganti menjadi lautan darah manusia. Hikmah bencana tsunami pada 26 Desember 2004 yang menghentikan perang.
GAM dan RI kemudian sepakat meneken naskah damai di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005. TNI/Polri ditarik dari Aceh, hanya pasukan organik yang masih tinggal. Sementara kombatan GAM keluar dari tempat-tempat persembunyiannya.
Satu-satu petinggi GAM di luar negeri kembali ke tanah leluhurnya, termasuk Hasan Tiro. Kepulangannya setelah tiga dasawarsa meninggalkan Aceh disambut gegap gempita masyarakat.
Saat itu ia sudah renta, tak lagi mengobarkan semangat perang. Status warga negara Indonesia kembali disandangnya, sebelum meninggal dunia di tanah kelahiran.
(rsa)